Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Penghargaan untuk 20 Seniman

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

senimGLAGAH- Dalam rangka memperingati hari jadi Banyuwangi yang ke-243, Dewan Kesenian Blambangan (DKB) menggelar selamatan dan penyerahan penghargaan untuk 20 seniman maupun budayawan berprestasi di Rumah Budaya Osing (RBO) di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, kemarin (28/12). Selain seniman penerima penghargaan, acara tersebut juga di hadiri beberapa budayawan-seniman senior Banyuwangi.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Mihnurato Bramuda yang diwakili oleh Kabid Kebudayaan Choliqul Ridho juga hadir. Anggota DPRD yang juga anggota DKB, Punjul Ismuwardoyo juga menghadiri acara yang dimulai pukul 09.00 itu. Dalam acara kemarin juga ada launching dna buku. Yang pertama buku berjudul “Gandrung ltu Bukan Seblang” karya lhtrah Abal Bulan berikutnya berjudul “Jumat Seblang” berisi tentang penelitian yang dilakukan oleh DKB mengenai kerajaan Macan Putih beberapa waktu lalu.

Ketua DKB Samsudin Adlawi mengatakan, DKB merasa perlu menggelar acara selamatan ini. Menurutnya acara ini bukanlah untuk menyaingi pemerintah yang telah merayakan Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) Iewat beberapa agenda-agenda pemerintah yang sudah dilaksanakan beberapa waktu lalul. Selain memberikan penghargaan kepada seniman dan Budayawan, kita di sini juga membahas Raperda terkait tentang Desa Wisata, Bahasa Osing, dan perlindungan terhadap ritual adat Using’ jelasnya.

Dia menambahkan penghargaan yang di berikan kepada seniman maupun budayawan tersebut adalah apresiasi kepada seniman atau pun budayawan Banyuwangi yang kurang mendapatkan perhatian. Ke 20 seniman maupun budayawan ini adalah mereka yang kurang mendapatkan perhatian. Melalui acara ini mereka kita berikan penghargaan, yang mendapatkan penghargaan ini bukanlah seniman Osing. Ada yang dari etnis Madura. Bugis, Jawa dan lain sebagainya. Ada juga yang seniman lukis. penabuh kendang angklung dan lain-lainnya. Bagaimanapun kita masih butuh mereka. semoga mnghargaan ini bisa menjadi semangat mereka ke depannya.” Jelas Samsudin.

Rencananya DKB juga akan melalaikan Festival musik Banyuwangi yang di lakukan oleh anak-anak. Mengingat begitu perlunya generamsi penabuh musik gamelan banyuwangi yang saat ini sudah berumur semua. “Tahun depan akan kita adakan Festival musik Banyuwangi yang dilakukan oleh anak-anak mudah-mudahan nantinya festival ini akan dimasukkan ke Banyuwangi Festival (B-Fest) oleh pemerintah.

Namun, apabila ini tidak di masukkan dalam rangkaian B-Fest juga tidak masalah. kita akan adakan festival sendiri nantinya tutur Samsudin. menanggapi hal ini Kabid Kebudayaan Choliqul Ridho sangat mengapresiasi rencana DKB. Mewakili Disbudpar dia sangat mendukung rencana festival yang akan dilakukan oleh DkB. Di Banyuwangi ini banyak sekali sanggar-sanggar tari, minimal di setiap kecamatan itu pasti ada sanggar. Tergantung kita mengembangkannya mana.

Perlu juga adanya regenerasi penabuh musik Banyuwangi, karena saat ini temusik pemusik Banyuwangi sudah Singit tua-tua, mereka sudah butuh pengganti agar kesenian kita tetap lestari,” tutur pria yang akrab Ridho itu. Dia juga mencontohkan apabila nanti di Banyuwangi digelar festival 100 kendang Banyuwangi pastinya itu akan lebih menarik Sebab, kendang Banyuwangi ini memiliki khas tersendiri dibandingkan dengan kendang daerah lain.” Kendang Banyuwangi ini beda dengan kendang di kota lain, beda dengan kendang Sunda.

Perbedaannya terletak pada keplakan (pukulan) dan irama kendang itu sendiri,” pungkas Ridho. Sementara itu terkait penghargaan yang diberikan oleh DKB kepada seniman maupun budayawan Banyuwangi kemarin memberikan semangat tersendiri bagi para seniman yang mendapatkannya. Muhlis Edi Santosa. 47, ini misalnya. Pria yang mendapatkan penghargaan sebagai seniman janger berprestasi ini sangat mmerasa terhormat mendapatkan penghargaan yang diberikan.

“Sangat terhormat dan senang sekali, seolah kita memang di perhatikan, saya bangga mendapatkan penghargaan ini. ini adalah penghargaan pertama terkait seni janger yang saya tekuni, sebelumnya saya adalah seniman tari-tarian, kalau seni tari saya sudah sering mendapatkan penghargaan. Tapi kalau janger ini baru yang pertama kali ini.” terang pria asal Lingkungan Cungking, Kecamatan Giri itu. Muhlis berharap kepada pemerintah untuk terus memperhatikan kesenian janger ini agar tidak punah.

Banyaknya grup janger di Banyuwangi ini harusnya tidak satu grup saja yang di undang dalam pementasan janger di Banyuwangi. ” Di Banyuwangi ini banyak sekali grup janger, apalagi Banyuwangi selatan. Kalau bisa semua grup janger itu diundang satu-satu semua bergantian semuanya, jadi tidak grup itu-itu saja yang diundang untuk pentas. ltu juga kami nantinya juga bisa dijadikan semangat bagi grup janger yang kurang eksis tersebut,” terang Muhlis.(radar)