KUALITAS air di Sumber Gedor memang tidak bisa diragukan. Airnya sangat bersih dan sangat berkualitas. Pantas saja Belanda dulu memilih kawasan Sumber Gedor sebagai satu-satunya sumber yang menyuplai air bersih ke kota Banyuwangi pada zaman dahulu.
Berdasar penelusuran tim ekspedisi Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) dan Banjoe wangie Tempoe Doeloe (BTD) diketahui bahwa bendungan sumber air Gedor dibangun Belanda pada tahun 1926. Saat itu wilayah Banyuwangi belum bisa menikmati air bersih secara merata.
Belanda pun merasa perlu membangun bendungan di dekat Perkebunan Kaliklatak. Kemudian, airnya didistribusikan ke seluruh wilayah Banyuwangi. Wakil Ketua BTD, Kent Ali, yang kebetulan merupakan warga Kelurahan Gombeng Sari, menuturkan pembangunan bendungan di Sumber Gedor ini dulu melibatkan warga Gombeng Sari.
Namun, karena waktu itu Belanda sebagai penjajah, mereka melibatkan warga Gombeng Sari sebagai pekerja proyek bangunan tanpa memberikan imbalan sepeser pun alias sistem kerja paksa. Para pekerja hanya dikasih makan tanpa diberi uang oleh Belanda pada waktu itu.
”Ini menurut cerita kakek-nenek saya. Keluarga saya asli wong Gombeng. Konsultan bangunannya dulu orang Belanda,” ujar Kent Ali. Sebuah bendungan air di Sumber Gedor seluas 12 hektare itu sampai saat ini masih berfungsi dengan baik.
Bahkan, menurut Kent Ali, sudah bisa dipastikan kalau debit air di Sumber Gedor ini kecil pasti suplai air PDAM di kota Banyuwangi akan tersendat. Sebab, Sumber Gedor merupakan sumber yang sangat vital sebagai penyuplai air bersih di Banyuwangi sejak zaman dahulu.
”Pembangunan sumber Gedor ini bersamaan dengan pembangunan jembatan yang menghubungkan Kelurahan Gombeng Sari dan Perkebunan Kali Klatak,“ tambah Kent Ali. Menurut cerita nenek moyangnya yang masih tersimpan di memori Kent Ali, sumber Gedor sebelum dipilih Belanda sebagai penyuplai air bersih ke kota Banyuwangi, aliran air sumber Gedor sudah terkenal jernih. Airnya yang segar sering digunakan warga zaman dulu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
”Sumber Gedor berada di tengah hutan. Warga dulu hanya menikmati air bersih dari alirannya, bukan dari sumber langsung. Karena mereka takut menuju tengah hutan pada zaman dulu,” katanya. Menurut Kent Ali, kemungkinan kata Gedor berasal dari kata “go door” yang berarti pergi ke pintu.
Seperti diketahui, Sumber Gedor dulu merupakan pintu air bersih satu-satunya di Banyuwangi. Kemungkinan para penjajah dulu menyebut “Go Door” dan kemudian ditiru oleh orang pribumi menjadi Gedor.
”Mungkin dulu orang Banyuwangi mengambil mudahnya untuk mengatakan go door dengan Gedor. Sumber Gedor ini oleh masyarakat sekitar juga dikenal dengan nama umbul,” terang Kent Ali. Masih menurut Kent Ali, dulu setiap tanggal 17 Agustus warga sekitar sering melakukan selamatan di sekitar sumber Gedor.
Selamatan itu sebagai wujud syukur warga kepada Tuhan atas terus mengalirnya sumber Gedor yang sangat melimpah. Air sangat dibutuhkan manusia dan tanaman. ”Tapi selamatan di sumber Gedor saat ini sudah tidak ada karena sekarang warga di sini sudah banyak yang mondok. Terakhir dilakukan sekitar tahun 1984,” tambahnya.
Sampai saat ini bendungan sumber Gedor masih berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik mes ki bangunan sudah banyak ditumbuhi lumut. Sumber Gedor juga ada kaitanya dengan tandon air Penataban di Kelurahan Penataban, Giri.
Diketahui, tandon air ini juga dibangun Belanda setahun setelah pembangunan bendungan Sumber Gedor, tepatnya tahun 1927. ”Air disuplai dari Sumber Gedor, sementara tandon airnya di Penataban. Di Penataban itu sebagai pengatur suplai air ke seluruh wilayah Banyuwangi. Tandon air Penataban itu juga pernah difungsikan sebagai kantor PDAM,” pungkas Munawir, ketua BTD. (radar)