RadarBanyuwangi.id – Dampak penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) mulai dirasakan para peternak dan pedagang hewan ternak di Banyuwangi.
Selain dibayangi kekhawatiran ternak mereka terserang virus PMK, harga hewan ternak di pasaran pun merosot cukup signifikan.
Bagio, salah satu pedagang sapi di Pasar Hewan Rogojampi mengatakan, sejak PMK merebak pada Desember lalu, harga dan omzet penjualan sapi langsung terdampak. Harga sapi turun.
Baca Juga: Sukses Tekan Kemiskinan Ekstrem, Menko PMK Apresiasi Penanganan ala Pemkab Banyuwangi
Omzet yang didapat juga turun lantaran banyak warga memilih menunda membeli ternak. Mereka khawatir ternak yang dibeli terjangkit PMK.
Bagio menyebut, kondisi ini cukup membuat pendapatan pedagang sapi terjun bebas. Meski demikian, dirinya tetap menjalani pekerjaan tersebut.
”Dampak merebaknya PMK sangat terasa. Terutama bagi pedagang sapi seperti saya,” ucapnya.
Pedagang sapi lainnya, Muslim, warga Desa Sumbersari, Kecamatan Srono, mengatakan, sejak merebaknya PMK, harga sapi turun antara Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per ekor.
Baca Juga: Kesehatan Hewan Banyuwangi Peringatkan Bahaya PMK dan Kelumpuhan Ternak di Musim Penghujan
Dia mencontohkan, sapi berukuran sedang yang pada kondisi normal dijual Rp 14 juta, saat ini harganya turun menjadi Rp 12 juta per ekor.
”Bahkan, ada yang menawar lebih rendah dari Rp 12 juta, yakni Rp 11 juta,” akunya.
Muslim menyebut, omzet penjualan juga turun drastis. Dia mengaku membeli sapi dari peternak yang ada di kampung-kampung, kemudian menjual hewan ternak tersebut di pasar hewan.
Dalam kondisi normal, dirinya bisa menjual satu sampai tiga ekor sapi setiap membuka lapak di pasar hewan.
Namun, saat PMK merebak, Muslim mengaku tidak berani membeli sapi dari peternak. Dia lebih memilih menjadi makelar yang menjualkan sapi dari pedagang yang lain.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 2
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Dampak penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) mulai dirasakan para peternak dan pedagang hewan ternak di Banyuwangi.
Selain dibayangi kekhawatiran ternak mereka terserang virus PMK, harga hewan ternak di pasaran pun merosot cukup signifikan.
Bagio, salah satu pedagang sapi di Pasar Hewan Rogojampi mengatakan, sejak PMK merebak pada Desember lalu, harga dan omzet penjualan sapi langsung terdampak. Harga sapi turun.
Baca Juga: Sukses Tekan Kemiskinan Ekstrem, Menko PMK Apresiasi Penanganan ala Pemkab Banyuwangi
Omzet yang didapat juga turun lantaran banyak warga memilih menunda membeli ternak. Mereka khawatir ternak yang dibeli terjangkit PMK.
Bagio menyebut, kondisi ini cukup membuat pendapatan pedagang sapi terjun bebas. Meski demikian, dirinya tetap menjalani pekerjaan tersebut.
”Dampak merebaknya PMK sangat terasa. Terutama bagi pedagang sapi seperti saya,” ucapnya.
Pedagang sapi lainnya, Muslim, warga Desa Sumbersari, Kecamatan Srono, mengatakan, sejak merebaknya PMK, harga sapi turun antara Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per ekor.
Baca Juga: Kesehatan Hewan Banyuwangi Peringatkan Bahaya PMK dan Kelumpuhan Ternak di Musim Penghujan
Dia mencontohkan, sapi berukuran sedang yang pada kondisi normal dijual Rp 14 juta, saat ini harganya turun menjadi Rp 12 juta per ekor.
”Bahkan, ada yang menawar lebih rendah dari Rp 12 juta, yakni Rp 11 juta,” akunya.
Muslim menyebut, omzet penjualan juga turun drastis. Dia mengaku membeli sapi dari peternak yang ada di kampung-kampung, kemudian menjual hewan ternak tersebut di pasar hewan.
Dalam kondisi normal, dirinya bisa menjual satu sampai tiga ekor sapi setiap membuka lapak di pasar hewan.
Namun, saat PMK merebak, Muslim mengaku tidak berani membeli sapi dari peternak. Dia lebih memilih menjadi makelar yang menjualkan sapi dari pedagang yang lain.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.