Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tebing Sungai Kalisetail Kembali Longsor

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SEMPU, Jawa Pos Radar Genteng – Sulastri, 40, pemilik rumah yang nyaris terseret tebing Sungai Kalisetail yang longsor di Dusun Tegalyasan, Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, kini tidak bisa tenang. Ibu muda itu takut rumahnya yang kini mepet dengan bibir sungai ikut ambrol, Jumat (3/3).

Sulastri mengaku sebenarnya memiliki rumah lain di pinggir jalan raya Dusun Tegalyasan, Desa Regalarum. Tapi, ia memilih lebih tinggal di rumah pinggir sungai bersama suaminya Imam Jambari, 45, karena merasa lebih nyaman. “Lebih tenang tinggal di sini,” katanya kepada Jawa Pos Radar Genteng.

Menurut Sulastri, tebing yang longsor di sungai belakang rumahnya itu sebenarnya sudah lama longsor. Setiap turun hujan deras dan debit air sungai tinggi, tebing it uterus ambrol. “Sudah sejak tahun lalu,” ujarnya.

Tebing di pinggir sungai itu, jelas dia, longsornya sedikit demi sedikit. Biasanya, tanah di belakang rumahnya itu setiap longsor lebarnya sekitar setengah meter. “Terakhir longsor pada Kamis (23/2), longsornya itu sampai tiga meter,” ungkapnya.

Sampai saat ini, jelas dia, tanah di belakang rumahnya yang longsor itu sudah ada enam meter lebih. Tanah yang ambrol itu, bukan tanah sepadan sungai, tapi tanah miliknya. “Yang longsor itu tanah saya da nada dalam sertifikat,” ungkapnya.

Sulastri tidak memikirkan hilangnya sebagian tanahnya yang telah longsor. Saat ini, yang dipikirkan bila bibir sungai itu ambrol lagi dan meyeret bangunan rumahnya. Bila itu terjadi, akan mengancam keselamatan keluarganya. “Tadi malam longsor lagi,” cetusnya.

Untuk menghindari rumahnya ikut longsor, Sulastri berencana akan membongkar bangunan di belakang rumahnya yang biasa dipakai untuk menjemur pakaian. “Teras di belakang rumah sudah dibongkar karena jaraknya mepet dengan tebing, tebing itu tingginya sekitar lima meter,” ungkapnya.

Dari pantauan Jawa Pos Radar Genteng, bagian bawah tebing yang terus longsor itu sudah sangat keropos. Tanah di sekitar bibir sungai itu, pasir dan rawan tergerus air sungai. “Di bagian bawah tanahnya sudah kopong,” tandasnya.

Sulastri berharap segera ada penanganan dari pihak terkait untuk menyelesaiakan masalah tersebut. Petugas dari Dinas PU pengairan dan BPBD sudah datang, katanya mau dipasangi bronjong. “Semoga segera direalisasikan,” harapnya.

Salah satu kerabat Sulastri, Suryanto, 54, mengatakan ada wilayah lain yang juga rawan longsor karena gerusan air sungai. “Sepanjang tebing ini ada yang lain, itu karena air sungai tidak melintas di jalur sebenarnya,” kata kakak ipar Sulastri yang rumahnya berdampingan itu.

Menurut Suryanto, perubahan aliran sungai itu sudah terjadi sejak 10 tahun lalu. Ia pindah dan membuat rumah di sekitar sungai sejak 2003. Saat itu, air sungai tidak belok seperti sekarang, tapi lurus melintasi dataran padas. “Dulu lewat sana,” katanya sambil menunjuk arah sungai.

Lantaran berulang kali diterjang banjir, jelas dia, jalur sungai baru terbentuk secara alami, dan itu berbelok serta menggerus tebing. “Dulu yang belokan situ (lokasi tebing longsor) banyak bebatuan besar, air sungai tidak bisa lewat situ,” terangnya.

Tapi karena batu di sungai itu banyak yang diambil orang, jelas dia, dan sebagian lagi hanyut terbawa arus sungai, akhirnya bekas bebatuan itu menjadi jalur aliran sungai. “Sehingga seperti sekarang ini,” pungkasnya

Kepala Desa Tegalarum, Achmad Turmudzi mengatakan, untuk menambal bagian tebing yang rawan longsor itu akan segera dipasangi bronjong. “Minggu ini materialnya datang, Insya Allah, secepatnya bisa dikerjakan,” sebutnya.(sas/abi)

source