Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bukan Palu Arit Tapi Rectoverso Logo BI

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Untuk menepis isu negatif terhadap peluncuran 11 pecahan rupiah tahun emisi (TE) 2016, Bupati Abdullah Azwar Anas menyarankan Bank Indonesia (BI) menggandeng tokoh agama dan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi.

Kegiatan itu perlu dilakukan agar tidak semakin larut dan meresahkan masyarakat. Menurut Anas, kegiatan sosialisasi  yang dilakukan BI sudah tepat sebagai upaya memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang isu-isu yang beredar. Hanya akan lebih  bagus melibatkan tokoh agama dan masyarakat untuk menjelaskan  kepada warga.

Ada tujuh isu yang dikhawatirkan bisa mengganggu kedaulatan NKRI dan ketidakpercayaan masyarakat pada mata uang terbaru NKRI tersebut. Isu negatif itu terkait dengan logo palu arit, pencetakan uang yang tidak dilakukan Perusahaan Percetakan Uang Republik  Indonesia (Peruri), dianggap mirip mata uang Yuan, SARA, dan tuduhan pahlawan kafir.

Selain itu, isu bahwa uang baru tahun emisi 2016 ini dicetak sebanyak-banyaknya untuk membiayai kepentingan kelompok-kelompok tertentu juga kembang luas. Semua kabar itu hoax dan tidak benar.  Ini yang akan kita luruskan agar  masyarakat tidak langsung percaya dengan kabar miring yang beredar,” kata Kepala Kantor Perwakilan  Bank Indonesia Jember, Achmad Bunyamin dalam sosialisasi Uang  Baru Tahun Emisi 2016 di Kantor  Pemkab Banyuwangi, Kamis (19/1).

Achmad mengatakan, semua tuduhan yang ditujukan pada pecahan rupiah baru tersebut, sebenarnya justru merupakan identitas baru  untuk meminimalisir kasus pemalsuan terhadap uang baru  tersebut. Dia mencontohkan, terkait logo BI dalam pecahan uang Rp  100.000 yang selama ini disangkutpautkan dengan kemiripan logo palu arit.

Menurut dia, isu tersebut  tidak mendasar, karena logo yang  dinilai mirip lambang Partai Komunis Indonesia (PKI) itu merupakan rectoverso logo BI. Rectoverso adalah gambar utuh yang dipecah menjadi dua/ gambar yang saling mengisi.

“Kami tidak  pernah membuat logo palu arit  di uang NKRI. Itu rectoverso logo BI, jika di terawang dengan cahaya akan timbul logo BI yang sempurna,” jelasnya. Terkait isu percetakan uang yang bukan oleh Peruri. Dia memastikan bahwa uang baru emisi tahun 2016  tersebut resmi dicetak oleh Peruri, bukan oleh perusahaan swasta seperti isu yang beredar.

“Uang  baru tahun emisi 2016 ini dicetak  Peruri. Meskipun menurut undang- undang, diperbolehkan uang rupiah dicetak oleh swasta apabila Peruri tidak sanggup,” katanya. Begitu pula terkait desain dan warna yang menurut netizen memiliki kemiripan dengan beberapa uang negara lain seperti Tiongkok dan Eropa, misalnya seperti Yuan.

Pemilihan warna dan desain  uang pecahan baru tidak mengacu pada negara tertentu. Pemilihan  warna yang cerah, kata dia, adalah  salah satu bahan pertimbangan otoritas di dunia terkait pecahan  uang kertas. ”Hampir mirip, tapi Indonesia tidak pernah membuat  uang yang mengacu pada negara tertentu. Banyak kok mata uang negara lain yang mirip uang NKRI.  Kenapa netizen menganggap kita  yang meniru? Kok bukan mereka yang dianggap meniru kita?,” ujarnya. (radar)