Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bensin Eceran Tembus Rp 7.000

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Imbas dari Pembatasan Pembelian BBM di SPBU

PESANGGARAN – Pembatasan pembelian ba han bakar minyak (BBM) jenis premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ternyata menimbulkan kelangkaan. Im bas pembatasan itu, di Desa Kandangan dan Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, harga bensin per liter tembus Rp 7.000. Sejumlah pedagang eceran di dua desa itu kini banyak yang tutup karena kesulitan mendapatkan BBM.

Bila ada penjual bensin eceran yang tetap buka, sebagian besar telah menaikkan harga. “Harga bensin Rp 7 ribu per liter,” cetus anggota Komisi IV DPRD Ba nyuwangi asal Desa Kandangan, HM. Hidayat. Menurut dia, harga bensin yang tembus Rp 7.000 itu memicu keresahan warga. Kendati be gitu, pengecer bensin tidak bisa disalahkan ka rena mereka kesulitan mendapatkan BBM.

“Desa Kandangan dan Sarongan termasuk dae rah yang jauh dari kota, sehingga harus ada kebijakan terkait BBM,” pintanya. Kenaikan harga bensin di tingkat pengecer itu juga disampaikan Kepala Desa (Kades) Kan dangan, Riyono. Bensin eceran seharga Rp 7 ribu per liter itu ternyata sudah berlangsung sejak beberapa hari lalu. “Harga ben sin eceran biasanya cuma Rp 5 ribu per liter, tapi sekarang jadi Rp 7 ribu per liter.

Naik nya tergolong tinggi sekali,” katanyaRiyono menyebut, tidak semua penjual bensin eceran men jual seharga Rp 7 ribu per li ter. Ada juga yang menjual Rp 6 ribu per liter. “Harga bensin ece ran tidak sama. Pedagang me naikkan harga karena sulit men dapatkan bensin,” kata Riyono. Salah satu pedagang bensin ece ran di Desa Kandangan, Wa wan, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi mengakui har ga bensin eceran di Desa Kandangan dan Sarongan sudah naik.

“Ada yang kini menjual se harga Rp 7 ribu per liter,”  etusnya. Sejak ada rencana kenaikan har ga BBM beberapa hari lalu, terang dia, terjadi pembatasan pem belian BBM di SPBU. SPBU tidak mau melayani pembelian menggunakan jeriken. “Karena beli bensin dengan jeriken di larang, pedagang eceran kesu litan mendapatkan bensin,” ujarnya. Wawan mengaku, demi mendapatkan bensin, dia terpaksa membeli bensin menggunakan motor.

Kemudian, bensin di tangki motor itu disedot dan di pindah ke jeriken. “Karena tangki motor terbatas, saya ha rus bolak-balik beli bensin,” ungkapnya. Ditanya harga bensin eceran, Wa wan mengaku tetap menjual bensin seharga Rp 5 ribu per liter. Hanya saja, volume bensin dalam botol dikurangi. “Harga tetap Rp 5 ribu per liter, tapi bensinnya kita kurangi,” tandasnya. (radar)