Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kisah 41 Jamaah Umrah Banyuwangi yang Tertahan di Makkah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Berangkat Ditunda 5 Kali, Nginap 3 Hari di Malaysia

RUMAH Budi Hermawan tampak lebih ramai dari biasanya sepekan terakhir. Pria yang bekerja di salah satu bank itu juga tengah sibuk. Hampir setiap saat, telepon seluler  miliknya selalu berbunyi nyaring.  Beberapa obrolan pun harus  terpotong untuk sekadar menjawab  panggilan telepon.

Kesibukan yang tampak di rumahnya, bisa jadi cukup beralasan. Mereka  bingung memikirkan nasib empat  anggota keluarganya yang kini tertahan di Tanah Suci Makkah. Mereka berangkat ke Tanah Suci untuk menjalankan ibadah umrah. Berangkatnya  pun sudah lama, yakni pada 25 Desember 2016 lalu.

Empat keluarga Budi itu sedianya dijadwalkan pulang ke Tanah Air pada 7 Januari 2017. Ternyata jadwal kepulangan itu meleset. Bersama  rombongan umrah asal Banyuwangi lainnya, anggota keluarga Budi  tertahan di Saudi Arabia. Mereka  belum tahu, kapan kepastian keluarga bisa pulang ke tanah air.

“Sedianya  sudah pulang tapi sampai saat ini belum bisa pulang,” tuturnya. Belum jelasnya kepulangan anggota keluarga Budi yang masuk  dalam 41 jamaah umrah asal Banyuwangi itu bukan tanpa sebab. Pihak jasa penyedia layanan ibadah umrah, diduga  belum melunasi biaya inap  jamaah di Tanah Suci.

Imbasnya, pihak hotel menahan paspor milik jamaah.  Pada perkembangan selanjut- nya, masalah seakan sempat akan berlalu ketika muassasah berhasil melakukan take over permasalahan ini. Paspor sudah berhasil  dikembalikan ke jamaah. Muassasah merupakan organisasi gabungan antara mutawif pembimbing tawaf yang biasa  disebut syekh dan munawir. Atau istilah gampangnya, mereka  disebut dengan pembimbing  ziarah. Organisasi ini merupakan penunjukan pemerintah Indonesia di Saudi Arabia.

Meski paspor sudah di tangan, jamaah asal Banyuwangi itu belum  juga bisa pulang. Padahal, jatah  visa selama 17 hari yang dimiliki sudah tinggal sedikit. Tak ayal, pihak keluarga pun kini hanya  bisa berharap ada solusi nyata agar jamaah bisa segera pulang ke tanah air.

“Sejauh ini biro jasa tidak bisa diharapkan,” ujar Budi.  Sementara itu, Huda, warga Banyuwangi juga bernasib sama. Dia memiliki anggota keluarga yang ikut dalam rombongan  jamaah yang tertahan di Tanah  Suci. Dia tidak menyangka, bila ibadah umrah yang dijalani  anggota keluarganya itu menimbulkan masalah.

“Awalnya saya sudah curiga dengan biro perjalanan itu. Sudah ada yang aneh sejak sebelum pemberangkatan,” ungkapnya. Kecurigaan itu muncul setelah  pihak biro perjalanan menjadwal ulang pemberangkatan hingga lima kali. Sedianya seluruh jamaah akan setahun lalu. Namun  pemberangkatan diundur pada akhir Desember 2016 lalu tanpa   alasan yang jelas.

Bukan itu saja, pihak keluarga pun tidak menyangka bila kemudian nama biro jasa tempat   anggota keluarganya mendaftar berubah. Saat mendaftar, dirinya disodori blangko dan nama biro perjalanan yang cukup terkenal  di Indonesia. Nyatanya, setelah  berangkat nama biro perjalanannya berubah.

Biro perjalanan itu diduga milik  warga Malaysia. Saat berangkat dari Bandara Juanda,  masalah pun mulai muncul. Saat jamaah  tiba di Negeri Jiran, rombongan tidak langsung berangkat ke  Makkah. Mereka sempat tertahan  di Malaysia selama tiga hari.

Setelah menginap tiga hari di Malaysia, rombongan akhirnya diterbangkan ke Saudi Arabia. Hal inilah yang membuat pihak  keluarga sangat merasakan kegan- jilan atas keberadaan biro per-  jalanan yang memberangkatkan keluarganya.

“Pas berangkat dari  biro perjalanan di Kecamatan Glenmore itu tidak ada masalah. Setelah itu, baru curiga saya ada  yang aneh,” ujar Huda. Kondisi tersebut membuat Huda  dan Budi terus memantau kondisi  anggota keluarganya. Apalagi, beberapa jamaah itu berusia di  atas 60 tahun.

Beberapa jamaah  bahkan kini mulai mengalami  gangguan kesehatan seperti  demam. Sementara itu untuk urusan kepulangan, pihak keluarga masih  menunggu kepastian dari Saudi Arabia. Apalagi biaya pemulangan  jamaah itu ternyata tidak murah.

Bila satu jamaah membutuhkan biaya Rp 10 juta untuk  tiket pesawat pulang, maka dibutuhkan  dana lebih Rp 400 juta untuk  memulangkan semua jamaah ke Indonesia. Apalagi, tidak semua  keluarga jamaah memiliki dana taktis untuk membeli tiket pulang.  Hingga kini, semuanya masih  terus menunggu solusi.(radar)