Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jumlah Penonton Tidak Dibatasi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono di Alun-alun Genteng akan berlangsung meriah. Panitia menyebarkan sekitar 500 undangan untuk menghadiri rangkaian kegiatan Banyuwangi Festival (B-Fest) itu. Acara akan dimulai tepat pukul 19.00 Jumat besok (23/11). Walau panitia menyebar undangan 500 lembar, tapi masyarakat umum bebas menyaksikan. “Gelar wayang kulit itu terbuka untuk masyarakat umum.

Tanpa undangan pun silakan datang,” ujar Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Setyo Puguh Widodo. Jumlah penonton pergelaran wayang kulit itu memang tidak dibatasi. Sebab, Alun-alun Genteng mampu menampung banyak penggemar wayang di Banyuwangi.Dalam pergelaran wayang kulit dengan lakon Pendowo Syukur itu. Dalang Ki Enthus akan membawa penonton Banyuwangi menjelajahi kejayaan masa lalu dalam balutan fragmen heroik yang penuh nilai.

Cerita wayang kulit itu akan mengisahkan Sesaji Raja Suya. Alkisah, setelah Pandawa berhasil membuka hu tan Wanamarta dan berhasil mendirikan Negara Amarta atau Indraprastha. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan, mereka menyelenggarakan Sesaji Raja Suya, yaitu suatu selamatan yang harus dihadiri 100 raja. Sementara itu, di tempat lain, yakni di Kerajaan Giribaja, Prabu Jarasanda juga berencana mengadakan sesaji, yakni Sesaji Kalalodra. Sesaji tersebut kebalikan Sesaji Raja Suya, yakni mensyaratkan 100 raja dikorbankan sebagai tumbal.

Negara Giribaja telah berhasil mengumpulkan 97 raja yang sudah dipenjara, sehingga kurang tiga raja. Untuk melengkapinya, Supala  dan bala tentara Kerajaan Giribaja diutus Jarasanda untuk menaklukkan Puntadewa, raja Amarta; Kresna, raja Dwa rawati; dan Baladewa, raja Mandura. Mereka ialah tiga raja yang belum berhasil ditaklukkan. Para Pandawa telah memutuskan, mereka akan mem bebaskan raja-raja yang menjadi tawanan Prabu Jarasanda. Maka, berangkatlah Prabu Pun tadewa, Werkudara, Ar juna, Nakula, dan Sadewa, bersama Prabu Kresna.

Untuk membebaskan para raja yang ditawan tersebut, Kresna, Bima, dan Arjuna menyamar sebagai brahmana dan berhasil menyusup ke Negara Giribaja untuk menantang Prabu Ja rasanda. Pertempuran pun terjadi. Na mun, Prabu Jarasanda susah dikalahkan. Berkali-kali gada rujakpolo milik Bima menghantam kepala Prabu Jarasanda, tapi bagaikan tak di rasa. Werkudara mundur mendatangi Kresna. Kresna memberi tahu bahwa Prabu Jarasanda harus disigar atau dibelah jadi dua. Bima alias Werkudara kembali mendekati Jarasanda dan perkelahian pun terjadi.

Werkudara segera memegang kedua kaki Jarasanda, dan menarik kaki kiri ke kiri, dan kaki kanan ditarik ke kanan, sehingga tubuh Jarasanda terbelah seperti waktu kelahirannya, dan tewaslah dia. Raja-raja yang ditawan pun dibebaskan. Di akhir cerita, dengan sukarela ke-97 raja bersama tiga raja bergabung untuk mendukung terlaksananya Sesaji Raja Suya. “Cerita lengkapnya bisa ditonton besok malam,” kata Puguh. (radar)