RadarBanyuwangi.id – Enam kuliner khas Banyuwangi telah ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) sebagai kekayaan intelektual komunal (KIK) pengetahuan tradisional Banyuwangi.
Berkenaan dengan itu, pemkab berupaya melestarikan keberadaan menu-menu tersebut salah satunya melalui peran hotel dan restoran yang selama ini menjadi jujukan para wisatawan yang datang ke kabupaten ujung timur Pulau Jawa.
Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Ainur Rofiq mengatakan, sejak awal Pemkab Banyuwangi sebenarnya sudah memberikan imbauan kepada penyedia jasa hotel dan restoran untuk menyediakan kuliner khas Banyuwangi di daftar menu-menu.
Baca Juga: Ayam Kesrut, Lahir dari Bumbu Sederhana, Hasilkan Rasa Istimewa
Khusus hotel, menu tersebut juga wajib ada pada sajian hidangan sarapan.
Namun setelah dipastikan ada enam menu yang masuk dalam KIK, kata Rofiq, jenis hidangan yang disajikan bisa lebih spesifik.
Yaitu berkutat di antara pecel rawon, kesrut, sego cawuk, pecel pitik, sego tempong dan pindang koyong.
”Awalnya kami hanya mengimbau untuk menyediakan menu tradisional Banyuwangi. Tapi setelah ada enam menu itu, sekarang bisa lebih spesifik,” ujar Rofiq.
Baca Juga: Pecel Pitik, Sajian Khas Saat Tradisi Tumpeng Sewu Desa Kemiren Banyuwangi, Dulu Disakralkan Sekarang Ada di Hampir Setiap Rumah Makan
Hotel dan restoran juga diharapkan bisa menyediakan menu yang otentik dengan rasa aslinya. Sehingga saat wisatawan datang ke Banyuwangi, mereka bisa merasakan kuliner khas yang selama ini disebut sebagai bagian dari budaya Banyuwangi.
Selain menu, Disbudpar juga akan bekerja sama dengan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskop-UMP) untuk mendorong UMKM menyediakan inovasi dengan membuat makanan-makanan tersebut dalam kemasan sehat yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.
Minimal bisa tahan dua sampai tiga hari. Seperti gudeg Jogjakarta atau bandeng presto Semarang yang selama ini menjadi oleh-oleh bagi wisatawan.
Baca Juga: 2 Rekomendasi Warung Sego Tempong Dekat Hotel Aston Banyuwangi, Cocok untuk Kuliner Lebaran
”Saya rasa ada UMKM yang bisa menyediakan itu, jadi nanti harapannya wisatawan bisa membawa oleh-oleh kuliner khas Banyuwangi,” harapnya.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 2
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Enam kuliner khas Banyuwangi telah ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) sebagai kekayaan intelektual komunal (KIK) pengetahuan tradisional Banyuwangi.
Berkenaan dengan itu, pemkab berupaya melestarikan keberadaan menu-menu tersebut salah satunya melalui peran hotel dan restoran yang selama ini menjadi jujukan para wisatawan yang datang ke kabupaten ujung timur Pulau Jawa.
Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Ainur Rofiq mengatakan, sejak awal Pemkab Banyuwangi sebenarnya sudah memberikan imbauan kepada penyedia jasa hotel dan restoran untuk menyediakan kuliner khas Banyuwangi di daftar menu-menu.
Baca Juga: Ayam Kesrut, Lahir dari Bumbu Sederhana, Hasilkan Rasa Istimewa
Khusus hotel, menu tersebut juga wajib ada pada sajian hidangan sarapan.
Namun setelah dipastikan ada enam menu yang masuk dalam KIK, kata Rofiq, jenis hidangan yang disajikan bisa lebih spesifik.
Yaitu berkutat di antara pecel rawon, kesrut, sego cawuk, pecel pitik, sego tempong dan pindang koyong.
”Awalnya kami hanya mengimbau untuk menyediakan menu tradisional Banyuwangi. Tapi setelah ada enam menu itu, sekarang bisa lebih spesifik,” ujar Rofiq.
Baca Juga: Pecel Pitik, Sajian Khas Saat Tradisi Tumpeng Sewu Desa Kemiren Banyuwangi, Dulu Disakralkan Sekarang Ada di Hampir Setiap Rumah Makan
Hotel dan restoran juga diharapkan bisa menyediakan menu yang otentik dengan rasa aslinya. Sehingga saat wisatawan datang ke Banyuwangi, mereka bisa merasakan kuliner khas yang selama ini disebut sebagai bagian dari budaya Banyuwangi.
Selain menu, Disbudpar juga akan bekerja sama dengan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskop-UMP) untuk mendorong UMKM menyediakan inovasi dengan membuat makanan-makanan tersebut dalam kemasan sehat yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.
Minimal bisa tahan dua sampai tiga hari. Seperti gudeg Jogjakarta atau bandeng presto Semarang yang selama ini menjadi oleh-oleh bagi wisatawan.
Baca Juga: 2 Rekomendasi Warung Sego Tempong Dekat Hotel Aston Banyuwangi, Cocok untuk Kuliner Lebaran
”Saya rasa ada UMKM yang bisa menyediakan itu, jadi nanti harapannya wisatawan bisa membawa oleh-oleh kuliner khas Banyuwangi,” harapnya.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.








