Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sunrise of Java Cup Batal Digelar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Kapolres Bersikukuh tak Keluarkan Izin

BANYUWANGI – Keinginan panitia turnamen sepak bola bertajuk Sunrise of Java Cup menggelar pertandingan di Banyuwangi harus gigit jari. Pihak kepolisian sebagai penanggung jawab keamanan dipastikan tidak menerbitkan  izin pertandingan tersebut.

Hingga pukul 21.00 tadi malam, situasi Stadion Diponegoro adem-ayem saja.  Sebaliknya, di depan stadion justru dipenuhi aparat kepolisian yang berjaga-jaga. Kehadiran ratusan aparat kepolisian untuk mengantisipasi amarah warga yang telanjur  membeli tiket.

Sejumlah pertimbangan menjadi alasan bahwa kompetisi yang rencananya diikuti empat tim itu tidak boleh digelar. Kapolres Banyuwangi AKBP Bastoni Purnama mengatakan, pada dasarnya pihaknya tidak keberatan atas pertandingan sepak bola tersebut.

Hanya saja, mantan Kapolres Tulungagung  itu menilai pelaksanaannya tidak tepat. “Bukan kami melarang, tapi meminta dipindahwaktu pelaksanaannya,” katanya. Menurutnya, pertandingan sepak bola memang memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi.

Apalagi, digelar malam hari, pihaknya khawatir pengamanan  tidak bisa dilakukan secara maksimal. Terlebih lagi waktu penyelenggaraannya berbarengan dengan bulan Ramadan. Perwira asal Way Kanan, Lampung, itu khawatir riuh pertandingan sepak bola mengganggu kekhusyukan masyarakat dalam menjalankan ibadah.

Atas pertimbangan itu, izin turnamen sepak bola itu tidak dikeluarkan. Pertimbangan menunda pertandingan itu, menurut Bastoni, juga mendapat restu pentolan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyuwangi. Organisasi yang mewadahi ulama itu juga tidak setuju atas pertandingan sepak bola saat Ramadan.

Apalagi, MUI juga sudah mengeluarkan edaran yang isinya meminta agar warga saling menjaga kekhusyukan ibadah selama Ramadan. Sementara itu, tidak terbitnya izin kepolisian itu membuat sejumlah calon penonton pertandingan sepak bola resah.

Tidak sedikit yang sudah telanjur membeli karcis di beberapa  tempat yang ditunjuk pihak  penyelenggara. Siang kemarin mereka menyerbu loket penjualan tiket di Stadion Diponegoro  untuk mengembalikan karcis yang sudah dibeli (refund).

Arif, salah satu penonton, mengatakan pihaknya bingung dengan agenda pertandingan yang akan disaksikan. Banyak media menyatakan  pertandingan akan digelar, tapi kepolisian tidak  memberikan izin. Dia mengaku  sudah membeli karcis untuk menyaksikan laga Persewangi  kontra Bhinneka All Star.

“Kalau nggak jadi maunya saya mengembalikan tiket ini. Biar uang saya kembali. Saya beli tiket yang Rp  30 ribu,” aku calon penonton asal Cluring itu. Meski dipastikan batal, Polres Banyuwangi tampaknya tidak ingin kecolongan. Personel Sabhara dipersiapkan di Stadion Diponegoro untuk menjaga segala kemungkinan mulai siang kemarin.

Tidak main-main, personel yang dipersiapkan meliputi semua satuan di Polres Banyuwangi. Penjagaan akan difokuskan pada pengawalan proses pengembalian  tiket yang berpotensi memunculkan kerawanan. Sebab, pertandingan sudah tidak mendapat restu kepolisian untuk digelar.

Sekadar tahu, turnamen sepak bola Sunrise of Java rencananya akan digelar mulai 30 Juni hingga  5 Juli di Stadion Diponegoro. Ada empat tim yang dijadwalkan  pertandingan  dalam turnamen mini tersebut. Mereka adalah Persewangi  All Star, Arema Crounous, Binneka  All Star, dan Bali United.

Harapan publik Banyuwangi menyaksikan tim sepak bola dengan kualitas hebat harus terkubur dalam-dalam. Sebab, turnamen  sepak bola bertajuk Sunrise of Java Cup 2015 gagal terlaksana. Sebab, Kapolres Banyuwangi  AKBP Bastoni Purnama  tidak menerbitkan izin keramaian  terkait even besar tersebut.

Akibatnya, laga Persewangi All Star melawan Bhineka All Star (Timnas U-23) gagal terwujud. Padahal, panitia pelaksana (panpel) sudah mendapatkan rekomendasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) terkait  dengan even yang sedianya berlangsung hingga tanggal 5 Juli itu.

Tetapi, Kapolres Bastoni tetap bergeming dan meminta menunda even tersebut pasca Idul Fitri  dan digelar pada siang hari. Tentu saja kebijakan itu cukup bertolak belakang dengan tujuan renovasi Stadion Diponegoro, Banyuwangi, yang dirancang khusus.

Terutama adalah fasilitas lampu penerangan. Artinya, laga sepak bola bisa digelar  pada malam hari. Akibat tidak ada izin dari Polres Banyuwangi yang notabene pengayom masyarakat, maka panpel rugi besar. Apalagi, tim yang diundang telah merapat di Banyuwangi, seperti Bhinneka All Star di bawah besutan Aji Santoso, dan Arema Cronus.

Ketua penyelenggara SoJC 2015  tidak menyangka even tersebut tidak bisa terlaksana. Padahal,  antusiasme publik menyaksikan langsung para pemain bintang itu sangat besar. ‘’Banyak yang penasaran melihat langsung di lapangan,” tandasnya.

Akibat penundaan itu, maka penyelenggara SoJC 2015 benar-benar kelimpungan. Sebab, persiapan menggelar laga tersebut sudah 100 persen. “Ini murni gagasan  kita pencinta bola dan kalangan pengusaha. Ini even besar yang  pertama di sini,” jelasnya.

Mempersiapkan even tersebut memang tidak gampang. Bisa dihitung dengan jari pencinta sepak bola yang berani menjadi operator turnamen dengan mengundang tim besar. Sebab, dana yang dibutuhkan tidak kecil. “Yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan sajian terbaik kepada masyarakat,” kata Aliong.

Ditanya mengenai kerugian materi, pengusaha elektronik itu menyebut biaya untuk mempersiapkan rencana itu sekitar 1 miliar. ‘’Semua tim kita tanggung, mulai  hotel, perjalanan pulang pergi, hingga match fee. Kami mohon maaf  niat kami mendatangkan tim berkelas harus tertunda,” sesalnya. (radar)