Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kantor Pos Dulu adalah Kantor Pusat Telegraf

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Gedung-Kantor-Pos-di-barat-Taman-Blambangan-ini-pada-zaman-kolonial-merupakan-kantor-pusat-telegraf

BANYUWANGI pada zaman kolonial dianggap sebagai wilayah yang sangat strategis. Hal itu dibuktikan dengan dibangunnya kantor pusat telegraf di Banyuwangi mulai tahun 1870-an. Bangunan itu berada di sekitar Taman  Blambangan atau lebih tepatnya di  barat Taman Blambangan.

Saat ini  kantor telegraf itu bermetamorfosis menjadi Kantor Pos Banyuwangi. Berdasar sumber yang berhasil dilacak tim ekspedisi Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) dan Komunitas Banjoewangie Tempo Doleloe (BTD), kantor pusat telegraf itu sengaja dibangun  di Banyuwangi.

Kantor itu dibangun untuk menghubungkan Australia dengan negara-negara lain di Asia dan Eropa melalui kabel bawah laut. Munawir, ketua BTD, menjelaskan pembangunan kabel bawah laut yang menghubungkan Australia dan Eropa  melalui Banyuwangi itu dilakukan atas permintaan pemerintah Australia.

Banyuwangi dipilih sebagai lokasi pendaratan kabel telegraf dari Darwin, Australia, itu tentu sudah dengan pertimbangan matang. “Tentu tidak asal pilih lokasi,” timpal Yanuar Widodo, humas BTD. Sementara itu, Wakil Ketua BTD, Kent Ali, menjelaskan proyek itu dikerjakan oleh perusahaan Inggris.

Kabel-kabel itu membentang di bawah Samudera Hindia dari Australia menuju Banyuwangi. Tepatnya ke di
pantai Lingkungan Kampung Ujung, Kelurahan Kepatihan. Kemudian, kabel tersebut menuju Asrama Inggrisan yang dulu merupakan pusat bak kontrol kabel-kabel bawah laut dari Asutralia itu.

“Terkait hal ini sudah pernah dibahas pada saat membicarakan sejarah Inggrisan,” kata Kent Ali. Hal itu dibenarkan ketua tim ekspedisi, MH. Qowim. Menurutnya, Asrama Inggrisan dan Kantor Pos merupakan dua bangunan tua peninggalan Belanda yang berdekatan.

Kedua bangunan  tersebut sama-sama berada di barat Taman Blambangan yang dulu bernama Tegal Loji. Namun demikian, tegas MH. Qowim, kedua bangunan tua itu tidak hanya berdekatan tapi juga berhubungan erat. Menurutnya, pada masa lalu Kantor Pos dan Asrama Inggrisan memiliki satu kesatuan fungsi, yakni mengenai komunikasi.

“Kabel-kabel telegraf dari Australia itu menuju Asrama Inggrisan melalui lorong bawah tanah. Kemudian, kabel itu ditarik ke Kantor Pos, karena mesin pembaca telegramnya berada di sana,” jelas ketua Pusat Penelitian Bahasa Oseng tersebut. Setelah dari Kantor Pos, kabelkabel itu menyebar ke seluruh penjuru Nusantara.

Bahkan, kabel tersebut sampai ke daratan Asia lainnya dan Eropa. Diperkirakan, telegraf pertama kali bisa dinikmati di Banyuwangi pada tahun 1871.”Australia sengaja memilih Banyuwangi sebagai pusat penghubung telegraf karena dianggap strategis. Data  pemasangan kabelnya BTD juga punya,” kata Munawir.

Dijelaskan, pada saat pemasangan kabel bawah laut dari Darwin ke Banyuwangi itu, berdasar data yang diperoleh, banyak kendala yang dihadapi. Selain ombak yang ganas, saat memasang kabel tersebut, para pekerja juga dihadapkan pada bahaya buaya dan ikan hiu.

Lebih jauh Munawir menjelaskan, ternyata sebelum Australia memasang kabel bawah laut dari Australia ke Banyuwangi, lebih dulu Belanda sudah melakukan pemasangan kabel telegraf bawah tanah jurusan Banyuwangi-Singapura. Namun, pada pemasangan kabel telegraf jurusan Singapura itu ada satu kendala yang muncul dan menghambat proses pengerjaannya, yakni saat dilakukan penggalian jalur kabel, para pekerja menemukan candi di dalam tanah.

Para pekerja langsung tidak mau melanjutkan penggalian. Sebab, candi tersebut dianggap peninggalan leluhur mereka. ”Para pekerja zaman dulu masih sangat menghargai leluhur. Mereka takut kuwalat. Nah, yang demikian itu, orang Banyuwangi dianggap kolot oleh Belanda karena percaya takhayul,” kata MH. Qowim.

Kemudian, lanjut MH. Qowim, setelah kabel dari Australia berhasil mendarat di Banyuwangi, Belanda kembali menginstruksikan menggali kembali kabel jurusan Banyuwangi–Singapura. ”Kabel itu dulu pusatnya di Asrama Inggrisan, tapi kantor dan mesin telegramnya berada di Kantor Pos. Kantor tersebut dulu bernama Post en-Telegraaf Kantoor Banjoewangie dan dibangun sekitar tahun 1980,” timpal Kent Ali, wakil ketua BTD.

Di masa lalu, Munawir menambahkan, kantor pusat kabel telegraf di Banyuwangi tersebut sangat tersohor dan berfungsi cukup lama. Namun, sekitar tahun 1914 kantor pusat telegraf tersebut akhirnya tutup. Diduga, kantor tersebut tutup lantaran Belanda kalah bersaing dengan Inggris yang telah memasang kabel telegram dengan jangkauan lebih jauh, yakni melalui Kanada dan disambungkan ke negara-negara Asia Pasifik.

”Kabel telegraf Inggris ya ng membuat kantor pusat telegraf Belanda di Banyuwangi tutup ini juga melewati Selandia Baru,” pungkasnya. Saat ini kantor yang dulu menjadi kantor pusat telegraf itu menjadi Kantor Pos Banyuwangi. Dengan warna khas oranye, bangunan kantor tersebut masih megah dan kokoh berdiri.

Bangunan tersebut tampak masih belum dibongkar. Berdasar perbandingan foto pada zaman kolonial dan saat ini, bangunan berarsitektur Belanda itu masih sama. (radar)