Sindir Kubu Waridjan yang Kerahkan Preman Bayaran
BANYUWANGI – Keberadaan sekelompok preman yang masih siaga di dalam kampus Universitas 17 Agustus (Untag) 1945 Banyuwangi menyebabkan resah kalangan mahasiswa. Untuk menyindir pihak kampus yang menyewa preman tersebut, sore kemarin (23/2) sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti Premanisme (AMAP) Untag 1945 Banyuwangi menggelar aksi damai.
Aksi menggalang seribu uang koin kepada pengguna jalan itu dipusatkan di Simpang Lima, Banyuwangi, sejak pukul 14.00. Setelah terkumpul, uang koin yang didapat dari pengguna jalan raya kemarin itu langsung disumbangkan kepada pihak kampus.
Harapannya, uang koin yang sudah terkumpul tersebut digunakan membantu pihak kampus yang disinyalir sengaja membayar para preman yang disiagakan di dalam kampus. ”Sudah terkumpul sekitar Rp 500 ribu. Nanti (kemarin) uang receh ini akan kami berikan kepada pihak rektorat biar digunakan untuk membayar preman,” ujar koordinator aksi, Wahyu Prasetyawan.
Wahyu mengatakan, aksi yang dilakukan itu merupakan bentuk keprihatinan mahasiswa terkait kondisi kampus yang dirasa tidak semestinya. Adanya beberapa preman yang sampai saat ini masih siaga di dalam kampus itu dirasa tidak mendidik mahasiswa dan tentu mengganggu proses belajar mahasiswa.
”Preman sudah masuk ke dalam Untag 1945 Banyuwangi. Itu bukan pendidikan yang bagus bagi kami. Itu bisa mengubah karakter mahasiswa Untag ke depan. Jelas sangat mengganggu,” kritik Wahyu. Pihaknya sangat menyayangkan tindakan pihak Kampus Merah Putih yang sengaja membayar preman tersebut dengan uang kampus.
Mahasiswa merasa dirugikan dengan perilaku tidak mendidik tersebut. Menurut Wahyu, seharusnya uang yang dibayarkan para mahasiswa digunakan membayar para dosen dan untuk pembangunan kampus. “Lha ini malah digunakan untuk membayar para preman-preman. Informasi yang kami terima ada sekitar 180 preman di dalam kampus. Perorang diba yar Rp 200 ribu. Koordinator premannya tentu lebih besar daripada bayaran premannya,” beber Wahyu.
Pihaknya berharap agar konflik di internal Perpenas segera selesai. Wahyu sangat mendukung pihak yang secara yuridis formal telah mengantongi legalitas sebagai penyelenggara Perkumpulan Gema Pendidikan Nasional 17 Agustus 1945 Banyuwangi (Perpenas) dari Kemenkumham.
”Kami berpihak kepada pihak yang punya SK Kemenkumham biar ijazah kami nanti legal,” tegasnya. Sementara itu, setelah aksi yang dilakukan di Simpang Lima sejak pukul 14.00 hingga 17.00 kemarin itu, sejumlah mahasiswa langsung menuju kampus untuk menyetorkan uang koin tersebut kepada pihak rektorat.
Rencananya, hari ini pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untag 1945 Banyuwangi akan mendatangi Polres Banyuwangi untuk meminta perlindungan hukum terkait adanya beberapa preman di dalam kampus. Sekadar diketahui, Sabtu (20/2) lalu kubu Sugihartoyo hendak masuk kantor Perpenas di dalam kompleks Untag 1945 Banyuwangi.
Agenda ngantor batal karena Sugihartoyo lebih memenuhi saran Kapolres Banyuwangi, AKBP Bastoni Purnama. Fatalnya, pada saat kubu Sugihartoyo mengurungkan niatnya ngantor, justru kubu Waridjan menyewa para preman untuk menghadang kedatangan Sugihartoyo dan kawan-kawan.
Meski kubu Sugihartoyo batal masuk kantor Perpenas Banyuwangi, suasana Kampus Merah Putih di Jalan Adi Sucipto itu dijaga ketat. (radar)