Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Kirab 14 Dokar Tempuh Jarak 15 Km Menuju Watudodol

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

iring-iringan-dokar-Puter-Kayun-saat-melintas-di-jalan-raya-dekat-Unpar-wisata-Watudodol-kemarin.

SETIAP tahun pada 10 Syawal atau sepuluh hari setelah perayaan Lebaran Idul Fitri, warga Kelurahan Boyulangu, Kecamatan Giri, berbondong-bondong beserta seluruh anggota keluarga untuk berpawai menggunakan dokar menuju ke Pantai Watudodol. Warga setempat menyebut tradisi itu dengan nama Puter Kayun.

Tradisi yang digelar secara turun temurun setiap Lebaran itu dilakukan sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang telah diberikan Tuhan Yang Maha esa. Tradisi itu juga dilakukan untuk mempererat tali silaturahmi keluarga.

Tidak hanya itu, tradisi ini juga dilakukan untuk mengenang usaha dari para leluhur yang telah berhasil membuka jalan dari Bayolangu menuju kawasan Watudodol yang berjarak kurang lebih 15 Km. Mereka menggunakan dokar sebagai alat transportasi untuk menuju Watudodol.

Menurut riwayat, dulu semua warga Boyolangu berprofesi sebagai tukang kusir dokar. Sehingga, dokar menjadi kendaraan yang selalu digunakan ketika bepergian, termasuk dalam tradisi Puter Kayun. Menurut keterangan warga sekitar dulu, saat kirab Puter Kayun dilaksanakan, ada sekitar 100 dokar yang ikut kirab.

Perkembangan zaman, saat ini jumlah dokar pun semakin sedikit. Saat Puter Kayun kemarin juga hanya ada 14 dokar yang mengikuti kirab. Bahkan, saat kirab kemarin banyak juga warga yang menggunakan sepeda motor dan mobil bak terbuka untuk bersama- sama menuju Watudodol.

Ketua Adat Boyolangu, Muhammad Imron, mengatakan tradisi ini memang perlu dilestarikan. Tradisi Puter Kayun dilakukan agar warga Boyolangu tetap mengingat perjuangan leluhurnya, yakni Buyut Jakso, yang telah berhasil membuka jalan di sekitar Watudodol.

Imron menceritakan. saat zaman Bupati Banyuwangi masih dijabat Mas Alit pernah ada mega proyek sebuah pembukaan jalan dari Banyuwangi ke arah Surabaya. Proyek itu terpaksa terhenti lantaran para pekerja tidak ada yang mampu mendhodhol (membongkar) sebuah gunung yang ada di sekitar Watudodol itu.

Saat proyek berhenti, Bupati Mas Alit melakukan sayembara bagi siapa saja yang bisa membuka jalur di sekitar Watudodol itu. Nah, saat sayembara berlangsung tidak ada satu pun orang yang mampu membuka jalan itu itu karena kuat dugaan gunung itu dihuni oleh mahkluk halus.

Di tengah kegalauan Mas alit itu, dia teringat kepada seorang yang sakti di Gunung Silangu (saat ini Boyolangu) yakni Buyut Jaksa. Mas Alit pun sowan ke Buyut Jakso untuk meminta bantuan agar bisa membuka jalan yang ada di sekitar Watudodol itu.

DuIu daerah Boyolangu ini dikenal dengan nama Gunung Silangu,” kata Imron. Singkat cerita, setelah dirayu oleh Mas Alit, akhirnya Buyut Jalso pun mau untuk membantu. Konon, Bayut Jakso juga sempat berperang dengan beberapa makhluk halus yang menghuni gunung di sekitar Watudodol itu.

Dalam peperangan itu, Buyut Jakso pun berhasil mengalahkan makhluk halus penghuni gunung di Watudodol. Namun, setelah peperangan selesai, sang makhluk halus meminta agar Buyut Jakso untuk memberikan sedikit sisa bongkahan batu di sisi timur jalan.

Permintaan dari makhluk halus itu pun dituruti dan sampai saat ini batu itu juga masih berdiri dengan tegak di sekitar tempat wisata Watudodol itu. Keberhasilan Buyut Jakso membuka jalur menuju arah Surabaya ini akhirnya juga membuat proyek pembuatan jalan dilanjutkan.

Nah, untuk mengenang jasa Buyut Jakso itulah, maka warga Boyolangu sejak dulu melakukan tradisi Puter Kayun. “Dulu sebelum ada kendaraan bermotor, warga Boyolangu tetap bekerja ndokar saat lebaran. Saat Lebaran ke sepuluh mereka semua libur ndokar dan melakukan kirab Puter Kayun untuk mengenang leluhurnya,” tandasnya.

Sekadar diketahui, Puter Kayun saat ini sudah masuk dalam agenda Banyuwangi Festival. Tema yang diusung adalah Puter Kayun Lebaran Ketupat. Sebelumnya juga ada beberapa rangakaian kegiatan seperti Kupat Sewu, pawai tapekong, kebo-keboan.

Sebelumnya warga juga melakukan ziarah ke makam Buyut Jakso yang ada di sekitar Kelurahan Boyolangu. Dalam acara Puter Kayun kemarin, pelepasan 14 dokar dilepas langsung oleh Bupati Abdullah Azwar Anas. Dalam kesempatan ini Anas di daulat untuk naik ke atas dokar di urutan pertama.

Anas mengatakan, tradisi Puter Kayun yang sudah masuk Banyuwangi Festival ini diharapkan bisa mendongkrak perekonomian warga Boyolangu khususnya. Diharapkan, dengan adanya tradisi puter kayun yang dikemas sedemikian rupa, bisa manambah daya tarik wisatawan lokal atau luar negeri untuk datang ke Boyolangu.

“Mempertahankan dan membangun kebudayaan itu penting, Membangun perekonomian juga saya kira penting. Keduanya harus berjalan selaras, jangan sampai karena ingin mengedepankan perekonomian, sebuah tradisi budaya di suatu daerah menjadi tergusur,” ujar Anas disambut tepuk tangan warga Boyolangu.(radar)