Gara-gara Jumlah Akomodasi tak Mencukupi
BANYUWANGI – Sejumlah permasalahan terkait persiapan Banyuwangi menjadi host Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim V/2015 mulai muncul. Yang paling mencolok adalah terkait kesiapan venue dan akomodasi.
Sampai saat ini tidak sedikit venue yang masih dalam tahap pengerjaan, seperti renovasi kolam renang, pemasangan lampu, dan pavingisasi Stadion Diponegoro, lapangan atletik GOR Tawang alun dan penambahan fasilitas di sirkuit BMX Muncar, serta pembangunan sirkuit downhil dijalan menuju Gunung ljen.
Pelaksana proyek tampaknya harus kerja keras agar bisa menyelesaikan venue yang bakal dijadikan arena pertandingan dalam hajatan akbar itu. Jika meleset, maka pelaksanaan ajang multi even itu terancam amburadul.
Selain masalah venue, akomodasi penginapan juga masih belum fix. Seperti proyek rumah susun sewa (rusunawa) di Kelurahan Klatak, Kalipuro, dan Dormitory atlet di jalan Gajah Mada, Giri. Saat ini dua mega proyek yang dibangun pada tahun 2014 itu masih belum ready karena masih setengah jadi.
Masalah akomodasi penginapan memang cukup pelik bagi Banyuwangi. Bahkan, KONI Jatim menyebut Banyuwangi masih kekurangan akomodasi untuk menampung semua atlet. Kekurangan itu menembus angka sekitar l.700-an atlet.
Wajar jika KONI jatim meragukan kesiapan Banyuwangi dalam menyukseskan ajang dua tahunan yang digeber tanggal 6-13 juni mendatang itu. Tetapi, KONI Banyuwagi memiliki rumus baru agar semua atlet bisa tertampung.
Tetapi, strategi baru itu membuat sebagian cabang olahraga (cabor) tidak bisa mengikuti opening Ceremony. Sebab, beberapa cabor itu memulai pertandingan sehari-dua hari setelah pembukaan. Tercatat, ada enam cabor yang harus gigit jari karena tidak ikut memeriahkan acara pembukaan yaitu cabang karate, selam, wushu, yudo, bulu tangkis dan senam.
Pemicunya, keenam cabor itu terpaksa mengawali pertandingan paling akhir gara-gara akomodasi bergantian dengan cabor lain. Rinciannya, cabang karate harus menunggu pertandingan atletik selesai, selam terpaksa harus menantikan cabang renang tuntas, dan wushu menunggu beerakhir pertandingan Taekwondo.
Selain itu, tenis meja menunggu giliran pasca pertandingan bulu tangkis tuntas, dan senam menunggu perlombaan angkat berat, angkat besi dan binaraga berakhir. Langkah itu ditempuh agar semua atlet bisa tertampung di ternpat penginapan yang layak.
Intinya, tempat penginapan digunakan bergantian. “Itu solusi yang akan kita usulkan ke KONI Jatim,” ungkap ketua umum KONI Banyuwangi, Bambang wahyudi. Menurut dia, arena pertandingan setiap cabor berbeda.
Namun, sebagian cabor memiliki akomodasi penginapan yang sama. “Makanya, ada beberapa cabor yang dipertandingkan lebih dulu sebelum pembukaan dimulai,” tandasnya.
Karena itu, beberapa cabor harus mengalah dan tidak bisa mengikuti acara pembukaan. ‘Tapi, semua cabor dari semua kontingen tetap bisa mengikuti closing ceremony. “Kalau penutupan, semua bisa mengikuti,” pungkasnya. (radar)