BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi menggelar kompetisi usaha rintisan pertanian (Agribusiness Startup Competition) yang rangkaiannya dimulai Maret lalu dengan diikuti lebih dari 300 anak muda dalam 140 tim.
Babak final digelar Sabtu (30/6) dengan presentasi akhir oleh 30 finalis. Profil bisnis, rencana pengembangan usaha, pemasaran, dan prototipe produk dipresentasikan ke juri dari kalangan praktisi pertanian sukses dan akademisi.
“Ini inovasi untuk menjaring anak-anak muda agar mau terjun ke bisnis pertanian. Kita tunjukkan bahwa bisnis pertanian punya prospek cerah dan layak jadi sandaran hidup,” ujar Bupati Abdullah Azwar Anas, yang hadir dalam babak final tersebut.
Anas mengatakan, regenerasi petani adalah isu penting pertanian Indonesia. Berdasarkan Sensus Pertanian BPS, 61 persen petani berusia lebih dari 45 tahun, serta 72 persen berpendidikan SD. Jumlah rumah tangga petani terus menurun dari 79,5 juta (2008) menjadi 63,6 juta (2013).
“Maka kita perlu cara kreatif untuk melahirkan generasi muda petani yang inovatif, visioner, melek teknologi. Agribusiness Startup Competition hanya salah satu cara mendekatkan bisnis pertanian ke anak muda,” ujar Anas.
“Ke depan, ini kita perbesar skalanya dengan melibatkan perbankan. Kalau sekarang baru Rp 100 juta, ke depan ada hadiah modal lebih besar untuk anak-anak muda pegiat pertanian. Manajemennya juga didampingi agar bisnisnya matang,” imbuh Anas.
Bisnis yang disajikan ratusan peserta ajang ini bermacam-macam, mulai olahan buah naga, olahan sayur kelor, pupuk organik, olahan peternakan-perikanan, hingga bunga.
Istivada, misalnya, menggarap usaha olahan sayur kelor bergizi tinggi untuk pembentukan kalsium tubuh.
“Di Banyuwangi, kelor melimpah, hampir semua halaman rumah bisa ditanami kelor. Saya ingin mengolahnya menjadi beragam varian, seperti snack bar, teh, dan kukis kelor,” tutur dara Banyuwangi lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Mengerjakan proyek ini, Istivada menggandeng tiga temannya. “Kami tidak ingin mencari pekerjaan, tetapi berbisnis sendiri. Bekal ilmu selama kuliah kami gunakan untuk menggrap produk-produk pertanian lokal yang potensial,” jelasnya.
Finalis lainnya adalah Deny Setiawan bareng empat kawannya. Dia mengusung merek ‘Pored’ yang mengolah buah naga menjadi beragam produk, mulai lulur, lip balm, selai, sirup, hingga minuman instan siap seduh.
“Saat ini kami memasarkannya lewat online. Dengan ikut kompetisi ini, semoga produk kami lebih dikenal sekaligus difasilitasi pengurusan legalitas produknya,” kata anak muda Banyuwangi lulusan Fakultas Pertanian Universitas Jember ini.
Ada pula Dadang Setiawan, anak muda dari Kecamatan Srono yang menggarap olahan ikan gurame. “Kebetulan daerah kami adalah sentra ikan gurame. Terpikirlah untuk membuat olahan gurame,” katanya.