Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Mandi Air Nutfah di Watudodol

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

ratusan-warga-melakukan-ritual-siraman-di-sumber-air-tawar-pantai-watudodol-ketapang-kemarin-malam

KALIPURO – Suasana mata air yang berada di Pantai Watudodol, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, yang biasanya sunyi kemarin malam  (11/10) mendadak ramai. Ratusan orang  bertelanjang dada berkumpul mengelilingi
sumber air tawar yang hanya berjarak beberapa  meter dari pantai itu.

Orang-orang itu rupanya sedang melakukan ritual mandi kembang untuk memperingati  malam 10 Suro yang jatuh tepat pada hari itu. Mereka meyakini mandi di sumber air tersebut dapat menolak bala dan menyucikan jiwa dan raga. Pemandangan itu menjadi menarik karena meski hari sudah lewat  tengah malam, orang-orang justru semakin riuh berebut air.

Pekik suara takbir “Allahu Akbar..Allahu Akbar”  terdengar membahana saat air dikucurkan  dari selang. Air itu langsung membasahi tubuh warga yang bertelanjang dada. Bahkan, beberapa yang tak sabar terlihat menurunkan tangannya untuk meraih langsung  mata air yang sudah dikelilingi  dengan tumpukan karung berisi pasir itu.

Yulianto, salah seorang warga yang ikut mandi di tempat itu mengatakan, ritual mandi di pantai Watudodol tersebut mereka lakukan hampir setiap tahun, tepat pada pukul 00.00 malam 10 Suro. Tak hanya dari Banyuwangi, beberapa warga dari luar kabupaten  seperti Cilacap, Surabaya, Tangerang, Jakarta, dan Bali, juga ikut mandi kembang.

Mereka semua percaya jika sumber mata air yang  disebut “nutfah” ini memiliki  khasiat khusus. “Kita yang ke sini percaya jika  mata air ini menjadi tempat napak tilas para wali. Jadi ada khasiat khusus, terutama untuk membersihkan diri. Sebelumnya kita juga melakukan istighotsah,” ujar pria  berkulit putih itu.

Pengasuh Ponpes Al-Hikam, Mas Syaifulloh Ali Bagiono, mengatakan ritual tersebut dilaksanakan untuk memperingati tahun baru Islam. Dia menambahkan, sesuai kitab kuno, di  bulan Suro sangat perlu sekali  diadakan ruwatan Nusantara seperti yang dilakukan saat itu.

Menurut Bagiono, ritual itu  menjadi cermin diri terhadap apa yang dilakukan sepanjang tahun lalu, serta bertobat atas  kesalahan sehingga rohani, dan   jasmani kembali suci. “Bulan Suro atau Muharram ini bulan  baik dan mandi di tanggal 10 ini memiliki banyak manfaat,’’ ungkap pria yang akrab disapa  Abah tersebut. (radar)