sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Seperti petir di siang bolong. Berita itu mengejutkan anggota grup WA internal Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP RaBa). Tidak ada yang percaya. Malah saling bertanya. ‘’Tenan ta?’’ tulis Pemimpin Redaksi JP RaBa Syaifuddin Mahmud. ‘’Innalillahi wainna ilaihi rajiun,’’ sambung anggota yang lain.
Berita duka itu diunggah pertama oleh M Sidrotul Muntaha. Pukul 18.08 WIB. Beberapa saat setelah gempa …. mengguncang Bumi Blambangan. ‘’Innalillahi…. Berita duka, Mas Benny meninggal dunia hari ini, jenazah di UGD (RSUD Blambangan). Saya OTW ke lokasi,’’ tulis Wakil Direktur JP RaBa itu.
Sontak, grup WA riuh. Ucapan duka mendalam sahut menyahut. Teman-teman redaksi mempercepat kerjanya. Usai Magrib semua sudah berkumpul di rumah duka di Kertosari, Kecamatan Banyuwangi. Persis di timur ponpes Al-Anwari. Pun para karyawan perempuan. Yang tinggal di wilayah kota. Yang sudah purna pun hadir. Membaur. Mengenangkan kebaikan almarhum Benny.
Wajar bila semua kaget. Usianya relatif masih muda. Kelahiran September 1979. Berat badannyalah yang mengkhawatirkan kami semua. ‘’90 kg lebih, Pak,’’ kata Toha, panggilan karib M Sidrotul Muntaha, yang membawahi Benny di tim iklan.
Saya sendiri sudah lama was-was. Sejak beberapa tahun belakangan. Berat badan almarhum bukannya menurun, sebaliknya malah makin berbobot. Saat melihat almarhum berjalan, saya selalu berdoa: ‘’semoga berat badan Benny berkah, bukan penyakit bagi dia’’.
Karena badan yang terus melar itu, Benny selalu menjadi gurauan rekan sejawatnya. Terutama ketika pengukuran seragam kantor baru. Ukuran bajunya enam kali ukuran Sigit Hariyadi (redaktur). Ukuran kaus Sigit S. Sedangkan Benny 3XL. Tapi gojlokan itu berlalu begitu saja. Yang digojlok selalu menyambut dengan balasan senyum.

DIANTAR RATUSAN PELAYAT: Alm. Benny Siswanto dimakamkan di bawah rindangnya pohon kamboja di makam keluarga, Kelurahan Kertosari, Jumat pagi (26/9). (Ramada Kusuma/Radar Banyuwangi)
Itulah kelebihan Benny—selain, sekali lagi, berat badannya. Sumeh. Murah senyum. Kepada siapa saja. Bukan hanya kepada sesama karyawan JP RaBa. Tapi semua orang yang kenal dia mengakuinya. ‘’Beliau ramah, grapyak, selalu membalas pembicaraan dengan senyum menyenangkan,’’ tutur Karyono Haris Nawawi. Kesaksian pimpinan Yayasan Al-Uswah Banyuwangi kepada saya, kemarin, saat ikut mengantar jenazah Benny ke pemakaman.
Karena murah senyum pula, Benny selalu mendapat kepercayaan dari kantor: menyambut dan membersamai para siswa sekolah yang ingin tahu seluk beluk pembuatan koran. Sudah ratusan sekolah datang ke kantor JP RaBa. Semua siswa dan pembinanya merasa puas atas penjelasan dari Benny yang sangat komunikatif.
Selain senyumnya, Benny juga sangat perfeksionis. Kerjanya sangat teliti. Detail. Dia terlibat dalam semua event lomba JP RaBa. Tugasnya khusus: terkait data. Mulai merapikan nama-nama peserta saat pendaftaran sampai memasukkan nilai lomba. Dan, dia orangnya lurus. Jangan coba-coba ada peserta yang memintanya untuk mengutak-atik hasil penilaian. ‘’No way,’’ katanya suatu ketika kepada oknum pendamping peserta.
Bahkan, dua tahun terakhir Benny sudah menjadi ikon baru JP RaBa. Podcast MotoGP-nya bersama Andrie Fauzi di chanal Youtube JP RaBa mulai banyak penggemarnya. Yang nonton sudah tembus 4.000 orang lebih. Terutama podcast Kamis yang membahas prediksi jalannya lomba.
Pengetahuannya tentang MotoGP sangat luar biasa. Bukan hanya karakter masing-masing venue lombanya. Dia juga menguasai sampai ke soal mekanik. Bahkan, dia mengikuti perkembangan aturan lomba. Yang berubah-ubah setiap balapan baru.
Di podcast Benny mendapat julukan Marc Ben. Mengacu pada Marc Marquez. Pembalap idolanya. Benny tahu luar dalam soal Marquez. Bahkan, ketika Marquez terjatuh dalam balapan, Benny bisa menganalisa penyebabnya dengan sangat detail. Mulai dari sisi teknis balapan, kondisi aspal lintasan balapannya, hingga kondisi motor yang ditunggangi Marquez. Itulah yang disenangi penggemar podcast-nya.
Saat meninggal Kamis kemarin, seharusnya Benny bersama Andre mengisi podcast tentang prediksi balapan MotoGP Jepang. Yang digelar di sirkuit legendaris Mobility Resort Motegi, Jepang. Balapannya sendiri digelar pada 26-28 September 2025.
Page 2

