Para petani membakar jerami di sawahnya, itu karena tidak ada tempat untuk pembuangan bekas tanaman pade yang baru dipanen.
“Jerami itu memang dibakar di lahan sawah sendiri, tapi asapnya mengganggu warga,” cetus Hariyadi, 42, warga Dusun krajan, Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh.
Menurut Hariyadi, gara-gara banyak yang membakar jerami itu, mengganggu pandangan saat warga mengendarai motor. Selain itu, asap itu juga menganggu pernapasan. “Kebiasaan petani memang membakar jerami, padahal itu sangat mengganggu,” katanya.
Jerami bekas panenan padi itu, jelas dia, bila dibiarkan di sawah bisa menjadi pupuk yang bagus untuk tanaman. Tapi, para petani banyak yang tidak mengetahui. “Bisa jadi pupuk, langsung disingkal saja jerami itu biar tertimbun di tanah,” ungkapnya.
Tanpa harus dibakar, masih kata dia, jerami itu sebenarnya akan lapuk. Tetapi, para petani banyak yang langsung membakar agar cepat bersih. “Memang cepat bersih, tapi mereka tidak tahu kalau itu bisa mengganggu,” jelasnya.
Hariyadi menambahkan, jerami bekas itu juga bisa dimanfaatkan lainnya. Seperti untuk tempat tanaman jamur, atau pakan ternak.
“Sebenarnya banyak manfaat jerami padi, dan itu yang harus diketahui para petani,” paparnya.
Salah satu petani, Mahsudi mengaku sengaja membakar jerami padi di sawahnya. Itu dilakukan agar sawahnya cepat bersih. “Biar cepat bersih saja, kalau dibuang atau ditimbun membutuhkan waktu lama,” kata lelaki 49 tahun tersebut.
Membakar jerami padi itu, jelas dia, dilakukan setiap selesai masa panen. Jerami yang dibakar itu, juga untuk memupuk sawahnya. “Ini juga sebagai pupuk, hasil pembakaran kita tebarkan di lahan pertanian,” dalihnya.
Mahsudi mengaku tidak tahu jika asap yang ditimbulkan dari membakar jerami itu meresahkan warga. Karena selama ini, tidak ada yang menegur ataupun yang melarang. “Saya tidak tahu kalau ada yang resah, semua petani membakar jerami,” katanya.