Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Widarto, Warga Gitik yang Menolak Dana BLSM

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

merasaMerasa Sehat dan Masih Mampu Cari Nafkah

Widarto, 40, warga Dusun Sidomulyo, Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, layak jadi contoh masyarakat. Merasa masih mampu bekerja, dia menolak Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang dicairkan pemerintah.

PENAMPILANNYA cukup sederhana dan nada bicara tenang. Ti dak ada kesan sombong pada diri bapak empat anak tersebut. Se tiap hari, Widarto bekerja sebagai karyawan sebuah toko elektronik di depan Masjid Besar Baiturrahim, Kecamatan Rogojampi. Saat Jawa Pos Radar Banyuwangi menghubunginya melalui ponsel, Wi darto dengan senang hati mau menerima.

Tetapi, karena ke si bukannya sebagai karyawan toko, wawancara sering kali terputus karena ha rus melayani pembeli. “Maaf ya, aku tinggal dulu. Pembeli sedang banyak,” cetus Widarto dengan sopan. Widarto ternyata cukup terampil dalam melayani para pembeli yang pagi itu memang cukup banyak ber datangan ke toko tersebut. Pria bertubuh langsing itu cukup gesit me layani kebutuhan para pembeli.

“Saya masih sehat dan mampu bekerja keras,” katanya. Masih sehat dan mampu bekerja ke ras, tampaknya menjadi alasan kuat baginya menolak bantuan tunai berupa BLSM. “Saya kaget saat nama saya masuk daftar penerima BLSM di desa kami,” ujarnya sambil geleng-geleng kepala Widarto mengaku tidak tahu apa alasan pe merintah atau petugas pencatat warga mis kin (gakin) memasukkan namanya se bagai penerima BLSM.

Meski tidak tergo long kaya, dia mengaku masih mampu men cari nafkah. “Dari mana ceritanya (bisa dapat BLSM), saya tidak tahu,” ujarnya. Dengan empat anak yang dua di antaranya kembar, Widarto merasa masih bisa menghidupi keluarganya tanpa harus me nerima bantuan tunai tersebut. Gajinya di toko elektronik tempatnya bekerja, di rasa sudah cukup untuk membiayai ke luarganya.

“Kartu BLSM sudah saya kem balikan, karena saya tidak mau menerima,” ce tusnya. Sikapnya yang menolak BLSM itu semakin man tap saat istrinya, Astuti, ternyata juga men dukung penuh. Bahkan, istrinya menyebut risi bila harus menerima dana ban tuan itu sebagai bentuk kompensasi pen cabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM). “Istri saya juga tidak mau me nerima,” katanya.

Sambil menatap ke arah langit-langit toko, Widarto menyebut penolakan yang dia lakukan bukan sebagai sok-sokan. Ka rena bagaimanapun, orang bekerja itu se benarnya mencari uang. “Siapa sih yang tidak mau uang. Tapi kalau masih ada orang yang berhak menerima, biarlah saya yang mengalah,” selorohnya.

Penolakan BLSM yang dilakukan bersama istrinya itu, karena melihat para tetangga yang hidupnya masih ke ku rangan ternyata banyak yang tidak menerima BLSM. Tidak sedikit juga janda yang serba kekurangan tidak mendapat BLSM. “Biarkan BLSM di terima orang yang berhak,” ungkapnya. (radar)