Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Menanti Lailatul Qadar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

menantiRAMADAN adalah bulan yang dapat mewujudkan suasana batin pribadi yang suci dan damai, sebagai sarana interaksi kapada Allah SWT untuk menjadi insan yang kamil. Untuk itu di dalam bulan Ramadan terdapat banyak sekali momen keutamaan yang diberikan kepada umat Islam yang menjalankan ibadah puasa untuk menambah investasi amal. Salah satu momen yang sangat dinanti-nanti kaum beriman itu adalah Lailatul Qadar.

Sama halnya dengan momen-momen keagamaan lainnya seperti israk mikraj, maulid, nuzulul Qur’an dan dua hari raya. Lailatul qadar juga menimbulkan budaya- budaya yang berbeda di masingmasing wilayah di indonesia. Ditilik dari maraknya budaya keagamaan itu, maka jelas ada sesuatu yang harus kita pahami secara mandalam, mendasar, dan luas tentang lailatul qadar.

Karena seiring berjalannya waktu hal tersebut dikhawatirkan menyimpang dari makna sebenarnya serta hanya menjadi kebiasaan lahiriah dan formal saja. Lailatul qadar sendiri jika ditinjau dari segi harfi ah berarti Malam Penentuan atau Malam Kepastian, jika kata-kata qadr berasal dari taqdir. Tetapi ada juga yang mengartikan  Malam Kemahakuasaan jika kata qodr dipahami sama dengan Al- Qadir yang berarti Yang Maha Kuasa yang menjadi salah satu sifat jaiz-nya Allah SWT.

Dan jika dikaji dari prespektif histori lailatul qadar dijelaskan dalam kitab Hasiyatul As-Showi yang menjelaskan tentang lailatul qadar sebagai salah satu waktu yang sangat istimewa yang diberikan oleh Allah SWT hanya kepada umat Muhammad Saw. Alasannya, pada suatu waktu Nabi Muhammad mengadu kepada Allah SWT, kenapa umur umatnya lebih pendek dibandingkan umur umat nabi-nabi sebelumnya yang bisa mencapai ratusan bahkan ribuan tahun.

Bagaimana umatnya bisa mengumpulkan kebajikan untuk bekal di akhirat kelak jika usia umatnya pendek. Maka, atas sifat Rahman dan Rahim-Nya, Allah Swt memberikan keistimewaan berupa lailatul qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW. Malam penentuan dan malam kepastian merupakan pengertian yang sangat cocok diartikan sebagai lailatul qadar karena pada malam itu juga ditetapkan takdir untuk tahun itu dan tahun berikutnya.

Hal itu biasanya di istilahkan takdir As-Sanawat (tahun-tahun). Allah Azza wajal berfi rman : “Pada malam itu (Lailatul Qadar) dipecahkan setiap urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhan: 04). Menurut keterangan dari kitab Hasiatul As-Showi berpendapat bahwa pada malam itu ditakdirkan siapa yang naik pangkat tahun ini, siapa yang menikah, siapa yang mempunyai momongan dan semuanya dari masalah umur dan rezeki.

Oleh karena itu dianjurkan untuk memperbanyak memanjatkan doa kebaikan dalam menyambut lailatul qodar. Karena tidak ada seorangpun yang dapat merubah takdir kecuali dengan doa yang di panjatkan. Rasulullah SAW mengajarkan doa untuk menyambut datangnya malam lailatul qadar melalui pertanyaan Siti Aisyah. “Wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam lailatul qadar, maka apakah yang aku ucapkan padanya?”

Beliau menjawab,  “Berdoalah dengan: Allohumma innaka afuwung karim tuhibbul afwa fa’fuanna.” (HR.Tirmidzi) Di dalam Alquran juga menjelaskan bahwa setiap amalan-amalan yang dilakukan pada malam itu pahalanya lebih baik daripada seribu bulan. Hal tersebut juga termaktub dalam Alquran. “Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan ”.(QS. Al-Qodr: 03).

Jika kita kalkulasi secara matematis, 1000 bulan sama dengan 84 tahun plus 4 bulan. Dalam ayat tersebut juga dipaparkan bahwa lailatul qodar tidak sama dengan 1000 bulan, melainkan lebih baik dan lebih banyak dari pada itu. Allah juga tidak menyebutkan berapa bulan lagi pahala yang kita terima, satu, dua dan bahkan berbulan-bulan seterusnya sesuainya dengan kehendak Allah.

Begitu menakjubkannya hal tersebut. Padahal usia umat Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW hanya berkisar 60 hingga 70 tahun saja . Lailatul qadar sendiri biasanya terjadi pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan. Dan yang paling berpotensi terjadi lailatul qodar adalah malam ganjil dari 10 hari tersebut. Hal itu juga diperkuat hadist Nabi Muhammad SAW. “Carilah lailatul qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terahir ”. (HR.Bukhori).

 Sehingga di sebagian wilayah Ba nyuwangi dan daerah se kitarnya menghasilkan tradisi se lametan yang biasa dikenal de ngan istilah likuran yang di laksanakan pada tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29 Ramadan. Sebagian ulama memberikan kriterium lebih spesifik lagi me ngenai hal tersebut. Salah satunya dari kitab Bughyatul Mustarsyidin yang menjelaskan ten tang cara menentukan lailatul qadar dengan mengacu awal permulaan bulan Ra madan.

Jika hari pertama jatuh pada Ahad atau Rabu, maka lai latul qadar jatuh pada malam ke 29 Ramadan. Namun apa bila hari pertama jatuh pada malam Senin, maka jatuh pada malam ke-21 Ramadan. Ke tika permulaan Ramadan tepat pada malam Kamis, maka lailatul qadar jatuh pada hari ke-25 Ramadan. Apabila per mulaan puasa jatuh pada ma lam Sabtu, maka jatuh pada tang gal 23 Ramadan.

Dan, ketika awal Ramadan dimulai pada malam Selasa atau Jumat, maka lailatul qadar jatuh pada tanggal ke 27 Ramadan. Kriterium-kriterium itu juga diterangkan dalam kitab yang lain seperti Ihya’ Ulumudin dan I’anatut Th olibin. Oleh karena itu, lailatul qadar adalah momentum yang sangat pas untuk melakukan gerakan pe rubahan yang mendasar pada kita untuk pergi ke mas jid untuk melakukan pe renungan, intropeksi (ihtisab), dan merintis jalan yang lurus (sirotol mustaqim). Amin *) Penggiat Komunitas Al-Anwari Bahtsul Masa’il (ANABIL) Banyuwangi.  (radar)