Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Abdul Aziz Mustajib, Ahli Sangkal Putung di Patoman

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Aziz saat memeriksa salah satu kondisi pasien di rumahnya Desa Patoman, Blimbingsari, siang kemarin.
Pasien Sembuh, Izin Nonton Janger, malah Tidak Kembali

DERETAN rumah di kiri-kanan Masjid Al Hidayah, yang berlokasi di RT 3, RW 1, Dusun Patoman Barat cukup padat. Sebuah jalur khusus dari paving tersambung mulai dari jalan desa hingga lokasi masjid.

Tidak hanya itu, jalur tersebut juga dilengkapi penunjuk ke arah tempat praktik Abdul Aziz. Dari depan, kondisi rumah yang ditinggali keluarga Aziz tampak sama dengan umumnya. Hanya saja dilengkapi dengan teralis yang menutup teras rumah. Namun, di belakang rumah ini, tersedia bangunan seperti pemondokan yang diperuntukkan untuk orang sakit, khususnya yang mengalami patah tulang.

Deretan ruang istirahat pasien tampak tertutup. Hanya tiga ruangan terisi pasien dan keluarga. Di dua ruangan tampak orang tertidur. Sedangkan, satu yang berada di pojok terlihat dihuni seorang laki-laki berusia 17 tahun.

Pasien tersebut mengalami patah tulang di bagian paha kanan akibat kecelakaan saat di Bali. Pria tersebut harus rela beristirahat hingga sebulan di tempat ini. Siang itu, genap satu bulan dia menjalani terapi di tempat Aziz.

Sedangkan, Aziz ditemani istrinya sengaja mendatangi ruang kamar yang menghadap ke timur tersebut. Dengan sedikit percakapan, Aziz melanjutkan dengan menyentuh bagian kaki pasiennya. Gerakan tangan itu pun diikuti senyum nyengir pasien menahan rasa sakit.

Menjadi ahli terapi dan penyembuhan patah tulang sudah dilakoni Azis sejak 1992 silam. Keahlian tersebut dia dapatkan dari keluarganya. Sebelumnya, H Mustajib Habibi, merupakan pakar penyembuhan.

Seperti halnya anaknya, Mustajib mendapat keahlian ini dari ayahnya, Jatim. “Bapak ini generasi ketiga,” ucap istri Azis, Islamiyah, memberikan penjelasan.

Keahlian itu dia dapatkan juga tanpa belajar yang njelimet. Sebelumnya, saat ayahnya masih sibuk, dia hanya jadi penonton di rumah. Namun, memasuki awal 1992, ayahnya jatuh sakit. Dan saat itu ayahnya menyampaikan agar dia meneruskan praktik Sangkal putung tersebut.

“Duluya tidak pernah belajar karena saya masih muda. Hanya main saja. Begitu ayah sakit dipasrahi dan tiba-tiba bisa,” ucapnya.

Siang itu, kondisi Aziz memang kurang begitu sehat. Gejala darah tinggi baru saja menyerangnya. Meski mengalami kesulitan berbicara, dalam kondisi siuman dia masih mampu melakukan penyembuhan kepada pasien. “Bulan lalu, Bapak menangani 15 pasien,” ucap Islamiyah diikuti anggukan Aziz.

Berbagai macam jenis patah pernah dia tangani. Mulai dari tulang kaki, tangan, dan patah bagian dada. Dari semua jenis cedera tersebut, kerusakan tulang ekor merupakan jenis cedera yang paling sulit disembuhkan. “Kalau patah karena jatuh duduk begitu, pasien diberi tahu, kesembuhan biasanya lama,” ucapnya.

Teknis pengobatan yang dijalankan Aziz juga tidak ribet. Biasanya pasien yang datang akan diberi minum air putih agar tenang. Selanjutnya dia akan melakukan pemijatan untuk membenarkan kondisi tulang yang bermasalah. “Ya biar tenang diberi air minum dan jamu,” ujarnya.

Jika patah bagian tangan, biasanya pasien langsung pulang saat itu juga. Namun, jika lokasi cedera di bagian kaki atau lokasi yang mengharuskan pasien beristirahat lebih banyak, biasanya dia menganjurkan untuk menginap di tempatnya.

Selama membantu kesembuhan pasien, Azis mengaku mengalami cerita lucu. Diceritakan, seorang pasien datang dalam kondisi tidak bisa berjalan. Setelah dilakukan perawatan beberapa minggu, pasien tersebut akhirnya bisa berjalan. Karena kondisinya lumayan sehat, pasien tersebut meminta izin untuk menonton janger.

“Sejak saat itu pasien tersebut tidak pernah kembali. Pamitnya nonton janger, eh malah tidak kembali. Tapi, ya sudahlah,” kenang Azis.