SIAPA yang tidak kenal Pantai Boom. Kawasan wisata pantai yang berjarak 1 Km dari pusat kota Banyuwangi itu kini terus bersolek. Selain dilengkapi payung-payung pantai yang berdiri di pantai berpasir, kawasan Boom kini disulap menjadi jujugan wisata yang nyaman dan artistik.
Lewat tangan dingin Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Banyuwangi, Boom yang dulu terkesan kumuh kini menjadi tempat favorit kongkow-kongkow. Pagi, siang, dan malam, warga bisa bersantai di pantai yang view-nya Selat Bali tersebut.
Melalui corporate social responsibility (CSR) PT. Telkom, kini telah dibangun panggung (amphitheatre) di kawasan yang dulu dikenal dengan sebutan Pelabuhan Lama itu. Kepala DKP Banyuwangi, Arief Setiawan, mengatakan pihaknya telah membangun semacam gerbang masuk kawasan Pantai Boom.
Bangunan itu sekaligus ber fungsi sebagai penutup keku mu han di sekitar hutan bakau alias mangrove yang berlokasi di kanan-kiri jalan masuk Pantai Boom. Kegiatan lain yang telah dikerjakan DKP adalah membangun akses pedestrian atau pejalan kaki.
Anggaran pembangunan pedestrian itu Rp 1,2 miliar. Kegiatan itu melanjutkan pembangunan sebelumnya. DKP juga tengah melakukan penataan landscape di samping akses pedestrian tersebut. “Tujuannya, memberikan fasilitas terhadap destinasi wisata Pantai Boom agar masyarakat semakin nyaman saat berkunjung,” kata Kepala DKP Banyuwangi, Arief Setiawan.
Taman Telkom dilengkapi sebuah amphitheatre atau panggung pertunjukan dengan akses internet tanpa kabel (WiFi). Taman Telkom itu bukan sekadar taman untuk tempat wisata keluarga, tapi sudah mengadopsi taman modern dengan fasilitas teknologi informasi.
Sejumlah fasilitas taman yang bisa dimanfaatkan warga selain 10 titik WiFi adalah arena bermain anak, lintasan jogging, eco-park, pusat makanan, dan pedestrian. Dana pembangunan amphitheatre digelontorkan Telkom, sedangkan fasilitas lain dibangun Pemkab Banyuwangi dan dukungan perusahaan lain.
Itu bisa semakin melengkapi fasilitas di Pantai Boom sebagai salah satu destinasi wisata di Banyuwangi. Kami bangga bisa ikut mendukung pengembangan daerah,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya kala itu. Proyek pembangunan gelanggang terbuka untuk pertunjukan hiburan dan seni tersebut mulai dikerjakan 8 September lalu.
Pengerjaan proyek senilai sekitar Rp 1,08 miliar itu tuntas selama 80 hari dengan melibatkan 130 pekerja. Bupati Abdullah Azwar Anas kala itu mengatakan, amphitheatre di kawasan Pantai Boom itu di lengkapi jaringan WiFi dengan kapasitas yang cukup besar.
Jaringan WiFi berkapasitas besar itu diharapkan mampu menunjang aktivitas positif dan kreatif anak-anak muda di kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini. Anas menambahkan, amphitheatre itu dinamakan Taman
Digital. Pembangunan amphitheatre itu tidak dibiayai APBD, tapi dibiayai CSR PT. Telkom.
“Inilah yang disebut pembangunan dengan konsep privat partnership. Semoga pihak swasta yang lain muncul,” ujarnya kala itu. Kehadiran amphitheatre benarbenar bermanfaat. Begitu bangunan itu rampung langsung difungsikan sebagai venue Festival Jazz 2015.
Yang terbaru adalah untuk menghidupkan kembali tradisi Padhang Ulan yang mati suri. Dewan Kesenian Blambangan (DKB) menggelar pertunjukan seni di amphitheater Pantai Boom. Ada pentas kese nian angklung, ada juga seni teater Kusuma dari SMKN 1 Banyuwangi.
Tua muda larut dalam kegembiraan di Pantai Boom. Penonton yang datang di amphitheater lebih banyak dibandingkan pada acara Padhang Ulan sebelumnya. Tribun tampak penuh oleh penonton yang didominasi anak-anak muda.
Tidak sedikit penonton dewasa dan keluarga yang menyaksikan pertunjukan teater tersebut. Pekan sebelumnya juga digelar kesenian angklung. Pentas seni itu seolah mengobati kerinduan masyarakat Banyuwangi akan hiburan tradisional di Pantai Boom yang dulu sering digelar, tepatnya pada saat padang bulan berlangsung.
Tradisi itu sejak dulu dikenal dengan sebutan Padhang Ulan. Kepala DKP Banyuwangi Arief Setyawan mengatakan keberadaan Pantai Boom sekarang ini merupakan kolaborasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Ke depan, tempat ini akan terus dipoles sehingga benar-benar menjadi ruang terbuka untuk publik.
Sejak dibangun amphitheatre, even-even seni dan budaya akan intens digelar di tempat tersebut. “Wajah Pantai Boom benar-benar berubah. Seperti Anda lihat sekarang, wisatawan semakin ramai. Ini berkat kerja sama semua pihak, termasuk Telkom,’’ kata Arief.
Ke depan, Pantai Boom akan terus bersolek. Setelah mendapat support Menpar Arief Yahya, dukungan datang dari Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman, Indroyono Soesilo. Menko Indroyono siap mendukung pembangunan dermagamarina di Bumi Blambangan.
Lahan seluas 30 hektare (Ha) milik PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) di kawasan Pantai Boom kini disiapkan sebagai pelabuhan marina. Pelabuhan marina tersebut diprediksi mampu menampung 100 kapal yacht. Menurut Indroyono, Banyuwangi sangat potensial dalam pengembangan dermaga sandar kapal yacht.
Lokasi Banyuwangi yang berdekatan dengan Bali memungkinkan kapal-kapal yacht dari Australia yang selama ini sandar di Pelabuhan Benoa, Bali, bergeser ke Banyuwangi. “Benoa saat ini sudah overload, why not bila geser ke sini (Banyuwangi, Red). Kami akan mengundang kapal-kapal pesiar untuk berlabuh di marina Banyuwangi. Kami bantu promosinya,” kata Indroyono Soesilo saat meninjau kawasan Pantai Boom Jumat 6 Maret 2015 lalu.
Menurut Menko Indroyono, potensi pengembangan dermaga marina sangat menjanjikan. Saat ini, Bali telah menjadi tempat parkir kapal yacht Australia. Di Australia ada sekitar 20 ribu sampai 30 ribu yacht. Saat ini ribuan kapal yacht Australia parkir di Benoa.
“Lumayan ongkos parkirnya USD 400 per bulan. Padahal, mereka bisa datang ke sini dan berjalan-jalan selama dua bulanan saja, sementara yacht-nya tetap diparkir. Itu ongkos parkir jalan terus,” kata Indroyono. (radar)