Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Nikmati View Selat Bali di Puncak Asmoro

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

NAMA Puncak Asmoro di Dusun Kacangan, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, memang belum populer. Meski begitu, tempat ini sebenarnya memiliki daya tarik yang sangat menggoda. Sebab pengunjung akan disuguhkan view gunung sekaligus pemandangan panorama utuh Selat Bali.

Untuk menuju Puncak Asmoro, kita bisa melewati Kacangan atau Dusun Lerek. Lokasinya cukup jauh dari pusat kota Banyuwangi. Kurang lebih membutuhkan waktu 15-20 menit. Akses jalan ke sana, umumnya tidak terlalu sulit. Namun, setelah melewati perkampungan warga jalannya berubah menjadi jalan tanah berbatu.

Jalan ini bisa dilewati sepeda motor dan mobil. Tetapi hanya mobil jenis off road saja yang bisa melewatinya. Cukup satu mobil saja yang bisa melewati, tak bisa berpapasan, apalagi untuk saling mendahului.

Karena itu, pengunjung yang membawa mobil, sebaiknya memarkir kendaraan di ujung dusun. Selanjutnya, pengunjung bisa berjalan kaki di jalur trekking yang menyehatkan.

Sepanjang jalan, udara segar begitu segar untuk dinikmati. Ditambah dengan pemandangan menarik. Meskipun jalur lumayan menguras tenaga tidak akan terasa berat. Plus-nya lagi, garam dan toksin dalam tubuh bisa terbuang melalui keringat yang mengucur.

Menurut Soleh, anggota keamanan di wisata Puncak Asmoro, wisata ini dibangun dan dikelola oleh LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) beberapa bulan lalu. Saat ini, jumlah pengunjung diperkirakan melebihi 11.000 orang.

“Yang mengelola wisata Puncak Asmoro ini LMDH. Menurut catatan kami, pada 50 hari pertama dibuka, pengunjungnya lumayan, sekitar 11.000 orang,” ujar Soleh.

Awalnya wisata ini merupakan kawasan hutan produksi. Namun, LMDH mengembangkannya menjadi ekowisata. Untuk menikmati wisata ini, pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp 2.000, itu sudah termasuk biaya parkir.

Wisata ini menawarkan pemandangan yang indah dan menarik. Dari Puncak Asmoro, pengunjung bisa melihat Selat Bali di sebelah timur, gunung di sebelah barat, hijaunya pepohonan di utara dan selatan, pemandangan sawah serta perkebunan. Jika senja tiba, pemandangan semakin elok karena warna langitnya berubah menjadi jingga kemerahan.

Fasilitas-fasilitas yang mendukung tempat wisata yang sudah secara bertahap disediakan oleh pengelola seperti, tempat duduk, warung, gazebo, spot foto, dan papan nama. Puncak Asmoro juga menyediakan camping ground dengan biaya Rp 10.000 per orang. Namun, pengunjung harus membawa alat-alat dan kelengkapannya sendiri karena tidak disediakan oleh pengelola.

Yang disayangkan, di wisata Puncak Asmoro belum ada air dan pasokan listrik Tentu saja, fasilitas seperti toilet dan musala belum tersedia secara optimal. “Saat ini masih belum ada air dan listrik. Tapi pengelola masih berusaha untuk menaikkan air dari sumber, kan di bawah sini ada sumber air,” ujar Soleh.

Wisata ini buka mulai pukul 07.00-18.00, khusus hari Minggu wisata buka pukul 06.30. Banyak pengunjung yang datang di pagi hari, tapi sore hari lebih banyak lagi. Menurut beberapa pengunjung, pemandangan lebih indah di sore hari.

“Ke sini sih sudah sering, tapi lebih seringan sore. Kalau sore pemandangan lebih bagus, pagi-pagi panas,” ujar Dimas, salah satu pengunjung.

Umumnya, pengunjung merasa puas berkunjung ke Puncak Asmoro. Walaupun, beberapa pengunjung sempat mengeluhkan kurangnya fasilitas seperti tidak adanya toilet.

“Pemandangannya sudah bagus, puas, pelayanannya juga bagus. Hanya, fasilitasnya kurang, ya seperti toilet. Administrasinya juga, kayak buku tamu, kan jadi bisa dilihat jumlah pengunjungnya. Kalau ada administrasi yang jelas nantinya bisa mengevaluasi kekurangan dari tempat wisata ini,” ujar seorang pengunjung yang juga mahasiswa Universitas Mataram.

Jika ingin makan di sini, jangan lupa bawa bekal yang cukup. Karena hanya ada satu warung yang dikelola LMDH di lokasi itu. “Di sini cuma ada satu warung saja dari LMDH, orang di luar LMDH tidak boleh,” ujar istri Ahmad Yani, sekretaris LMDH.