Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj Hadiri Pengajian di Ponpes Asy Syafaah Cluring

Foto: mediajatim
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: mediajatim

BANYUWANGI – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj menghadiri Khataman Tafsir Jalalain dan Kitab Al Fiyah Ibnu Malik di Pondok Pesantren (Ponpes) Asy Syafaah, Desa Plampangrejo Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Kamis (2/5/2019) malam.

Hadir juga diacara tersebut yakni Rois Syuriah PCNU, KH Zainullah Marwan, KH Abdul Gofar, Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi, KH Ali Makki Zaini, wakil ketua PCNU, KH Ahmad Khosim, H. Arif Rahman Mulyadi, Forpimka Cluring dan pengasuh Pondok Pesantren Asy Syafaah KH. Nur Hayyin.

Dilansir dari mediajatim, usai membuka khataman yang dikemas dengan pengajian akbar tersebut, KH. Said Aqil Siradj menyampaikan beberapa pesan moral ke jamaah yang hadir.

“Dalam kitab Al Fiyaih Ibnu Malik ini ada beberapa kunci sukses. Maka dari itu, kita ingin memberitahukan ke para santri dan alim ulama di sini,” terangnya.

KH. Said Aqil Siradj mengatakan, ada lima kiat sukses dalam kitab yang diajarkan kitab tersebut. Pertama, sampaikanlah yang bermanfaat dan istiqomahlah.

“Katakanlah hal yang memberi manfaat. Contoh menggunakan kata istaqim seolah mengisyaratkan agar pembaca tekun dan berdisiplin jika ingin mempelajari kitab ini,” jelasnya.

Kemudian berbuat kebaikan, senang dengan kebaikan. Kalimat dalam potongan bait ke 127 kata KH. Said Aqil Siradj adalah contoh dari ism nakirah, yang boleh dibuat mubtada.

“Maknanya, jadilah orang alim, atau pelajar, ataupun penggemar, atau pengikut. Jangan jadi yang ke lima, sehingga kau akan hancur. Yang kelima itu adalah ahli bidah,” paparnya.

Selanjutnya adalah bersungguh–sungguh dan berbahagialah. Menurutnya, hal ini merupakan perluasan keterangan tentang maf’ul muthlaq, fungsinya dalam kalam, sebagai penguat memperjelas jenis macam perbuatan, atau menjelaskan berapa kali perbuatan, atau fi’il.

“Artinya jelas, ketika usaha kita dalam meraih tujuan dibarengi kesungguhan yang maksimal, maka akan berhasil, kesuksesan itu akan membuahkan rasa bahagia yang berlipat ganda,” ungkapnya.

Bait ke 448 dan 449 tersebut, kata KH. Said Aqil Siradj merupakan contoh dan isyarat tentang bentuk. Pada fiil yang memiliki huruf ilat di tengah (bina ajwaf) maka bentuk mashdar-nya memerlukan tambahan ‘ta’ pada akhir kata.

“Hal ini cenderung memaknai sebagai strategi perjuangan atau pergerakan. Maka, bersihkan hati dan tatalah niat, kemudian bekerjalah sebaik dan serapi mungkin,” jelasnya.

Dan yang terakhir, pihaknya berpesan ke jamaah supaya tak pantang menyerah. Urutan ke 302, dan bait terakhir dalam bab maf’ul lah menerangkan sebuah moto dalam berjuang meraih tujuan.

“Tetap teguh meski ujian dan cobaan menghadang. Tak akan mundur meski hancur, tak kan gentar meski harus terkapar,” pungkasnya.