Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

UMKM Binaan BRI di Banyuwangi Sukses Tembus Pasar Ekspor

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ekbis
UMKM Binaan BRI di Banyuwangi Sukses Tembus Pasar Ekspor

Pembeli melihat-lihat produk kualitas ekspor yang tersusun rapi di galeri milik Kejaya Handicraft. (Foto: Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

SUARA INDONESIA, BANYUWANGI – Kejaya Handicraft, sebuah brand usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Banyuwangi, sukses mencapai prestasi luar biasa dengan berhasil menembus pasar ekspor.

Berdiri sejak tahun 1998, UMKM yang berada di Desa Tambong, Kecamatan Kabat, Banyuwangi ini telah menorehkan jejak gemilang dalam dunia kerajinan, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di pasar internasional.

UMKM ini memiliki kualitas ekspor dan telah berhasil mengirimkan beberapa jenis produknya ke beberapa negara seperti Amerika, Polandia, Inggris, Italia, Malaysia, Thailand, Hawai dan Jamaika.

Kejaya Handicraft memanfaatkan bahan alam sebagai produk kerajinan. Beberapa yang bisa diolah diantaranya rotan, limbah pisang, tapas (pelepah kelapa), batok kelapa, bambu, dan aneka macam kayu.

Produk ramah lingkungan ini disulap menjadi beraneka ragam kerajinan seperti tas, topi, tempat buah, nampan, asbak, tempat gadget, kalimba, marakas hingga souvenir.

Kejaya Handicraft mampu menyerap 200 tenaga kerja lokal. Mereka mayoritas adalah ibu rumah tangga. Ibu-ibu inilah yang membuat hasil kerajinan tersebut di rumah produksi milik yang ada di Kabat.

Owner Kejaya Handicraft, Khotibin mengatakan, tidak semua produk dikirim ke luar negeri. Hanya beberapa produk tertentu yang dilirik pasar dunia.

Produk tersebut, kata dia, diantaranya marakas, kalimba, asbak berbagai motif, didu blance, tas dari batok kelapa yang sampai ke Jamaika.

Dengan harga yang sangat terjangkau serta produk yang berkualitas, membuat Kejaya Handicraft banyak diminati masyarakat sekitar hingga mancanegara.

“Produk yang kita hasilkan dibanderol mulai harga Rp 15 ribu hingga Rp 60 ribu, seperti asbak itu hanya Rp 25 sampai Rp 30 ribu, ada juga produk yang harganya ratusan ribu tergantung barang,” jelasnya, Jumat (08/12/2023).

Keberhasilan Kejaya Handicraft sampai dikenal hingga mancanegara, kata Ibin sapaan akrabnya, tidak lepas dari peran stakeholder. Banyak instansi yang telah mendorong Kejaya Handicraft sampai menjajaki pasar ekspor.

Ia menyebut, salah satunya adalah BRI, produk di Kejaya Handicraft sempat ikut dipamerkan dalam acara UMKM EXPO (RT) BRILianpreneur yang dihelat BRI di Jakarta pada 2022 lalu. Lewat pembinaan yang dilakukan BRI ini dapat menaikkan omzet penjualan Kejaya Handicraft.

“Saya menjadi nasabah BRI sejak 2019, terakhir diikutkan pameran 2022 lalu di Jakarta. Ini berdampak pada peningkatan omset UMKM dan membantu mengenalkan produk kita ke pasar yang lebih luas lagi,” kata Ibin.

Ibin mengaku jangan melihat hasil yang telah dicapai sekarang. Sebab, sejak awal merintis usaha ia justru menghadapi rintangan yang sangat berat. Sebelum menjajaki usaha ini, ibin sempat menjadi buruh kerajinan di Bali.

Dari pengalaman ini, ia kemudian membulatkan tekad untuk mencoba membuka usaha sendiri. Meski kala itu modal yang dikeluarkan tidak seberapa.

Berkat keuletan Ibin, perlahan bisnisnya tumbuh, jaringan yang ada di Bali menguntungkan Ibin untuk mengenal para pembeli dari berbagai negara. Tahun 2.000, ia mengenal pembeli dari Inggris. Berlanjut tahun 2002, ia kembali mengawali Kerjasama dengan pembeli dari Amerika.

Kejayaan Ibin kemudian diuji pada tahun 2008, bisnisnya terpuruk karena pembelian yang sedikit. Namun lagi-lagi, keberuntungan masih di pihaknya. Saat kondisi sulit itulah ada seseorang dari luar negeri yang menyelamatkan bisnisnya.

“Kondisi terpuruk saya ini tiba-tiba ada orang Italia yang memesan dengan jumlah banyak. Dan Kerjasama ini berlanjut sampai 8 tahun,” akunya.

Jatuh bangun dalam bisnis merupakan hal yang biasa, Ibin Kembali diuji saat Covid-19 menghantam Indonesia dan berbagai negara lainnya. Kondisi ini berdampak pada pengurangan ekspor, bahkan sempat vakum.

Ibin tidak tinggal diam, ia memutar otak dengan menciptakan produk terbaru seperti souvenir parfum. Jangkauan pasarnya sampai pada Jakarta. Selama pandemi, jumlah pembelian tergolong tinggi. sekali kirim ke Jakarta bisa mencapai 15 sampai 20 ribu buah souvenir parfum.

“Sedangkan harga per bijinya berkisar di Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu,” ucapnya.

Saat ini, kata Ibin, Kejaya Handicraft mulai pulih pascapandemi. Order dari luar negeri pun mulai berdatangan meskipun jumlahnya belum Kembali stabil seperti sedia kala.

“Sebelum Covid-19 sampai 15 ribu – 200 ribu produk sekali kirim. Saat ini mulai menyentuh angka 80 ribu,” jelasnya.

Saat ini Kejaya Handicraft juga telah memiliki galeri sendiri. Berada di Jalan Raya Banyuwangi – Jember, Kelurahan Kedayunan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, yang difungsikan sebagai pusat oleh-oleh khas Banyuwangi.

Pimpinan BRI Cabang Banyuwangi, Ashri Agustian Mukti mengaku bangga atas prestasi Kejaya Handicraft.

“Kami bangga dapat mendukung dan memfasilitasi UMKM lokal seperti Kejaya Handicraft untuk meraih kesuksesan di tingkat global. Ini sejalan dengan komitmen BRI dalam mendukung UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Perseroan, kata dia, terus berkomitmen dalam memberdayakan UMKM. Selain mengajak UMKM beralih ke digital, BRI juga aktif menyediakan pasar melalui bazar dan pameran.

“Dengan begitu UMKM binaan akan semakin diberdayakan dengan memberikan akses pasar yang lebih luas. BRI berkomitmen untuk terus memberikan pendampingan kepada UMKM binaan melalui mantri di lapangan,” cetusnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Imam Hairon


source