Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kurangi Jam Kerja Demi Ibadah Puasa

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

kurangiAktivitas ekonomi selama bulan Ramadan di tempat pembuangan sampah akhir (TPSA), Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro, sedikit berkurang. Puluhan pemulung yang mengais rezeki di tempat itu sengaja mengurangi jam kerja saat puasa.

Puasa, aktivitas di lokasi TPSA Bulusan mulai pagi hingga sore ramai dengan kegiatan puluhan pemulung. Mereka mengumpulkan dan memilah barang bekas yang memiliki nilai ekonomi. Namun memasuki pada bulan Ramadan, suasana hiruk pikuk TPSA relatif sepi. Kegiatan tidak sepadat hari-hari di luar bulan Ramadan.

Pada hari-hari normal, para pemulung sudah berada di TPA sejak pukul 06.00, dan baru pulang ke rumahnya saat mata hari mulai terbenam sekitar pukul 17.30. Namun situasi TPA siang kemarin, hanya ada beberapa pemulung yang melakukan aktivitas. Padahal, jumlah pemulung yang menggantungkan hidupnya di TPA mencapai 30 orang.

Puluhan orang itu biasanya bekerja pagi hingga sore sepanjang tahun stand by di TPA menunggu kedatangan truk sampah. Hanya pada bulan Ramadan, mereka mengurangi jam kerjanya. Selama bulan suci Ramadan ini, mereka memulai aktivitas pada pukul 06.00 dan berakhir pada pukul 13.00 Sedangkan di luar bulan Ramadan, mereka mulai aktivitas pada pukul 06.00 dan berakhir sekitar pukul 17.30.

Mereka sengaja mengurangi jam kerja, karena tidak ingin aktivitasnya mencari nafkah mengganggu kewajiban ibadah puasa. Bagi mereka melaksanakan ibadah puasa, lebih penting dari kegiatan lain, termasuk kewajiban mencari nafkah. Karena itu, mereka mengaku lebih memilih mengorbankan pekerjaan dari pada harus tidak berpuasa karena mencari nafkah. Mereka memiliki prinsip mencari nafkah untuk beribadah pada Allah.

Karena itu, mereka rela mengorbankan pendapatannya berkurang demi melaksanakan ibadah puasa. “Saya cari nafkah di sini untuk ibadah,” cetus Nanik, salah seorang pemulung di TPSA Bulusan. Mereka mengurangi jam kerjanya, bukan semata-mata agar kuat melaksanakan ibadah puasa. Mereka juga mengaku tidak ingin aktivitas di TPA pada siang hari mengganggu kegiatan Ramadan pada malam hari, seperti salat sunah tarawih dan kegiatan lainnya.

Jika kerja sehari penuh, mereka memastikan pada malam hari tidak bisa beraktivitas lagi karena badan sudah capai. Pada hari-hari biasa, setelah pulang dari TPA mereka mengaku langsung istirahat untuk persiapan kerja esok harinya. Agar pada malam harinya bisa mengikuti kegiatan Ramadan, mereka memutuskan untuk kerja setengah hari selama Ramadan. Padahal, pendapatan mereka tergantung dengan hasil barang yang dikumpulkan.

Jika berhasil mengumpulkan barang banyak, maka secara otomatis pendapatan mereka juga banyak. Apalagi barang bekas yang mereka kumpulkan, harganya sangat murah. “Satu kilogram plastik bekas hanya dibeli Rp 700,” papar Nanik. Dalam 20 hari sekali, para pemulung mengaku menerima pendapatan berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu.

Jika mereka berhasil mengumpulkan plastik bekas lebih banyak lagi, maka pendapatan bisa mencapai Rp 300 ribu. Beberapa pemulung, ada juga yang mengaku hanya memiliki pendapatan Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu dalam kurun 20 hari. Walau pendapatan cukup kecil, mereka tidak pernah mengeluh dan tetap rutin menjalani aktivitas sebagai pemulung. “Saya tidak pernah menanyakan berapa harga.

Pokoknya setelah ditimbang, saya diberi uang,” tutur Sri Tatik, pemulung yang lain. Mereka juga mengaku tidak pernah bertanya berapa berat timbangan rongsokan yang mereka berhasil dikumpulkan. Mereka mengaku percaya pada pembeli yang mengambil secara rutin setiap 20 hari sekali. “Tanggal 25 ini, barang-barang ini sudah diambil. Setelah Lebaran, baru ada pengambilan lagi,” tutur Sri Tatik sembari menunjuk barang yang berhasil dikumpulkan. (radar)