Hasil Unas SMP untuk Mapel Matematika
BANYUWANGI – Kendati tidak masuk sepuluh besar Jatim, peraih nilai ujian nasional (unas) untuk SMP/ sederajat di Banyuwangi cukup mengundang decak kagum. Bukan hanya membanggakan, peraih nilai unas juga mengundang kecurigaan masyarakat.
Curiga boleh karena tidak menutup kemungkinan ada kecurangan dalam pengerjaan unas SMP tersebut. Nilai unas untuk mata pelajaran (mapel) matematika terdapat beberapa keganjilan. Banyak nilai unas yang hasilnya jauh lebih tinggi daripada nilai ujian sekolah (US).
Padahal, bobot materi soal unas dianggap lebih sulit daripada nilai US yang dikerjakan siswa. Data yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi, jumlah peserta unas SMP tahun ini 24.690 siswa. Dari peserta sebanyak itu, jumlah siswa yang meraih nilai 100 untuk mata pelajaran matematika tergolong banyak.
Jumlahnya mencapai 748 siswa. Yang mencurigakan, peraih nilai 100 mapel matematika itu banyak siswa SMP pinggiran. Anehnya lagi, ada siswa yang satu kelas nilainya sama-sama 100. Bagaimana dengan bahasa Inggris? Ternyata hanya tiga siswa yang mendapat nilai 100.
Mata pelajaran bahasa Indonesia yang meraih nilai 100 hanya 12 siswa. Mata pelajaran IPA yang berhasil meraih nilai 100 hanya 28 siswa. Fenomena itu membuat beberapa pihak, termasuk kepala sekolah di tingkat SMA, khawatir dengan output siswa SMP tersebut.
Apalagi, yang menjadi pertimbangan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur reguler adalah nilai unas yang porsinya lebih tinggi daripada nilai US. Siswa dengan nilai unas tinggi sementara nilai US-nya kecil bisa masuk melalui jalur reguler.
Kepala SMKN 1 Glagah, Ahmad Chusairi mengatakan, adanya beberapa nilai unas yang lebih tinggi daripada US sedikit mengkhawatirkan. Pasalnya, nilai unas hanya dikerjakan sehari, sehingga tidak bisa mengukur kualitas siswa. Nilai rapor adalah hasil berproses selama tiga tahun siswa belajar.
“Kalau di SMK masih ada tes fisik sebelum masuk, mungkin kita bisa manfaatkan dari situ untuk menilai siswa. Kalau dari jalur reguler tidak bisa diubah lagi,” kata Chusairi. Pernyataan serupa juga diungkapkan Kepala SMAN 1 Banyuwangi, Heru Muhardi.
Dia mengatakan, dia tidak bisa mengira-ngira mengapa nilai unas terutama matematika banyak yang memperoleh nilai bagus. Padahal, nilai unas belum bisa digunakan mengukur kemampuan siswa. “Sementara kalau jalur reguler kita cuma mengikuti ketentuan, tidak bisa melakukan tes tambahan.
Semoga tahun depan proporsinya bisa berubah. Jadi nilai unas lebih kecil perbandingannya,” harap Heru.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Sulihtiyono mengatakan, persentase yang digunakan PPDB jalur reguler adalah 60 persen nilai unas dan 40 persen nilai rapor.
“Mungkin tahun depan bisa kita pakai penilaian 50:50. Sementara ini masih 60:40. Itu pun sudah berubah dari tahun sebelumnya yang menggunakan 70:30,” kata Sulih. (radar)