Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Sapi Jadi-jadian Kenjo Nyingkal Sawah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

warga-desa-kenjo-kecamatan-glagah-berdandan-layaknya-sapi-untuk-kemudian-diarak-keliling-kampung-memperingati-1-suro

WARGA Desa Kenjo, Kecamatan Glagah, Banyuwangi memiliki cara tersendiri untuk memperingati datangnya tanggal 1 Suro, yakni  tradisi sapi-sapian. Tradisi sapi-  sapian merupakan salah satu rangkaian bersih desa setempat
yang digelar Minggu kemarin (2/10).

Tidak hanya keliling kampung, tahun ini selamatan bersih Desa Kenjo dikemas lebih menarik. Sapi jadi-jadian setelah diarak keliling kampung juga melakukan ritual nyingkal sawah lengkap dengan peralatan singkalnya layaknya sapi sungguhan yang sedang  membajak sawah.

Tidak hanya itu, ritual adat kemarin juga disajikan oleh para warga bagaimana melakukan sistem pertanian yang baik. Salah satunya adalah bagaimana cara pawang air sawah membagi air agar semua lahan pertanian teraliri dengan baik.

Selain itu, ada juga praktik  menanam padi.  Jadi, ritual adat yang dilakukan  oleh warga Desa Kenjo kemarin selain untuk selatan bersih desa juga sebagai alat edukasi bahwa  sistem pertanian secara tradisional  harus tetap dilestarikan di tengah-tengah modernisasi peralatan  persawahan saat ini.

”Peran pawang air di pertanian desa sangat penting. Dia harus bersikap adil dalam mengatur air yang mengalir ke sawah warga. Kalau tidak adil biasanya terjadi perselisihan,” kata Kepala Desa Kenjo, Gojali. Selain sebagai selamatan desa, ritual sapi-sapian  ini dilakukan juga sebagai bentuk penghormatan  warga kepada leluhur mereka.

Sebab, pada zaman  dahulu warga Desa Kenjo tidak banyak yang memiliki  sapi. Jadi untuk membajak sawah, warga pun bertindak layaknya sapi yang untuk menarik singkal di lahan pertanian. ”Mayoritas warga Desa Kenjo  memang petani sejak dulu, 80  persen lahan di sini adalah lahan pertanian. Ini juga untuk nguri-nguri  leluhur kita yang dulu membajak sawah dengan  bantuan manusia,” tandas Gojali.

Dalam tradisi sapi-sapian kemarin, ada beberapa pria yang didandani ala sapi. Sapi jadi-jadian  tersebut memikul bajak dan diarak keliling kampung. Di belakang sapi-sapian diikuti rombongan warga yang berperan sebagai, tukang semprot sawah, tukang tandur padi, pemasang  kincir, hingga penjual jamu gendong.

Nah, untuk menambah semarak, ditampilkan juga kesenian barong dan gandrung milik warga Desa Kenjo di barisan paling belakang dengan diiringi musik  kuntulan untuk keliling kampung. Camat Glagah, Setyo Puguh Widodo yang datang di acara sapi-sapian bersama rombongan  Disbudpar Banyuwangi mengatakan, tradisi  sapi-sapian ini bisa untuk mendongkrak   pariwisata di Desa Kenjo sendiri.

Selain tradisi sapi-sapian, potensi lain seperti  sistem pertanian yang masih tradisional juga   bisa dijadikan hal yang menarik bagi wisatawan  yang datang. ”Kami ingin yang jadi sapi-sapian tahun depan bisa lebih banyak lagi. Ini biar semakin semarak,” pungkasnya. (radar)