WONGOSOREJO – Beragam spe kulasi terkait meroketnya harga cabai rawit mulai ter jawab. Usut punya usut, puluhan hektare (Ha) lahan tanaman cabai rawit di kawasan tersebut gagal panen. Fenomena itu di akibatkan hujan yang kerap mengguyur di tengah musim kemarau yang terjadi di Banyuwangi saat ini.
Pantauan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi di Desa Bengkak, Kecamatan Wong sorejo, tanaman cabai di lahan seluas puluhan Ha di wilayah tersebut nyaris mengalami ga gal panen. Sudah sekitar 15 hari terakhir para petani tidak bisa melakukan panen lantaran cabai rawit sudah busuk se belum waktu panen. Naidin, 40, petani cabai rawit asal Dusun Pesumuran, Desa Bengkak, Kecamatan Wongsorejo mengatakan, dalam kondisi normal, tanaman cabai bisa dipanen sepekan sekali.
Namun, lantaran kerap diguyur hujan, cabai rawit itu bu suk. Dirinya dan para petani lain di sentra penyuplai cabai rawit untuk wilayah Jatim dan Bali itu tidak bisa panen selama 15 hari terakhir. Bahkan, akibat cuaca kerap be rubah dari panas menjadi hujan atau sebaliknya, tanaman cabai tersebut kini mulai layu. Tidak sedikit tanaman cabai yang terserang cacar (sejenis jamur). Selain menyerang buah, cacar juga menyerang ba tang dan daun tanaman ca bai tersebut.
Lantaran tidak bisa panen dan tanaman cabai mulai layu, Naidin kini hanya membiarkan tanaman tersebut begitu saja. Pasalnya, dia khawatir anomali cuaca yang tidak menentu itu terus berlanjut. Sehingga, jika tanaman cabai yang mulai layu itu diobati, hasilnya tetap tidak maksimal. Akibat cuaca tidak bersahabat, Naidin mengaku mengalami kerugian puluhan juta rupiah. “Kerugian yang saya alami mencapai 20 juta setiap se perempat Ha. Saat ini saya menanam cabai di lahan seluas tiga perempat Ha,” pungkasnya. (radar)