Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tadarus Alquran Raksasa di Masjid Agung Baiturrahman

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

 

BANYUWANGI – Sudah delapan tahun ini Masjid Agung Baiturrahman, Banyuwangi, punya tradisi membaca Alquran jumbo berukuran tinggi 210 cm dan lebar 140 cm.

“Al Qurannya ada 30 juz, nanti pas akhir Ramadan sudah beberapa kali khatam,” ujar Abdul Aziz, salah satu Qori Alquran.

Aziz mengaku lebih afdol membaca Alquran raksasa ketimbang Alquran berukuran biasa sebab huruf Hijaiyahnya terlihat lebih besar dan detail. Namun jika pembacanya mengalami gangguan mata, bisa saja terlihat buram.

“Karena terlalu besar tulisannya dan pencahayaan lampu juga bikin kita agak buram,” tambahnya.

Alquran raksasa tersebut diletakkan di lantai dua Masjid Baiturrahman. Selama bulan Ramadan, ada tujuh orang yang membaca Alquran tersebut secara bergantian. Pembacaan biasanya dimulai dari pukul 20.00 WIB selepas salat Tarawih dan selesai sekitar 22.00 WIB.

Dalam satu malam, mereka membaca tiga juz Al Quran. Pembaca utama duduk di kursi atau berdiri, tepat di depan Al Quran raksasa tersebut.

Lalu ada dua orang di sebelah kanan dan kiri yang akan membantu untuk membuka lembaran Al Quran agar tidak rusak.

“Satu tim itu ada 9 orang. Dua orang bertugas membuka halaman. Tujuh orang membaca. Ini karena ukurannya besar. Kalau satu orang pasti kerepotan,” kata Ahmad Rifai, koordinator pembacaan Al Quran raksasa dalam kesempatan yang sama.

Rifai menjelaskan, para qori ini membaca bergantian. Sedangkan yang lain serta seorang hafidz atau penghafal Al Quran menyimak atau meneliti bacaan agar tidak ada kesalahan saat membaca.

Al Quran ukuran jumbo ini dibuat dan ditulis tangan oleh Drs H Abdul Karim dari Pondok Pesantren Bustanul Makmur, Genteng pada 2010 lalu. Pembuatan Al Quran raksasa ini menghabiskan waktu selama enam bulan dan biaya lebih dari Rp 183 juta.

“Anggaran dari APBD Banyuwangi. Biaya memang mahal karena kertas yang digunakan khusus, yakni harus impor dari Jepang. Kertas ini dipesan khusus dengan spesifikasi anti rayap dan bebas jamur,” jelas Rifai.

Selain itu, proses pembuatannya menghabiskan 32 dus lebih spidol kualitas terbaik dan tinta sebanyak 40 dus lebih.

Meski bukan menjadi Al Quran paling besar, pihak masjid tetap bangga pada karya ini sebab Al Quran ini telah menjadi ikon bagi masjid dan membuat banyak orang datang untuk melihat, berfoto dan kemudian beribadah di masjid yang terletak di pusat kota tersebut.