Banyuwangi, Jurnalnews.com – Dugaan carut-marut penyaluran pupuk bersubsidi kembali mencuat di wilayah Kecamatan Wongsorejo. Sejumlah anggota Kelompok Tani Karangsari, Dusun Karangbaru, Desa Alasbuluh, mengeluhkan tidak menerima jatah pupuk sesuai daftar RDKK 2025. Lebih mengejutkan lagi, Ketua Kelompok Tani Karangsari, Ariyanto (71), mengaku tidak mengetahui perkembangan pembagian pupuk dan menyatakan dirinya “lepas tangan”.
Saat ditemui Jurnalnews di kediamannya di kawasan Pal 5, Kamis sore, 4 Desember 2025, Ariyanto menjelaskan bahwa sejak 2025 sistem pengambilan pupuk berubah. Jika tahun sebelumnya pupuk dikoordinir melalui kelompok tani, kini anggota mengambil langsung ke kios.
“Kalau dulu tahun 2024, kami yang ngumpulkan dananya lalu menebus ke kios, kemudian dibagikan ke anggota. Kalau kurang dananya masih kami talangi. Tapi mulai 2025, petani langsung ambil ke kios, jadi tidak lewat kelompok lagi,” jelasnya.
Namun ketika ditanya soal jumlah anggota kelompoknya, Ariyanto justru mengaku lupa.
“Saya tidak ingat jumlah pastinya. Seingat saya lebih dari 70-an orang. Catatannya ada di rumah yang dulu,” ungkapnya.
Menurut Ariyanto, petani pemilik lahan 2 hektar seharusnya mendapat jatah pupuk subsidi sebesar 1,8 ton, campuran Ponska dan Urea dengan komposisi 3:1. Tetapi kenyataannya tidak semua anggota menerima sesuai daftar RDKK kelompok.
“Soal siapa saja yang sudah dapat atau belum, saya tidak tahu. Karena petani tidak lewat kelompok lagi, langsung ke kios. Jadi saya tidak tahu,” tambahnya.
Di sisi lain, salah satu anggota kelompok, Sariyah (47), mengaku kecewa berat. Ia datang ke kios untuk mengambil jatahnya yang tertera di RDKK: total 1,8 ton, terdiri dari 4,5 kwintal Urea dan 13,5 kwintal Ponska. Namun yang tersisa di kios hanya pupuk Urea saja.
“Dari kemarin-kemarin saya tidak bisa dapat pupuk. Sekarang sudah masuk RDKK dengan jumlah jelas. Tapi di kios cuma ada Urea saja, Ponskanya tidak ada,” keluh Sariyah.
Kisruh pupuk bersubsidi ini menambah daftar panjang keluhan petani di Wongsorejo, sekaligus memunculkan tanda tanya besar: di mana sebenarnya pupuk yang seharusnya diterima para petani? (venus hadi)








