Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Bayangkan Rumah Baru, Dua Hari tak Bisa Tidur

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

banyanginJIKA dibandingkan dengan kondisi rumah di sekitarnya, rumah milk Tika tampak kontras. Betapa tidak, di sebelah kanan dan kirinya terdapat dinding rumah yang menjulang tinggi dan seolah tak acuh dengan kondisi rumah Tika yang semua terbuat dari kayu papan dan bambu. Belum lagi rumahnya yang dipenuhi barang rongsokan karena digunakan sebagai lokasi mengepul barang bekas oleh adiknya.

Rumah itu, menurut Tika, adalah warisan keluarganya. Dia adalah anak ke delapan dari sebelas bersaudara. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal. Dari sebelas saudaranya, hanya tinggal empat orang. yaitu kakak pertamanya, dia sendiri dan dua adiknya. Karena itu, rumah tersebut tetap dipertahankan meski dirinya kesulitan biaya perawatan.

 Kondisi rumahnya itu, menurut Tika, menjadi semakin parah saat hujan. Sebab, atap mmah tersebut sudah tidak layak. Seringkali air hujan masuk ke dalam rumahnya. Belum lagi bagian-bagian rumah yang bocor karena banyak genting yang bergeser dan hilang.  Yang paling parah adalah ketika hujan semakin lebat dan air tidak bisa keluar, maka rumah tersebut akan terkepung banjir Dengan kondisi rumahnya seperti itu, sebenarnya ‘Tika merasa kesulitan dan malu. Sebab Iingkungan juga terlihat kumuh.

 Tetapi, Tika mengaku tidak bisa berbuat banyak. Sebab, penghasilannya sebagai penjual rujak soto dan rujak cingur hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan dirinya dan anggota keluarganya.  Tika hidup dengan tanggungan tiga anggota keluarga, yaitu Asmar (kakaknya), 70, dan dua keponakannya bernama Indriani, 14, dan Andri, 18. Karena kakaknya menderita stroke, jadi Tikalah yang menjadi tumpuan keluarga. Sehingga, setiap hari dirinya harus berjuang demi menafkahi semua anggota keluarganya.

“Kalau rumah rusak, saya betulkan seadanya. Pakai kardus sama papan-papan kayu. Kalau mau beli tripleks dan genting biasanya nunggu uang BLT” jelas Tika.  Beberapa kali Tika mencoba meminta bantuan ke kelurahan terkait bedah rumah. Namun, beberapa kali pula permintaannya itu tidak dapat dipenuhi dengan berbagai alasan. Padahal, dirinya sangat membutuhkan bantuan tersebut. “Seperti waktu hujan, kadang air dari talang tetangga masuk ke rumah.

Karena tidak berani menegur, saya tahan airya dengan kardus dan selimut,” jelas Tika. Beruntung, saat salah satu sekolah di dekat rumahnya, SMPN 1 Banyuwangi, sedang mengadakan Dies Natalis, Tika dipilih menjadi warga beruntung yang mendapat bantuan program bedah rumah. Akhirnya, setelah bertahun-tahun merana, kini murahnya akan di pugar menjadi hunian yang lebih layak.

 Mulai Senin (23/2) beberapa tukang datang untuk merenovasi rumah di Gang satu, Jalan Penataran, Kelurahan Karangbaru, itu. “Saya sudah dua hari tidak bisa tidur membayangkan rumah saya sudah dibetulkan dan tidak bocor lagi. Malu sama tetangga yang rumahnya bagus-bagus. Kalau lewat rumah saya biar tidak merasa risi lagi,” ujar wanita yang tidak memiliki suami itu.

 saat para tukang datang, Tika tampak bersemangat melayani kebutuhan mereka. Jika pun harus libur bekerja. mungkin Tika tidak akan merasa rugi karena terlalu bahagia melihat rumahnya diperbaiki.  Kepala SMPN 1 Banyuwangi Samsuddin Ali mengatakan, keputusan pemberian bantuan tersebut berdasar pertimbangan para guru dan donatur.

Samsuddin merasa senang karena kegiatan yang dilakukan sekolahnya bermanfaat bagi orang lain. “Sebelum memberi manfaat kepada dunia yang lebih luas, yang pertama adalah bermanfaat untuk lingkungan sekitar,” kata Samsuddin. (radar)