Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Setuju Penutupan asal PSK Dibekali Keterampilan

BERSATU: Pengurus NU, Muhammadiyah, dan LDII, usai membahas penutupan lokalisasi di Ponpes Bahrul Hidayah Rabu lalu (5/9).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
BERSATU: Pengurus NU, Muhammadiyah, dan LDII, usai membahas penutupan lokalisasi di Ponpes Bahrul Hidayah Rabu lalu (5/9).

Tiga organisasi massa (ormas) Islam di Banyuwangi, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), kompak mendukung penutupan lokalisasi. Mereka langsung menggelar pertemuan hingga terbentuk Forum Banyuwangi Bermartabat (FBB).

-ABDUL AZIZ, Srono-

“KITA santai saja, Pak, wongkita nggakmembahas qunut(doa qunut) kok di sini. Buat apa diperdebatkan wongsekarang generasi muda sudah banyak yang nggaksalat,” seloroh KH. Ali Maki Zaini saat memimpin pertemuan ketiga ormas tersebut. Memang dalam pertemuan di Pondok Pesantren Bahrul Hidayah, Dusun Rayut, Desa Parijatah Wetan, Kecamatan Srono, tersebut jajaran pengurus ketiga ormas itu datang full team.

Dari Pengurus Cabang NU ada Ketua Tanfidziyah KH. Masykur Aly bersama jajaran pengurus harian, Ketua Pimpinan Muhammadiyah H. Suhadak Asy’ary, dan Dewan Pembina LDII Astro Junaidi. Mereka hadir lengkap dengan jajaran pengurus harian. Bukan hanya itu, masing-masing ormas juga membawa pengurus badan otonom masing-masing.

Setidaknya sekitar 40-an orang lebih datang dalam pertemuan yang digelar mulai pagi sampai siang tersebut. Kompaknya pengurus ormas tersebut dalam membahas perso-alan lokalisasi seakan menjadi berkah tersendiri bagi mereka. Sebab, dalam beberapa hal ubudiah, terkadang mereka berbeda. Namun, dalam pertemuan yang membahas penutupan lokalisasi, ketiga ormas tersebut kompak mendukung langkah Pemkab Banyuwangi.

Pertemuan yang berlangsung di aula Pondok Pesantren Bahrul Hi dayah, Dusun Rayut, Desa Parijatah We tan, Kecamatan Srono, itu memang ber langsung gayeng. Saking gayengnya, Gus Makisapaan akrab KH. Ali Maki Zaini sempat berseloroh sebagaimana diucapkan di atas. Se lorohnya itu mengundang gergeran peserta pertemuan.

Sebagai pembuka diskusi, Gus Maki memberi kesempatan pucuk pimpinan ke tiga ormas menyampaikan pandangan masing-masing mengenai langkah Pemkab Banyuwangi melakukan penutupan sejumlah lokalisasi. Diawali KH. Masykur Aly, lalu H. Suhadak, dan Astro Junaidi. Prinsipnya, ketiga pucuk pimpinan ormas ter sebut sepakat dengan langkah Pemkab Banyuwangi melakukan penutupan.

Apa-lagi, sebelumnya sudah ada tahap-tahap yang dilalui. Misalnya, melarang para PSK dari luar daerah masuk ke Banyuwangi, mem berikan bekal keterampilan, dan mem berikan modal untuk bekerja bagi para PSK asli Banyuwangi yang ingin mentas dari dunia hitam. Namun, ketiga pucuk pimpinan ormas ter sebut juga sepakat bahwa penutupan se jumlah lokalisasi tersebut jangan sekadar for malitas belaka.

Lebih dari itu, harus ada tindak lanjutnya. Sebab, berdasarkan pengalaman sebelumnya, sejumlah lokalisasi di Banyuwangi ditutup tapi faktanya masih ada PSK yang beroperasi. “Contohnya seperti di lokalisasi Turian, Ke camatan Purwoharjo. Sudah dua kali SK penutupan dikeluarkan, tapi masih saja marak sampai sekarang,” ungkap Suhadak Asy’ari yang mengundang gergeranpe serta.

Untuk itu, agar penutupan sejumlah lokalisasi tersebut benar-benar efektif, maka ketiga pucuk pimpinan ormas memerintahkan banom masing-masing agar melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mengawasi, bahkan menggelar kegiatan di lokalisasi yang sudah ditutup tersebut.

Para banom masing-masing ormas ter sebut diminta melakukan koordinasi de ngan Satpol PP dan jajaran Muspika yang daerahnya ada lokalisasi yang ditutup. Bagi lokalisasi yang belum ditutup, ketiga pucuk pimpinan ormas yang sekaligus pe nanggung jawab FBB meminta segera di tutup. “Secara syar’i praktik prostitusi me mang dilarang agama mana pun. Karena itu tetap harus ditutup,” tegas Masykur Aly. (radar)