Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jalan Kaki 3 Km dengan Kostum Berbobot 17 Kg

BESAR: Salah satu peserta BEC-2 yang berkostum berat.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
BESAR: Salah satu peserta BEC-2 yang berkostum berat.

Para peserta Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) dituntut tampil maksimal. Untuk menyuguhkan tampilan spektakuler, peserta dituntut berlatih keras dan mampu mendesain kostum dengan inovatif.

PERSIAPAN peserta BEC dimulai sejak bulan Agustus 2012. Sejak itu, mereka harus rela waktu dan tenaganya terkuras untuk mempersiapkan diri guna show di depan ribuan penonton Minggu lalu (18/11). Persiapan yang dilakukan peserta tidak hanya latihan dan mendesain kostum, mereka juga melakukan latihan fisik dan mental agar tidak nervous saat tampil di atas catwalk sepanjang tiga kilometer.

Seperti persiapan yang dilakukan salah seorang peserta, Tamara Priviantisa. Siswa SMAN 1 Giri tersebut setiap hari meluangkan waktu lima jam untuk latihan fisik. Usai salat Subuh hingga pukul 05.30, dia melakukan joging. Pada hari-hari bisa, cewek kelahiran 27 Oktober 1997 itu tidak terbiasa joging, tapi sejak dua bulan terakhir dia rajin joging Tidak hanya joging, futsal juga dia lakukan demi menjaga kesehatan badan agar fit saat tampil.

Sebab, kostum yang digunakan saat tam pil beratnya mencapai 15 hingga 17 ki logram (Kg). Beban seberat itu harus terus mereka bawa di catwalk sepanjang tiga kilometer mulai depan SDN Kepatihan hingga kantor bupati Banyuwangi. Kostum seberat 15 Kg itu mereka buat dalam waktu sekitar 1,5 bulan. Rentang waktu 1,5 bulan, mereka merancang, mendesain, dan membuat kostum sendiri berdasar konsep yang diberi panitia.

Tidak mudah bagi mereka membuat kostum yang memadukan konsep budaya dan fashion. Walau tergolong pekerjaan berat, tapi mereka berhasil melampaui tahap yang sangat menentukan. Awalnya, rata-rata mereka tidak mengerti cara mendesain dan merancang kostum. Namun, setelah di gembleng selama setengah bulan, mereka akhirnya bisa merancang kostum sendiri Tidak hanya itu, saat mendaftar menjadi pe serta BEC, mereka juga tidak piawai merias dan melakukan koreografi.

Namun, setelah mengikuti workshop, mereka tidak hanya piawai koreografi, tapi juga mampu memadukan koreografi dan live musik pengiring. Hal yang sama juga dilakukan peserta lain, Mirda Tri Aries Chandra. Siswa SMA Genteng itu berlatih keras demi tampil apik dalam BEC. Dalam kurun waktu dua bulan Mira selalu konsentrasi penuh. Waktu bermain bersama teman dan keluarga tersita untuk latihan dan mempersiapkan kostum yang akan dipakai.

Untuk membuat kostum, Mira membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan. Lalu, apa motivasi mereka mengikuti BEC? Mereka ingin mengembangkan dan mempromosikan budaya dan wisata Banyuwangi. Melalui BEC, mereka berobsesi mempromosikan wisata Banyuwangi ke pada masyarakat, baik di dalam dan di luar negeri. Mereka mengaku senang dan bangga menjadi peserta BEC.

Dengan ikut BEC, mereka mengaku banyak mendapat pengetahuan baru, seperti mendesain, menjahit, menari, dan bersosialisasi dengan ratusan peserta BEC lain. Yang paling berkesan, saya mengerti kekayaan budaya Ba nyuwangi,” papar Tamara. Salah satu budaya yang mereka ketahui adalah barong using. Agar menjiwai ba rong using, Tamara mengaku banyak mem baca buku-buku tentang barong using.

Banyak membaca agar benar-benar bisa mendesain kostum dan menjiwai dalam acara,” katanya. Empat hari sebelum tampil, dua peserta BEC berkesempatan tampil secara live di Metro TV. Dalam kesempatan itu, dua peserta itu memboyong kostum hasil desain mereka sendiri ke Jakarta. Tampil di Jakarta, bagi mereka berdua bukanlah pekerjaan muda. Sebab, mereka harus membawa kostum yang dikemas dalam beberapa dus besar. “Saya bertekad mempromosikan wisata Banyuwangi,” kata Tamara. (radar)