Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Daniar, Aktris FTV Pendatang Baru dari Bumi Blambangan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

daniarSibuk Syuting Sinetron, Bakal Menetap di Jakarta Menjadi seorang aktris mungkin menjadi impian tersendiri bagi sebagian orang. Lalu, bagaimana keluh kesah Daniar menjadi pendatang baru di dunia perfi lman Indonesia di Jakarta?

DUA FILM Television (FTV) Lari dari Kawin Lari dan Banyuwangi Sunrise of Love yang beberapa waktu lalu syuting di Banyuwangi mungkin biasa-biasa saja bagi sebagian orang, apalagi hingga kini fi lm tersebut belum tayang di layar kaca. Tetapi, tidak demikian bagi Daniar. Sebab, gadis berkulit putih yang pernah menjadi Putri Lingkungan Hidup dan Jebeng Banyuwangi 2006 itu mendapat berkah atas dua FTV yang dipandegani Dwi Ilalang tersebut.

Dua fi lm itulah yang mengenalkan Daniar ke dunia perfilman profesional di Jakarta kini. Sebelum bermain di dua FTV itu, Daniar mengaku sama sekali belum pernah berakting di depan kamera. Daniar pun mengaku, awalnya dia hanya iseng dan coba-coba ikut casting di Dinas Pariwisata Banyuwangi beberapa waktu lalu. Tidak disangka, dia terpilih memerankan pembantu tokoh utama. Dalam FTV Lari dari Kawin Lari, Daniar memerankan tokoh Laras. “Awalnya saya iseng ikut casting.

Dapat kabar dari seorang teman. Tapi, teman saya itu justru tidak ikut casting,” kata Daniar sambil tersenyum. Daniar mengaku bersyukur karena berawal dari iseng itu, akhirnya kini menjadi serius. Sebab, setelah bermain di dua FTV tersebut, tepatnya pada bulan Puasa lalu, Daniar mendapat tawaran main FTV lagi di Jakarta. “Saya baru pulang saat takbiran kemarin, Mas. Dan nanti malam (kemarin malam, red) saya ke Jakarta karena banyak FTV yang harus saya ikuti.

Saya akan menetap di sana,” kata cewek yang tinggal di Kelurahan Tukang Kayu, Banyuwangi itu. Beberapa FTV yang dia bintangi di Jakarta pada bulan Puasa itu sudah tayang di SCTV. “Dan Selasa besok jam 12.30 fi lm saya tayang lagi. Tonton ya,” katanya. Saat ditanya judulnya, Daniar menolak menyebutkan karena promosi film bukan menjadi urusannya. Saat bertemu koran ini beberapa hari lalu, Daniar mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Banyuwangi yang telah mengondisikan dua FTV syuting full di Banyuwangi.

Meskipun hingga kini dua FTV tersebut belum tayang, tapi nama Banyuwangi sudah mulai hangat dibicarakan insan-insan film di Jakarta. “Saya bangga Banyuwangi sangat dihargai. Bahkan, banyak yang minta diajari bahasa Oseng,” kata wanita yang hobi ke salon itu. Apalagi, saat syuting fi lm di Banyuwangi beberapa waktu lalu, kru dan pemain dijamu dengan sangat baik oleh bupati dan dikenalkan beberapa kuliner khas Banyuwangi.

“Setiap ketemu saya, mereka selalu tanya bagaimana kabar Banyuwangi, dan selalu minta oleh-oleh. Misalnya minta kue ini dan kue itu,” katanya. Berdasar penuturan Daniar, selain kagum dengan keramahan masyarakat Banyuwangi, para kru dan para pemain juga tertarik dengan kuliner khas Banyuwangi. “Rasanya enak dan unik. Tidak ada di tempat lain,” kata Daniar menirukan teman-temannya di Jakarta.

Ditanya terkait keluh kesahnya menjadi pendatang baru di dunia perfi lman tanah air, Daniar menjawab belum menemukan kesusahan berarti. Sebab, dia datang ke Jakarta atas calling-an. Jadi, sampai di sana dia sudah langsung main dan dapat peran yang cukup diperhitungkan, meskipun bukan pemeran utama. Tidak seperti teman-teman yang lain, yang mungkin datang ke Jakarta bondo nekat.

Sehingga, di sana mereka masih harus casting dari satu tempat ke tempat lain. Itu pun belum tentu ada yang nyantol. Itulah yang sangat melelehkan. Oleh karena itu, Daniar mengucapkan  terima kasih kepadaKomunitas Watubuncul yang ingin memberikan akses bagi masyarakat Banyuwangi yang ingin berkecimpung di dunia perfi lman. Terkait dua FTV Lari dari Kawin Lari dan Banyuwangi Sunrise of Love yang hingga kini belum tayang, Daniar punya bocoran.

Menurutnya, dua FTV tersebut tidak mungkin tidak tayang. Pasti tayang. Hanya saja waktunya tertunda. Sebab, dua FTV itu tidak diedit di Jakarta melainkan di Surabaya. Proses editing danfi nishing baru selesai Minggu lalu. Jadi, saat ini baru proses pengajuan ke pihak SCTV. Sementara itu, Dwi Ilalang punya jawaban lain. Dia beralasan, Surabaya dipilih sebagai tempat editing karena editor-editor di Jakarta terlalu banyak garapan sinetron striping yang kejar tayang.

Oleh karena itu, dengan pertimbangan agar hasilnya  tidak mengecewakan pihakPemkab Banyuwangi, dua FTV itu diedit di Surabaya. Sebab, kalau rating-nya bagus, FTV akan tandem (syuting terus-menerus) di Banyuwangi. “Sebentar  lagi, saya akan menemui Bupati Banyuwangi membawa film itu. Sebelum tayang di SCTV, kita tonton bareng-bareng. Itu memang komitmen sejak awal,” kata Dwi Ilalang.

Sementara itu, Daniar berpesan kepada pemuda dan pemudi di Banyuwangi agar berhati besar dan tidak minder. Meskipun Banyuwangi merupakan kota kecil, tapi Banyuwangi sangat diperhitungkan. Namun, jangan pula grusagrusu tanpa pertimbangan, karena tidak sedikit penipuan berkedok casting fi lm. Tetapi, jangan juga terlalu berburuk sangka dan selalu menutup diri. Apa pun yang bisa dilakukan orang di Jakarta, orang Banyuwangi pasti juga bisa melakukannya. Dia berkomitmen akan terus mempromosikan Banyuwangi. “Sampai kapan pun saya akan tetap mengaku orang Banyuwangi. Saya bangga,” pungkasnya. (radar)