BANYUWANGI, Jurnalnews – PT Bumi Suksesindo (BSI), pengelola tambang Tujuh Bukit Operations di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, menegaskan komitmennya untuk menjalankan pertambangan dengan standar keselamatan yang tinggi bagi seluruh karyawan dan perusahaan rekanan.
Dalam upayanya menjalankan prinsip-prinsip pertambangan yang baik, General Manager of Operations (GMO) PT Bumi Suksesindo, Roelly Fransza, menekankan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebagai pilar utama dalam menjaga keberlangsungan operasional. Mengingat dunia pertambangan merupakan industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat risiko, pengelolaan risiko dengan baik menjadi krusial.
“Kami berkomitmen untuk mengelola setiap risiko dengan sebaik-baiknya guna mencegah kecelakaan tambang. Dengan K3 yang berjalan optimal, para pekerja dapat menjalankan aktivitas mereka dengan nyaman dan aman. Selain itu, investasi dalam sektor pertambangan juga akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi negara dan masyarakat,” ungkap Roelly saat memberikan pengarahan kepada para anggota tim.
Pentingnya penerapan prinsip-prinsip pertambangan yang baik menjadi perhatian utama PT BSI, dan komitmen untuk menjaga keselamatan karyawan dan rekanan merupakan langkah nyata dalam mencapai tujuan tersebut.
Dengan upaya terus menerus untuk meningkatkan kesadaran akan K3 dan kepatuhan terhadap standar keselamatan, PT Bumi Suksesindo berupaya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif bagi seluruh insan yang terlibat dalam kegiatan pertambangan di wilayah Banyuwangi.
Dalam upaya mewujudkan standar keselamatan yang tinggi di lingkungan kerja, PT Bumi Suksesindo (BSI) telah mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan program “Takon Pitu”. Departemen Kesehatan dan Keselamatan (OHS) PT Bumi Suksesindo menegaskan pentingnya peran setiap pekerja dalam mengidentifikasi dan mengendalikan potensi bahaya yang mungkin terjadi.
“Dalam industri pertambangan, kesadaran akan keselamatan dan kesehatan merupakan hal yang tak bisa ditawar. Setiap pekerja harus meluangkan waktu untuk mengenali dan mengevaluasi potensi bahaya serta mencari cara untuk mengatasinya. Inilah tujuan utama dari program Takon Pitu,” ungkap Yan Probo, perwakilan dari Departemen OHS PT Bumi Suksesindo.
Dalam program Takon Pitu ini, para pekerja diharapkan selalu berada dalam kondisi waspada ketika menjalankan aktivitas kerja, serta mengutamakan keselamatan diri, penggunaan peralatan, dan keadaan lingkungan sekitar. Sebagai langkah awal sebelum memulai setiap tugas, setiap pekerja diwajibkan menilai potensi bahaya yang ada dan merencanakan pengendalian yang tepat.
“Program ini menempatkan tanggung jawab secara pribadi pada setiap pekerja untuk secara proaktif mengevaluasi risiko sebelum memulai tugasnya. Dengan cara ini, kami berharap dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan efisien bagi seluruh tim di PT Bumi Suksesindo,” tambah Yan Probo.
Dalam upaya menerapkan program “Takon Pitu” ini, PT Bumi Suksesindo berkomitmen untuk terus memberikan pelatihan dan dukungan yang memadai kepada seluruh karyawan. Dengan kerjasama dan kesadaran kolektif, perusahaan ini berharap dapat mencapai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dan memberikan contoh positif bagi industri pertambangan secara keseluruhan.
Dalam melaksanakan pekerjaan Takon Pitu, tidak hanya keterampilan dan ketelitian yang dibutuhkan, tetapi juga kesadaran akan pentingnya keselamatan dan lingkungan. Oleh karena itu, pekerjaan ini dilengkapi dengan dokumen Job Safety and Environment Analysis (JSEA), yang berisi langkah-langkah kerja yang terperinci serta identifikasi dan pengendalian bahaya.
Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan pekerjaan Takon Pitu adalah mekanisme TAHAN (Tidak Aman Hentikan Laporkan Amankan). Mekanisme ini memungkinkan seorang pekerja untuk menghentikan sementara pekerjaan apabila menemukan situasi yang dapat menyebabkan kecelakaan, dan kemudian melaporkannya kepada pengawas. TAHAN dapat diterapkan saat karyawan merasa tidak aman sebelum memulai pekerjaan atau ketika mereka melihat orang lain bekerja dalam kondisi yang tidak aman.
Keberadaan mekanisme TAHAN memastikan bahwa setiap pekerja memiliki hak dan tanggung jawab untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Namun, jika terjadi situasi yang tidak dapat segera ditangani, pekerja diharapkan untuk membuat Hazard Identification and Reporting menggunakan formulir laporan bahaya. Dengan demikian, bahaya yang diidentifikasi dapat segera ditindaklanjuti dan diberikan penanganan yang tepat.
Yan Probo, salah seorang pekerja Takon Pitu, menambahkan, “Selain menghentikan pekerjaan, kita juga memiliki beberapa mekanisme pengawasan lainnya untuk memastikan bahwa pekerjaan berjalan dengan aman dan pekerja serta lingkungan tetap terjaga.” Ungkapnya.
Dengan kesadaran dan penerapan mekanisme TAHAN serta pengawasan yang ketat, diharapkan pelaksanaan pekerjaan Takon Pitu akan berjalan dengan lancar dan tetap mengutamakan keselamatan serta keamanan bagi semua pihak yang terlibat.
Departemen OHS telah menciptakan mekanisme OK-KAN (Observasi Kerja Aman) untuk memastikan standar pelaksanaan program kerja aman (safety) secara formal. Melalui OK-KAN, setiap pekerja diundang untuk berpartisipasi dalam pengamatan kegiatan kerja atau tugas guna mengidentifikasi dan memperbaiki praktik serta perilaku kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan.
Pentingnya mewujudkan budaya safety menurut Yan Probo adalah dengan melibatkan setiap orang secara aktif dan berkontribusi. Oleh karena itu, Departemen OHS juga merancang Senior Management Safety Inspections (SMSI), suatu bentuk inspeksi terencana yang diadakan secara rutin (mingguan) oleh superintendent dan manajer senior di area yang telah ditentukan.
Dengan adanya SMSI, manajer senior dan superintendent bertindak sebagai pengawas langsung yang melaksanakan inspeksi keselamatan. Mereka akan mengunjungi area-area yang telah ditentukan secara berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan dan menerapkan tindakan korektif jika ditemukan masalah. Hal ini bertujuan untuk memastikan keselamatan di seluruh area kerja dan melibatkan manajemen senior secara langsung dalam memastikan kesuksesan program keselamatan perusahaan.
Terdapat Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC), yang mencakup rangkaian metode dan aktivitas terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengontrol risiko yang dapat mempengaruhi kemampuan mencapai tujuan. Namun demikian, PT BSI selalu berusaha meningkatkan kinerja keselamatan di semua aspek operasinya, sehingga perusahaan secara rutin melakukan berbagai inisiatif agar budaya K3 dapat diterapkan secara maksimal di Tujuh Bukit Operations.
Sebagai contoh, PT BSI telah mengembangkan program yang difokuskan pada verifikasi pengendalian untuk kegiatan dengan risiko kritis yang dikenal sebagai Critical Risk Management (CRM). Program ini berisi beberapa data yang harus diverifikasi untuk membantu pengendalian di lapangan, sehingga kelebihan dan kekurangannya dapat diidentifikasi. Program ini telah dirilis pada bulan Juli 2022 dan tersedia dalam bentuk aplikasi yang dapat diunduh di desktop maupun perangkat seluler.
Yan Probo, perwakilan dari PT BSI, menjelaskan, “Aplikasi ini dibuat dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang fatal atau lost time injury.”
Lebih lanjut, Yan Probo menambahkan, berkat upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak di Tujuh Bukit Operations, PT BSI berhasil mencapai tonggak sejarah dengan mencatat 20 juta jam kerja. (Red//JN).