PANORAMA alam Rowo Bayu terlihat indah pagi itu. Embusan angin cukup menusuk tulang. Suara burung terdengar bersahut-sahutan di sela-sela hutan pinus. Harum bunga sesekali menusuk hidung. Dedaunan yang hijau terhampar membuat mata semakin segar.
Itulah kesan yang muncul saat mengunjungi wanawisata Rowo Bayu di Desa Bayu, Kecamatan Songgon. Tidak sedikit bunga yang dibawa pengunjung masih tersisa. Hal itu mengesankan tempat tersebut kental nuansa ritual dan spiritual.
Ya, selain tempat wisata, Rowo Bayu memang dikenal sebagai lokasi spiritual. Kerajaan Macan Putih yang didirikan Prabu Tawang Alun bisa dikatakan bermula dari kawasan itu. Tak ayal, di pojok Rowo Bayu ada situs Prabu Tawang Alun. Selama ini, banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut.
Selain untuk berwisata, sebagian warga itu juga melakukan ritual khusus di situs Prabu Tawang Alun. Biasanya sebagian dari mereka melakukan semedi di situs tersebut. Harum kemenyan dan dupa pun menyerbak di kawasan itu. Berdasar catatan sejarah, di Bayu pernah terjadi pertempuran yang melibatkan pasukan Jogopati dan Belanda.
Banyak korban jiwa dalam perang yang dikenal sebagai perang paling menakutkan bagi Belanda tersebut.Tanggal 18 Desember Tahun 1771 menjadi salah satu segmen pertempuran sengit tersebut. Sehingga, di kemudian hari tanggal tersebut dijadikan hari Jadi Banyuwangi. Kini wajah Rowo Bayu memang masih asri. Tetapi, sudah banyak fasilitas baru.
‘’Banyak pengunjungnya, Mas,” ucap juru kunci Rowo Bayu, Mbah Saji. Katanya, ada pengunjung yang hanya sekadar refreshing melepas penat, dan banyak juga melakukan ritual di petilasan Prabu Tawang Alun. ‘’Mereka datang sore dan pulang pagi, itu biasa,” terangnya.
Mbah Saji menambahkan, selain masyarakat umum, banyak juga tokoh yang datang ke tempat itu. Biasanya tokoh itu datang karena punya kepentingan tertentu. ‘’Mau nyalon bupati, wakil bupati, sampai kepala desa, datang ke sini. Banyak yang jadi. Tapi, setelah jadi nggak datang ke sini lagi,” ujarnya sembari geleng-geleng kepala.
Dulu para pengunjung itu kalau beristirahat hanya di fasilitas seadanya. Tetapi, kini sudah ada rest area yang cukup representatif. ‘’Ini baru dibangun oleh pejabat Banyuwangi yang ke sini,” terangnya sambil menunjuk bangunan anyar sebagai tempat istirahat tamu.
Seperti biasa, banyak wisatawan yang ingin mengetahui sejarah singkat mengenai Rowo Bayu hingga Prabu Tawang Alun. Mbah Saji pun siap menceritakan hal itu. “Tempat ini memang keramat. Tidak boleh disepelekan,” katanya. Camat Songgon, Wagiyanto, menuturkan Rowo Bayu memang menjadi aset besar Banyuwangi. Oleh karena itu, aset tersebut harus dipelihara dan dipertahankan dengan baik.
‘’Akses menuju Rowo Bayu sudah bagus,’’ katanya. Rowo Bayu menyimpan sejarah panjang Banyuwangi. Sebab, sebelum mendirikan Kerajaan Macan putih Prabu Tawang Alun dipercaya bersemedi di lokasi itu. Perang habis-habisan yang dipimpin Jogopati juga terjadi di sekitar lokasi itu. “Banyak tokoh-tokoh yang berkunjung ke Rowo Bayu,” terangnya. (radar)