Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Warga Diharamkan Tebang Pohon di Dekat Sumber

JERNIH: Warga mengambil air minum di sumber air Penawar, Desa Ketapang, kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
JERNIH: Warga mengambil air minum di sumber air Penawar, Desa Ketapang, kemarin.

Berkat kearifan warga sekitar, sumber air Penawar di Dusun Pancoran, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, ini tidak pernah berhenti memancarkan air. Sejak ratusan tahun lalu, warga dilarang menebang pohon yang tumbuh di
sekitar sumber tersebut.

SIGIT HARIYADI, Kalipuro CUACA terasa begitu panas siang hari itu. Saking teriknya, fatamor-gana pun terjadi di ruas jalan Ling-kar Ketapang, Kecamatan Kalipuro. Fenomena alam ter-sebut membuat ba-dan jalan seolah-olah
digenangi air.

Rasa haus dan peluh pun membasahi baju kami. Keberuntungan mulai berpihak saat kami mendapati se-buah rambu bertulis “Sumber Mata Air Pe-nawar” terpasang di tepi jalan. Rambu itu dengan jelas menun-jukkan bahwa sumberair yang dimaksud ha-nya berjarak 600 me-ter dari jalan raya. Ba-yangan sejuknya lokasi sumber airitu berhasil “menggoda” hati untuksegera menjangkaunya.

Tanpa berpikir terlalu lama, kamilangsung mengarahkan motor yangselalu setia menemani perjalanan kemulut gang yang berjarak sekitar 20meter di sebelah utara rambu tersebut.

Namun, kondisi jalan yang harusdilalui untuk mencapai sumber airPenawar cukup memprihatinkan Baru beberapa meter dari mulut gang, aspal jalan sudah banyak yang mengelupas. Tak ayal, debu langsung beterbangan tatkala roda sepeda motor menggilasnya.

Semakin masuk ke dalam, kondisi jalan se makin parah. Selain semakin sempit, jalan yang belum tersentuh aspal itu juga sangat bergelombang. Terlebih, kanan-kiri jalan hanya ditumbuhi pohon kakao.
Hanya ada satu atau dua rumah warga.

Hal itu membuat hasrat kami mencapai sumber air Penawar sempat ciut. Akan te tapi, dorongan membasuh peluh dengan ge mercik air jernih yang sejuk rupanya mengalahkan rasa keder atas kondisi jalan yang berdebu, bergelombang, dan berkelok tersebut.

Dorongan segera mencapai sumber air semakin besar tatkala kami berpapasan dengan seorang pria yang menggotong galon air mineral. Apalagi, ketika ditanya di mana dia mengambil air yang dia pikul, pria itu mengaku mengambil di sumber air Penawar. “Sumbernya sudah dekat. Lurus saja, paling tinggal 50 meter,” ujarnya.

Hingga akhirnya, kami mendapati be be-rapa motor parkir di tepi aliran sungai kecil  di bawah rerimbun daun dari dua batang  po hon joharberukuran “raksasa”. Di lokasi itu juga tumbuh sebuah pohon bendoyang ukurannya juga sangat besar.

Tidak jauh dari kumpulan sepeda motor tersebut, terlihat “pondok” terpal dipasang mengelilingi suatu areal di daerah aliran su ngai. Kawasan itu memang benar-benar se juk. Hampir dapat dipastikan, aliran air tersebut berasal dari sumber air Penawar.

Belum sempat beranjak dari sadel motor, kami disuguhi pemandangan hilir-mudik warga yang membawa berbagai wadah un tuk mengambil air. Ada yang membawa galon, ada juga yang membawa jeriken dan timba. Bahkan, beberapa orang tam pak membawa botol bekas kemasan air mineral.

Tidak berhenti sampai di situ, keramaian di sumber Penawar itu ternyata juga di-manfaatkan seorang penjual bakso. Bah-kan, sebuah warung yang menjajakan ma-ka nan ringan dan aneka minuman berdiri ko koh tidak jauh dari motor yang sekaligus berfungsi sebagai gerobak bakso itu. Untuk menghilangkan rasa penasaran ter-hadap pemandangan tersebut, kami lang sung bertanya kepada seorang pria yang duduk di atas akar pohon joharberukuran be sar tersebut.

