Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Penunjukan Djamari Chaniago sebagai Menko Polkam, Tanda Prabowo Bukan Pendendam

penunjukan-djamari-chaniago-sebagai-menko-polkam,-tanda-prabowo-bukan-pendendam
Penunjukan Djamari Chaniago sebagai Menko Polkam, Tanda Prabowo Bukan Pendendam

sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Suasana khidmat mewarnai Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (17/9/2025) ketika Presiden Prabowo Subianto melantik sejumlah pejabat baru.

Salah satu nama yang paling menyita perhatian publik adalah Djamari Chaniago, yang dipercaya mengemban tugas sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam).

Penunjukan ini bukan sekadar rotasi kabinet biasa, tetapi juga sarat makna politik dan sejarah.

Djamari, tokoh militer senior kelahiran Padang, 8 April 1949, sebelumnya pernah menjabat Pangdam III/Siliwangi, Pangkostrad, hingga Kepala Staf Umum TNI pada tahun 2000.

Meski telah pensiun dengan pangkat letnan jenderal, Djamari kini menyandang gelar jenderal kehormatan yang diberikan langsung oleh Presiden Prabowo.

Baca Juga: Deretan Nama Baru Kabinet Prabowo, Ahmad Dofiri hingga Djamari Chaniago

Rekonsiliasi Prabowo dan Djamari

Peneliti Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS), Edna Caroline Pattisina, menilai langkah ini menunjukkan bahwa Prabowo bukanlah sosok pendendam.

Hal ini menarik karena Djamari pernah menjadi Sekretaris Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang merekomendasikan pemecatan Prabowo pada 1998 terkait kasus penculikan aktivis.

Meski demikian, relasi personal keduanya sudah terjalin sejak masa pendidikan di Akabri.

Djamari yang berasal dari angkatan 1971 sempat menjadi komandan dan “pengasuh” Prabowo saat berada di angkatan 1974.

Hubungan tersebut berlanjut setelah reformasi, ketika Djamari bergabung dengan Partai Gerindra besutan Prabowo.

“Presiden Prabowo tetap berusaha tidak mengutamakan dendam, tetapi merujuk pada pengalaman dan hubungan personal di masa lalu,” ujar Edna.

Baca Juga: Fakta Menarik Djamari Chaniago, Jenderal Purnawirawan Jadi Menko Polkam

Pentingnya Senioritas dalam Tradisi Militer

Edna menekankan bahwa faktor senioritas menjadi pertimbangan penting.


Page 2

Posisi Menko Polkam menuntut figur dengan kewibawaan tinggi karena harus mengoordinasikan TNI, Polri, dan Kementerian Pertahanan.

Dengan gelar jenderal kehormatan, Djamari memiliki legitimasi kuat untuk memimpin koordinasi strategis tersebut.

“Dengan jabatan ini, Djamari mendapat otoritas penuh sebagai koordinator, sementara jajaran di bawahnya juga diisi oleh purnawirawan jenderal bintang tiga,” tambah Edna.

Baca Juga: Presiden Prabowo Tunjuk Sarah Sadiqa Pimpin LKPP, Ini Latar Belakangnya

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi, menilai Djamari dipilih karena pengalamannya yang panjang di bidang militer dan politik.

Menurutnya, sosok dengan jam terbang tinggi dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam dinamika politik dan keamanan nasional.

Sementara itu, Direktur Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menyebut penunjukan ini juga sebagai langkah Prabowo untuk memastikan tidak terjadi “kecolongan” dalam mengantisipasi gejolak keamanan domestik.

Kedekatan personal dan politik antara Prabowo dan Djamari disebut menjadi faktor penentu.

“Pak Djamari berpengalaman, tapi presiden juga ingin ada chemistry, ada kedekatan psikologis maupun politis dalam memegang tanggung jawab besar,” kata Agung.

Baca Juga: Profil Muhammad Qodari, Kepala KSP Baru Pilihan Presiden Prabowo Subianto

Tekad Pengabdian di Usia Senja

Dalam sambutannya usai dilantik, Djamari menegaskan tekadnya untuk tetap mengabdi kepada bangsa meskipun usianya sudah 77 tahun.

“Gunakan sisa umur untuk kepentingan bangsa dan negara. Tidak ada istilah istirahat,” ujarnya.

Penunjukan ini akhirnya dipandang sebagai simbol rekonsiliasi, penghormatan terhadap senioritas, sekaligus penegasan sikap kenegarawanan Presiden Prabowo.


Page 3

sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Suasana khidmat mewarnai Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (17/9/2025) ketika Presiden Prabowo Subianto melantik sejumlah pejabat baru.

Salah satu nama yang paling menyita perhatian publik adalah Djamari Chaniago, yang dipercaya mengemban tugas sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam).

Penunjukan ini bukan sekadar rotasi kabinet biasa, tetapi juga sarat makna politik dan sejarah.

Djamari, tokoh militer senior kelahiran Padang, 8 April 1949, sebelumnya pernah menjabat Pangdam III/Siliwangi, Pangkostrad, hingga Kepala Staf Umum TNI pada tahun 2000.

Meski telah pensiun dengan pangkat letnan jenderal, Djamari kini menyandang gelar jenderal kehormatan yang diberikan langsung oleh Presiden Prabowo.

Baca Juga: Deretan Nama Baru Kabinet Prabowo, Ahmad Dofiri hingga Djamari Chaniago

Rekonsiliasi Prabowo dan Djamari

Peneliti Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS), Edna Caroline Pattisina, menilai langkah ini menunjukkan bahwa Prabowo bukanlah sosok pendendam.

Hal ini menarik karena Djamari pernah menjadi Sekretaris Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang merekomendasikan pemecatan Prabowo pada 1998 terkait kasus penculikan aktivis.

Meski demikian, relasi personal keduanya sudah terjalin sejak masa pendidikan di Akabri.

Djamari yang berasal dari angkatan 1971 sempat menjadi komandan dan “pengasuh” Prabowo saat berada di angkatan 1974.

Hubungan tersebut berlanjut setelah reformasi, ketika Djamari bergabung dengan Partai Gerindra besutan Prabowo.

“Presiden Prabowo tetap berusaha tidak mengutamakan dendam, tetapi merujuk pada pengalaman dan hubungan personal di masa lalu,” ujar Edna.

Baca Juga: Fakta Menarik Djamari Chaniago, Jenderal Purnawirawan Jadi Menko Polkam

Pentingnya Senioritas dalam Tradisi Militer

Edna menekankan bahwa faktor senioritas menjadi pertimbangan penting.