Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Rumah Warga Miskin yang Jauh dari Kata Layak Diusulkan untuk Diperbaiki

rumah-warga-miskin-yang-jauh-dari-kata-layak-diusulkan-untuk-diperbaiki
Rumah Warga Miskin yang Jauh dari Kata Layak Diusulkan untuk Diperbaiki

CLURING, Jawa Pos Radar Genteng – Kondisi rumah yang mengenaskan milik keluarga Syamsul Ma’arif, 45, seorang buruh serabutan yang jauh dari kata layak di Dusun Pancursari, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, akhirnya menjadi perhatian pemerintah desa (pemdes). Rumah dari bambu itu bakal diusulkan dapat program bedah rumah.

Kepala Desa (Kades) Benculuk, M Mudhofir mengaku sudah mengetahui kondisi salah satu warganya yang rumahnya memprihatinkan itu. “Ada kabar dari tetangga soal kondisi keluarga itu, kami langsung mengirim beberapa bantuan,” ujarnya Rabu (27/12).

Baca Juga: Empat Bocah Terseret Ombak di Laut Pancer, Tiga Korban Selamat dan Satu Dinyatakan Hilang

Pemdes Benculuk, terang dia, telah memberikan bantuan berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang bersumber dari dana desa (DD), dan bantuan beras dalam waktu setahun terakhir. “Kedua bantuan itu sudah diterima oleh Pak Syamsul,” katanya.

Selain mengusahakan dua bantuan itu, Kades Benculuk itu juga berencana akan memasukkan dalam program bedah rumah. “Lewat anggaran dana desa tahun depan (2024), akan kami usulkan bedah rumah, karena rumahnya itu sudah tidak layak huni,” cetusnya.

pertamina-patra-niaga-250x250-libur-nata

Sementara itu, Syamsul Ma’arif, 45, mengaku senang mendapat perhatian dari pemerintah desa. Ia mengaku sebenarnya tidak berharap, tapi jika diberi bantuan akan diterima dengan senang. “Kami senang kalau rumah ini diperbaiki,” ungkapnya.

Seperti diberitakan harian ini sebelumnya, di pinggir perkampungan yang jauh dari keramaian, terlihat sebuah rumah yang sangat sederhana.

Rumah dengan luas sekitar 35 meter persegi itu, bangunannya hampir semua dari bambu, seperti tiang, usuk, reng, blandar, dan dinding. Beberapa bagian malah dari terpal bekas dan beratap asbes. Yang mengerikan, kerangka rumah yang terbuat dari bambu itu, sudah banyak yang mulai lapuk.

Baca Juga: Genap Berusia 66 Tahun, Pertamina Terdepan Hadirkan Semangat Energi Berkelanjutan untuk Indonesia

Rumah yang sangat sederhana itu, selama ini ditempati Syamsul Ma’arif, 45, dengan istrinya Inayatul Fitriah, 31, serta kedua anaknya, Nikmatul Aulia, 7, dan Nailul Ifatah, 3. Sudah dua tahun lebih, keluarga kecil ini pindah ke gubuk ini.

Di rumah itu ada satu ruang tamu dengan dua kursi dari bambu, satu ruang kamar, dan dapur. Di kamarnya, Syamsul melapisi dengan terpal plastik karena bambu yang digunakan dinding berongga.

“Kalau malam banyak nyamuk dan kedinginan, kalau siang kepanasan,” ungkap Syamsul Ma’arif pada Jumat (22/12). (gas/abi)

Sumber: Jawa Pos Radar Genteng