“Ya setiap hari seperti ini. Banyak warga yang mengambil air di sum ber ini (Penawar),” ujar pria bernama Mustafa, 37, tersebut. Menurut Mustafa, warga yang sengaja da-tang untuk mandi atau sekadar mengambil air tidak hanya berasal dari desa sekitar.

Banyak juga warga dari luar Banyuwangi yang mengambil air di sumber yang sudah sejak beratus-ratus tahun lalu tidak pernah berhenti menyemburkan air tersebut. “Saya tidak tahu apa alasannya. Tetapi, beberapa orang mengaku cocok meminum air sum-ber ini, bahkan tanpa dimasak,” kata pria yang belakangan dipercaya oleh warga se-ki tar menunggu mata air tersebut.

Masih menurut Mustafa, sumber itu tid-ak pernah berhenti memancar lantaran
warga tidak pernah menebang pohon di se kitar sumber. Bahkan, jika ada pohon yang mati atau tumbang lantaran tiupan angin dan sebagainya, warga langsung meng gantinya dengan bibit pohon baru di lokasi pohon yang tumbang itu. “Pohon butuh air. Air juga butuh pohon. Makanya war ga tidak menebang pohon demi meles-ta rikan sumber air ini. Sebab, sumber air ini merupakan tumpuan mereka untuk men dapat pasokan air bersih,” papar dia.

Sembari berbincang, kami terus me nga-mati kegiatan warga yang datang ke sumber air tersebut. Selain banyak warga yang me ngambil air untuk kebutuhan minum, banyak juga warga yang datang untuk man-di. Rupanya terpal yang dipasang sekitar 20 meter di sisi timur sumber tersebut ber fungsi sebagai tempat mandi wanita.

Mustafa menambahkan, selain untuk ke perluan minum, banyak juga warga yang datang untuk mandi, cuci muka, dan membersihkan sepeda motor. Bahkan, beberapa warga percaya air di sumber Penawar itu dapat menghilangkan berbagai macam penyakit. “Tetapi, mohon maaf saya takut syirik. Kesembuhan datangnya hanya dari Allah,” tegasnya.

Sementara itu, seorang pengunjung ber-nama Dodi mengaku sengaja datang ke
sum ber air Penawar setiap tiga atau empat hari sekali. Pria yang juga mengaku berasal dari Solo dan saat ini bekerja di Pelabuhan Ketapang itu tanpa sungkan memaparkan bahwa tak jarang dia langsung menenggak air sumber tersebut tanpa direbus terlebih dahulu. “Di perumahan memang ada air bersih yang dialirkan dari keran. Tetapi, kalau minum air keran itu rasanya kurang puas. Air yang saya ambil dari sumber pe-na war ini jauh lebih natural,” ungkapnya.

Gede, warga asal Bali, malah memberi pe-ngakuan lebih ekstrem. Pria yang saat ini tinggal di Kapuran, Desa Ketapang, itu mengaku mendapat informasi bah wa air sumber Penawar bermanfaat me nyembuhkan penyakit ngilutulang. Bahkan ko non, imbuhnya, setelah mandi atau me ngonsumsi air yang berasal dari sumber Pe nawar, pasangan yang sebelumnya kurang harmonis bisa menjadi harmonis. “Tetapi, se mua kembali pada keyakinan masing-masing. Bagi saya, yang pasti mengonsumsi air dari sumber Penawar menyehatkan,” tuturnya.

Puas menggali informasi tentang sumber air tersebut, wartawan koran ini langsung mencuci muka. Sesuai yang diharapkan, air sumber yang satu ini memang sangat dingin. Meskipun tidak sempat mandi, kami merasa puas bisa “mencicipi” segarnya air sumber tersebut. (Radar)