Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ithuk-Ithukan, Cara Warga Mensyukuri Alam

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ritual ithuk-ithukan di Dusun Rejosari, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.

GLAGAH – Ritual ithuk-ithukan di Dusun Rejosari, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, berlangsung meriah kemarin (5/8). Tradisi ini selalu diadakan warga setempat setiap tangal 12 Dulkaidah kalender Jawa.

Kegiatan ini ditandai dengan kegiatan warga mengusung makanan ke tempat bernama “sumber”. Warga berbondong-bondong membawa makanan ke sumber air itu dengan melalui jalan setapak.

Jalan yang dilalui hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Warga membawa makanan dengan cara disunggi (ditaruh di kepala). Setelah sampai di tempat sumber suci, warga membaca doa yang dipimpin tokoh masyarakat setempat.

Selanjutnya, makanan yang dibawa dibagikan ke semua warga yang hadir. Uniknya, masyarakat membagikan makanan tersebut bukan menggunakan piring atau tempat makanan melainkan menggunakan daun pisang alias ithuk.

Tradisi selamatan tersebut akhirnya dinamakan ithuk-ithukan karena warga membagikan makanan banyak ithuk. Ketua Adat Dusun Rejosari, Sariono mengatakan, tradisi lthuk-ithukan tersebut untuk nguri-nguri tradisi yang sudah lama.

“Saya sangat bangga ritual ini diikuti oleh warga asing dan perwakilan dari dinas kebudayaan dan pariwisata,” ujar Suriono. Suriono menambahkan, sebelum ithuk-ithukan, diadakan ritual haul atau pembacaan Al-quran di makam.

“Sehubungan tepat dengan hari kemerdekaan, kita juga mengenang jasa para pahlawan,” kata Suriono. Sekretaris Desa (sekdes) Karanganyar, Imam Sutikno mengatakan, ithuk-ithukan dulu hanya sederhana tidak semeriah tahun ini. Karena saat itu belum ada dukungan dari pemerintah desa.

“Kita menganggarkan untuk mengangkat ritual unik ini dengan maksud mengangkat perekonomian para warga desa,” ujar Imam. Imam mengharapkan, Desa Karanganyar ikut serta mengangkat adat yang ada untuk bisa masuk di Banyuwangi Festival.

Bukan hanya acara adat yang melekat ke masyarakat, tetapi mengenalkan adat sakral kepada wisatawan. “Dusun Rejosari yang selingkup ini akan menjadi Dusun Adat, bukan hanya dikenal sebagai dusun pelosok desa,” kata Imam. (radar)