sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Banyuwangi pada Senin (15/12).
Sebanyak 1.512 kepala keluarga (KK) yang tersebar di tiga kecamatan dilaporkan terdampak banjir akibat luapan sejumlah sungai.
Saat ini petugas gabungan dari tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Tagana, Relawan, dan stakeholder terkait membantu penanganan pascabanjir.
Tiga kecamatan yang terdampak banjir yaitu Sempu, Srono, dan Muncar. Berdasarkan hasil asesmen awal, dampak cukup parah terjadi di Dusun Tratas, Desa Kedungringin, Muncar.
Khusus di Kecamatan Muncar, empat desa terdampak banjir dari luapan Sungai Blambangan. Hujan deras disebabkan air sungai meluap hingga debit air meningkat.
Empat desa tersebut Wringinputih, Tapanrejo, Kedungringin, dan Kedungrejo. Terdapat sekitar 1.489 KK yang terdampak banjir tersebut.
Desa Tembokrejo tercatat 44 KK, Tapanrejo 35 KK, Kedungringin 610 KK, serta Wringinputih 800 KK di dua dusun.
Banjir terjadi sekitar pukul 18.00. Dimulai dari meningkatnya aliran Sungai Blambangan dan tersumbatnya jembatan dari rumpun bambu dan sampah.
Celakanya, air sungai meluber ke permukiman warga. Namun, sekitar pukul 21.00 air sudah mulai surut.
Kepala Pelaksana BPBD Banyuwangi Danang Hartanto mengatakan, banjir berdampak bukan hanya di Kecamatan Muncar. Melainkan tiga kecamatan, yakni Sempu, Srono, dan Muncar.
“Berdasarkan laporan, tiga kecamatan terdampak banjir luapan, yaitu Kecamatan Sempu, Srono, dan Muncar,” katanya.
Di Kecamatan Sempu, banjir merendam Dusun Karangrejo, Karanganyar, dan Mangki dengan total 22 kepala keluarga (KK) terdampak. Sementara di Kecamatan Srono, banjir berdampak pada satu KK.
”Meski genangan telah surut, debit air sungai masih tinggi dan warga diminta tetap waspada,’’ kata Danang.
Berdasarkan hasil asesmen awal, dampak cukup parah terjadi di Kecamatan Muncar tepatnya di Dusun Tratas, Desa Kedungringin.
Page 2
“Kita masih melakukan penanganan di Muncar, karena wilayah banjir yang paling parah terjadi di Dusun Tratas. Penanganan awal kita lakukan normalisasi drainase, dan sampai saat ini genangan air masih ada sekitar 40 cm,” ungkap Danang.
Penyebab banjir yang terjadi di Muncar dampak dari luapan Sungai Blambangan, selain itu di jembatan Wagut ada sumbatan rumpun bambu sehingga, sehingga air naik ke permukinan warga.
“Kerusakan akibat banjir tidak ada, hanya genangan saja dan jalan rusak,” jelas Danang.
Bupati Ipuk Fiestiandani kemarin langsung meninjau titik-titik banjir di Muncar. Ipuk juga melihat rumpun bambu yang menutup mulut Jembatan Wagud di Muncar.
Ipuk mengatakan, selain sumbatan di Jembatan Wagud, permasalahan banjir disebabkan dari muara ke hulu.
Kurangnya peduli terhadap lingkungan juga menjadi penyebab terjadinya banjir.
“Seperti membuang sampah sembarangan yang menyebabkan tersumbatnya selokan menjadi penyebab terjadinya banjir,” katanya.
Pemkab Banyuwangi akan terus melakukan pemulihan serta perbaikan lingkungan. Selain itu, perlindungan kesehatan warga juga terus diperhatikan.
“Untuk kesehatan, dari Puskesmas terus keliling untuk melakukan pemeriksaan kesehatan warga, pemerintah siap membantu permasalahan warga yang terdampak banjir,” katanya.
Salah satu warga, Abdul Aziz mengatakan, banjir terjadi sekitar pukul 18.00. Saat itu, tingginya air ke pemukiman warga sekitar satu meter ke atas.
“Sekitar pukul 21.00 air mulai surut, serta warga langsung mulai melakukan pembersihan lumpur,” katanya.
Banjir ini, lanjut dia, membuat warga panik. Sebab, datangnya air ke pemukiman secara mendadak. “Tiba-tiba sungai meluap dan membanjiri permukiman,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Indira, warga Dusun Kedungringi, Kecamatan Muncar. Ia menyebut air mulai menggenangi permukiman sejak sore hari menjelang waktu salat mahgrib dan naik dengan cepat.
“Mulai sekitar jam setengah enam sore air sudah masuk. Tidak sampai setengah jam, air naik cepat sampai sepinggang orang dewasa,” kata Indira. (why/aif)
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Banyuwangi pada Senin (15/12).
Sebanyak 1.512 kepala keluarga (KK) yang tersebar di tiga kecamatan dilaporkan terdampak banjir akibat luapan sejumlah sungai.
Saat ini petugas gabungan dari tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Tagana, Relawan, dan stakeholder terkait membantu penanganan pascabanjir.
Tiga kecamatan yang terdampak banjir yaitu Sempu, Srono, dan Muncar. Berdasarkan hasil asesmen awal, dampak cukup parah terjadi di Dusun Tratas, Desa Kedungringin, Muncar.
Khusus di Kecamatan Muncar, empat desa terdampak banjir dari luapan Sungai Blambangan. Hujan deras disebabkan air sungai meluap hingga debit air meningkat.
Empat desa tersebut Wringinputih, Tapanrejo, Kedungringin, dan Kedungrejo. Terdapat sekitar 1.489 KK yang terdampak banjir tersebut.
Desa Tembokrejo tercatat 44 KK, Tapanrejo 35 KK, Kedungringin 610 KK, serta Wringinputih 800 KK di dua dusun.
Banjir terjadi sekitar pukul 18.00. Dimulai dari meningkatnya aliran Sungai Blambangan dan tersumbatnya jembatan dari rumpun bambu dan sampah.
Celakanya, air sungai meluber ke permukiman warga. Namun, sekitar pukul 21.00 air sudah mulai surut.
Kepala Pelaksana BPBD Banyuwangi Danang Hartanto mengatakan, banjir berdampak bukan hanya di Kecamatan Muncar. Melainkan tiga kecamatan, yakni Sempu, Srono, dan Muncar.
“Berdasarkan laporan, tiga kecamatan terdampak banjir luapan, yaitu Kecamatan Sempu, Srono, dan Muncar,” katanya.
Di Kecamatan Sempu, banjir merendam Dusun Karangrejo, Karanganyar, dan Mangki dengan total 22 kepala keluarga (KK) terdampak. Sementara di Kecamatan Srono, banjir berdampak pada satu KK.
”Meski genangan telah surut, debit air sungai masih tinggi dan warga diminta tetap waspada,’’ kata Danang.
Berdasarkan hasil asesmen awal, dampak cukup parah terjadi di Kecamatan Muncar tepatnya di Dusun Tratas, Desa Kedungringin.