Kehilangan Besar Marc Ben
Sabtu, 27 September 2025 | 05:00 WIB
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Seperti petir di siang bolong. Berita itu mengejutkan anggota grup WA internal Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP RaBa). Tidak ada yang percaya. Malah saling bertanya. ‘’Tenan ta?’’ tulis Pemimpin Redaksi JP RaBa Syaifuddin Mahmud. ‘’Innalillahi wainna ilaihi rajiun,’’ sambung anggota yang lain.
Berita duka itu diunggah pertama oleh M Sidrotul Muntaha. Pukul 18.08 WIB. Beberapa saat setelah gempa …. mengguncang Bumi Blambangan. ‘’Innalillahi…. Berita duka, Mas Benny meninggal dunia hari ini, jenazah di UGD (RSUD Blambangan). Saya OTW ke lokasi,’’ tulis Wakil Direktur JP RaBa itu.
Sontak, grup WA riuh. Ucapan duka mendalam sahut menyahut. Teman-teman redaksi mempercepat kerjanya. Usai Magrib semua sudah berkumpul di rumah duka di Kertosari, Kecamatan Banyuwangi. Persis di timur ponpes Al-Anwari. Pun para karyawan perempuan. Yang tinggal di wilayah kota. Yang sudah purna pun hadir. Membaur. Mengenangkan kebaikan almarhum Benny.
Wajar bila semua kaget. Usianya relatif masih muda. Kelahiran September 1979. Berat badannyalah yang mengkhawatirkan kami semua. ‘’90 kg lebih, Pak,’’ kata Toha, panggilan karib M Sidrotul Muntaha, yang membawahi Benny di tim iklan.
Saya sendiri sudah lama was-was. Sejak beberapa tahun belakangan. Berat badan almarhum bukannya menurun, sebaliknya malah makin berbobot. Saat melihat almarhum berjalan, saya selalu berdoa: ‘’semoga berat badan Benny berkah, bukan penyakit bagi dia’’.
Karena badan yang terus melar itu, Benny selalu menjadi gurauan rekan sejawatnya. Terutama ketika pengukuran seragam kantor baru. Ukuran bajunya enam kali ukuran Sigit Hariyadi (redaktur). Ukuran kaus Sigit S. Sedangkan Benny 3XL. Tapi gojlokan itu berlalu begitu saja. Yang digojlok selalu menyambut dengan balasan senyum.

DIANTAR RATUSAN PELAYAT: Alm. Benny Siswanto dimakamkan di bawah rindangnya pohon kamboja di makam keluarga, Kelurahan Kertosari, Jumat pagi (26/9). (Ramada Kusuma/Radar Banyuwangi)
Itulah kelebihan Benny—selain, sekali lagi, berat badannya. Sumeh. Murah senyum. Kepada siapa saja. Bukan hanya kepada sesama karyawan JP RaBa. Tapi semua orang yang kenal dia mengakuinya. ‘’Beliau ramah, grapyak, selalu membalas pembicaraan dengan senyum menyenangkan,’’ tutur Karyono Haris Nawawi. Kesaksian pimpinan Yayasan Al-Uswah Banyuwangi kepada saya, kemarin, saat ikut mengantar jenazah Benny ke pemakaman.
Karena murah senyum pula, Benny selalu mendapat kepercayaan dari kantor: menyambut dan membersamai para siswa sekolah yang ingin tahu seluk beluk pembuatan koran. Sudah ratusan sekolah datang ke kantor JP RaBa. Semua siswa dan pembinanya merasa puas atas penjelasan dari Benny yang sangat komunikatif.
Selain senyumnya, Benny juga sangat perfeksionis. Kerjanya sangat teliti. Detail. Dia terlibat dalam semua event lomba JP RaBa. Tugasnya khusus: terkait data. Mulai merapikan nama-nama peserta saat pendaftaran sampai memasukkan nilai lomba. Dan, dia orangnya lurus. Jangan coba-coba ada peserta yang memintanya untuk mengutak-atik hasil penilaian. ‘’No way,’’ katanya suatu ketika kepada oknum pendamping peserta.
Bahkan, dua tahun terakhir Benny sudah menjadi ikon baru JP RaBa. Podcast MotoGP-nya bersama Andrie Fauzi di chanal Youtube JP RaBa mulai banyak penggemarnya. Yang nonton sudah tembus 4.000 orang lebih. Terutama podcast Kamis yang membahas prediksi jalannya lomba.
Pengetahuannya tentang MotoGP sangat luar biasa. Bukan hanya karakter masing-masing venue lombanya. Dia juga menguasai sampai ke soal mekanik. Bahkan, dia mengikuti perkembangan aturan lomba. Yang berubah-ubah setiap balapan baru.
Di podcast Benny mendapat julukan Marc Ben. Mengacu pada Marc Marquez. Pembalap idolanya. Benny tahu luar dalam soal Marquez. Bahkan, ketika Marquez terjatuh dalam balapan, Benny bisa menganalisa penyebabnya dengan sangat detail. Mulai dari sisi teknis balapan, kondisi aspal lintasan balapannya, hingga kondisi motor yang ditunggangi Marquez. Itulah yang disenangi penggemar podcast-nya.
Saat meninggal Kamis kemarin, seharusnya Benny bersama Andre mengisi podcast tentang prediksi balapan MotoGP Jepang. Yang digelar di sirkuit legendaris Mobility Resort Motegi, Jepang. Balapannya sendiri digelar pada 26-28 September 2025.