Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Petani Diminta Hemat Air

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

petaniBANYUWANGI – Musim kemarau ekstrem yang berlangsung tiga bulan ini berdampak terhadap ketersediaan air di lahan pertanian warga. Demi menghindari krisis air, para petani diinstruksikan menghemat penggunaan air di lahan pertanian. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo mengungkapkan, air yang tersedia saat ini masih cukup untuk mengairi lahan pertanian dengan sistem suplai antar-wilayah. Suplai air antar-wilayah itu berasal dari beberapa daerah irigasi (DI) beberapa sungai.

Saat ini, jelas Guntur, ada tiga andalan DI yang masih memiliki debit air cukup besar. Tiga sungai itu adalah Sungai Stail, Sungai Baru, dan Baru Dam Karangdoro. “Jika mengacu Rencana Tata Tanam Global (RTTG), air yang tersedia saat ini insyaallah cukup untuk menyuplai seluruh tanaman di Banyuwangi,” ujar Guntur. Saat ini, beber Guntur, potensi air DI Sungai Stail tersisa sekitar 3,5 M3 (meter kubik) per detik DI Sungai Baru tersisa sekitar 6 M3 perdetik dan DI Dam Karangdoro tersisa 3,5 M3 per detik.

Walau air mengalami penyusutan, tapi Guntur menjamin seluruh ta naman pertanian akan mendapatkan suplai air yang cukup. “Syaratnya, petani harus konsisten melaksanakan RTTG yang sudah ditetapkan Dinas PU Pengairan,” jelasnya. Jika semua petani konsisten dengan RTTG, maka tidak akan ada tanaman yang mati karena kekurangan air. Karena itu, Guntur berpesan agar para petani benar-benar hemat dalam menggunakan air agar tanaman pertanian se lamat hingga panen. “Dinas Pengairan akan mengatur lebih efi sien pembagian air,” janjinya.

Guntur mengatakan, karena potensi air terus mengalami penyusutan, maka tanaman di luar RTTG tidak akan diberi tambahan suplai air. Tambahan suplai air diprioritaskan pada tanaman yang masuk dalam peta RTTG. Karena itu, sejak awal Dinas Pengairan sudah mewanti-wanti petani agar konsisten melaksanakan RTTG. Jika RTTG itu dilaksanakan secara konsisten, maka semua tanaman di musim kemarau I (K1) dan kemarau 2 (K2) akan tetap terselamatkan.

Sesuai RTTG tahun 2012 hingga 2013, ungkap Guntur, lahan per tanian pada musim K2 seluas 66.196 ha. Rinciannya, 63. 864 ha tanaman Palawija dan 2.332 ha tanaman jeruk. Pada musim K2 tidak ada lagi ta naman padi, tapi praktiknya petani masih ngotot menanam padi. “Kalau K2 masih ada tanaman padi, itu merupakan padi gogo yang tidak masuk dalam RTTG. Sesuai RTTG, musim K2 tidak ada tanaman padi. Semua harus menanam Palawija,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Dispertahutbun) Banyuwangi, Ikrori Hudanto mengaku, pihaknya belum mendapat pengaduan terkait tanaman mati karena krisis air. Walau debit air menyusut tajam, tapi tanaman pertanian warga masih aman. Ikrori mendukung penuh instruksi Dinas Pengairan, agar petani melakukan penghematan air. Penggunaan air di musim kemarau, kata Ikrori , jangan disamakan dengan musim hijau. “Demi kepentingan bersama, semua petani harus hemat menggunakan air pertanian,” katanya.

Ikrori mengakui, pada tahun 2013 ini, Disperta memiliki target tanam beberapa komoditas pertanian. Dinas PKP menargetkan luas tanaman padisa wah 120.412 hektare (ha), tanaman padi-ladang seluas 1.440 ha, dan tanaman jagung 31.715 ha. Tanaman kedelai ditargetkan se luas 38.104 ha, kacang tanah seluas 2004 ha, ubi kayu 3.054 ha, ubi jalar 595 ha, dan kacang hijau seluas 5.152 ha. “Agar target itu berhasil di realisasikan, petani harus hemat air,” pintanya. (radar)