Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi, Pemkab Banyuwangi Luncurkan Permata Hati. Puskesmas Harus Siaga 24 Jam

tekan-angka-kematian-ibu-dan-bayi,-pemkab-banyuwangi-luncurkan-permata-hati.-puskesmas-harus-siaga-24-jam
Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi, Pemkab Banyuwangi Luncurkan Permata Hati. Puskesmas Harus Siaga 24 Jam

RADAR BANYUWANGI – Usia Harapan Hidup warga Banyuwangi terus meningkat, dari 73,93 tahun pada 2023 menjadi 74,30 tahun pada 2024.

Namun demikian tantangan masih berat, kematian ibu dan kematian bayi di Banyuwangi masih relatif tinggi.

Jumlah kematian ibu pada tahun 2024 sebanyak 28 kasus dan  jumlah kematian bayi sejumlah 171 kasus.

Bupati Ipuk Fiestiandani menjelaskan, meskipun angka kematian bayi sudah menurun dibanding tahun sebelumnya, diharapkan pada tahun 2025 ini penurunannya lebih signifikan.

Untuk itu, sebagai upaya menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir di Banyuwangi, serta melindungi ibu melahirkan dari risiko kegawatdaruratan medis, pemkab mencanangkan program Inovasi Persalinan Enam Tangan, Aman, Sehat, Terlindungi (Permata Hati).

Melalui program tersebut, harapannya para ibu dapat melahirkan permata hati yakni bayi baru lahir yang sehat, cerdas, dan bebas dari tengkes (stunting).

”Program Permata Hati ini untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan persalinan di Banyuwangi,” kata Bupati Ipuk pada Senin (17/3).

Ipuk menyampaikan bahwa program inovasi Permata Hati ini merupakan kelanjutan ”Puskesmas Asuhan Spesialistik (PAS).”

”Terima kasih kepada seluruh dokter spesialis obgyn dan spesialis anak di seluruh rumah sakit di Banyuwangi,  yang telah berpartisipasi dalam program PAS, sehingga kompetensi SDM di puskesmas semakin meningkat dan jejaring layanan semakin kuat,” ucapnya.

Ipuk menuturkan, program Permata Hati dijalankan di semua puskesmas.

Seluruh persalinan dilakukan di puskesmas atau di fasilitas kesehatan secara gratis dengan dibantu oleh tim paling sedikit enam tangan atau tiga orang yang terdiri satu dokter, satu bidan, dan satu perawat atau satu dokter dan dua bidan, serta dipantau para dokter spesialis obgyn dan spesialis anak.

Ipuk meminta seluruh puskesmas di Banyuwangi menyelenggarakan layanan persalinan. Artinya, SDM di puskesmas harus siaga 24 jam dan siap memberikan layanan persalinan.

Para dokter dan perawat agar terlibat aktif melakukan penilaian awal kondisi ibu dan janin, memantau riwayat kehamilan, kondisi medis, tanda-tanda vital, serta bersama para bidan melakukan penanganan dan perawatan persalinan.

”Secara khusus, saya sampaikan terima kasih kepada para bidan, kepada Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Banyuwangi yang memberikan dukungan penuh terhadap program Permata Hati  ini. Para bidan menjadi bagian penting Tim ’6 tangan’, untuk memastikan setiap aspek persalinan diawasi dengan cermat, meminimalkan risiko komplikasi, dan mencegah kematian ibu dan bayi,” ujarnya.


Page 2

Ipuk menambahkan, program Permata Hati gratis di seluruh puskesmas dan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

”Saya minta BPJS Kesehatan memberikan dukungan program ini, hanya menerima klaim persalinan yang dilakukan enam tangan. Adapun bagi ibu bersalin yang belum menjadi peserta BPJS ditanggung pembiayaannya oleh pemerintah daerah. Kami menyediakan anggaran untuk 5.250 ibu bersalin non-BPJS pada tahun 2025 dengan biaya Rp 1 juta per persalinan,” katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat berharap, para direktur rumah sakit, para dokter spesialis obgyn dan spesialis anak untuk menguatkan jejaring sistem rujukan untuk kasus-kasus komplikasi kehamilan dan persalinan, menguatkan tenaga kesehatan di puskesmas, dan memastikan prosedur persalinan dilaksanakan dengan baik.

Sekaligus berperan aktif untuk membantu edukasi pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur, persalinan di puskesmas, dan promosi pentingnya makanan bergizi selama kehamilan dan menyusui.

”Insya Allah dengan dukungan semua pihak, program Permata Hati berhasil sehingga lahir permata hati yang menjadi SDM unggul Banyuwangi, menyongsong Indonesia Emas 2025,” pungkas Amir. (sgt/c1)


Page 3

RADAR BANYUWANGI – Usia Harapan Hidup warga Banyuwangi terus meningkat, dari 73,93 tahun pada 2023 menjadi 74,30 tahun pada 2024.

Namun demikian tantangan masih berat, kematian ibu dan kematian bayi di Banyuwangi masih relatif tinggi.

Jumlah kematian ibu pada tahun 2024 sebanyak 28 kasus dan  jumlah kematian bayi sejumlah 171 kasus.

Bupati Ipuk Fiestiandani menjelaskan, meskipun angka kematian bayi sudah menurun dibanding tahun sebelumnya, diharapkan pada tahun 2025 ini penurunannya lebih signifikan.

Untuk itu, sebagai upaya menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir di Banyuwangi, serta melindungi ibu melahirkan dari risiko kegawatdaruratan medis, pemkab mencanangkan program Inovasi Persalinan Enam Tangan, Aman, Sehat, Terlindungi (Permata Hati).

Melalui program tersebut, harapannya para ibu dapat melahirkan permata hati yakni bayi baru lahir yang sehat, cerdas, dan bebas dari tengkes (stunting).

”Program Permata Hati ini untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan persalinan di Banyuwangi,” kata Bupati Ipuk pada Senin (17/3).

Ipuk menyampaikan bahwa program inovasi Permata Hati ini merupakan kelanjutan ”Puskesmas Asuhan Spesialistik (PAS).”

”Terima kasih kepada seluruh dokter spesialis obgyn dan spesialis anak di seluruh rumah sakit di Banyuwangi,  yang telah berpartisipasi dalam program PAS, sehingga kompetensi SDM di puskesmas semakin meningkat dan jejaring layanan semakin kuat,” ucapnya.

Ipuk menuturkan, program Permata Hati dijalankan di semua puskesmas.

Seluruh persalinan dilakukan di puskesmas atau di fasilitas kesehatan secara gratis dengan dibantu oleh tim paling sedikit enam tangan atau tiga orang yang terdiri satu dokter, satu bidan, dan satu perawat atau satu dokter dan dua bidan, serta dipantau para dokter spesialis obgyn dan spesialis anak.

Ipuk meminta seluruh puskesmas di Banyuwangi menyelenggarakan layanan persalinan. Artinya, SDM di puskesmas harus siaga 24 jam dan siap memberikan layanan persalinan.

Para dokter dan perawat agar terlibat aktif melakukan penilaian awal kondisi ibu dan janin, memantau riwayat kehamilan, kondisi medis, tanda-tanda vital, serta bersama para bidan melakukan penanganan dan perawatan persalinan.

”Secara khusus, saya sampaikan terima kasih kepada para bidan, kepada Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Banyuwangi yang memberikan dukungan penuh terhadap program Permata Hati  ini. Para bidan menjadi bagian penting Tim ’6 tangan’, untuk memastikan setiap aspek persalinan diawasi dengan cermat, meminimalkan risiko komplikasi, dan mencegah kematian ibu dan bayi,” ujarnya.