RADAR BANYUWANGI – Penjualan anggur hijau alias anggur Shine Muscat di Genteng Banyuwangi, masih normal seperti biasa.
Pedagang mengaku isu yang beredar adanya residu pestisida berbahaya dalam anggur di Thailand, tidak berpengaruh pada penjualan di sekitar Pasar Induk Genteng 1, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, Jumat (8/11).
Isu buah anggur Shine Muscat mengandung bahan kimia berlebih, sudah didengar oleh para pedagang. Meski kabar itu beredar di masyarakat, namun penjualan anggur hijau ini tetap stabil seperti biasa.
“Saya dengar dari orang-orang sekitar toko, lalu saya cari tahu di internet. Ya tahunya dari situ seminggu lalu,” kata Siti Ismiyati, salah satu penjaga toko buah di Jalan Gajah Mada, Desa Genteng Kulon.
Ismi menyebut, hingga saat ini anggur muscat yang dulunya dikembangkan oleh National Institute of Fruit Tree Science di Akitsu, Jepang, tetap diminati dan kebanyakan pembeli.
10 kilogram anggur muscat di lapaknya, habis tak sampai seminggu.
“Saya nyetoknya tidak banyak, karena rawan rusak. Apalagi untuk muscat tidak boleh beli kiloan, tapi harus satu tangkai,” ungkapnya.
Ismi menyebut, untuk satu kilogram anggur muscat dibanderol dengan harga Rp 110.000. Itu, dengan kualitas buah yang sudah bagus dan dijamin memiliki rasa manis.
“Itu kualitas baik, tapi ada yang lebih bagus lagi dengan harga yang lebih mahal,” katanya seraya menimbang buah.
Senada dengan Ismi, pedagang lain Nasrul Anam, 41, juga mengatakan isu residu pestisida tidak berpengaruh pada penjualannya. Ia menganggap, pembelinya sudah pintar memilah-milah informasi.
“Isu itu kan di Thailand, sedangkan di sini ternyata tidak ada, jadi pembeli tak terpengaruh,” ujar pria yang berjualan di mobil pikap selatan RTH Maron, Desa Genteng Kulon itu.
Salah satu pembeli anggur muscat, Wiji Risnawati, 26, asal Dusun Darungan, Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu menyampaikan, semula khawatir dengan isu tersebut, apalagi ia tergolong biasa membeli buah itu.
“Anggur Muscat ini rasanya manis dan tak berbiji. Anak saya suka, untungnya setelah baca-baca lagi di Indonesia aman,” pungkasnya. (sas/abi)








