Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Dapat Info Pertama dari Koran JP RaBa

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

dapatDari 12 taruna angkatan pertama Sekolah Pilot Negeri Banyuwangi, salah satunya merupakan warga Bumi Blambangan. Dia adalah M. Ananditya, 20, taruna yang tinggal di Dusun Krajan, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring.

M. ANANDITYA atau yang akrab di sapa Adit itu sepintas ter kesan pen diam. Nama taruna yang satu ini memang cukup populer di Sekolah Pilot Negeri yang akan bermarkas di kawasan Bandara Blimbingsari, Kecamatan Rogojam pi, tersebut. Setiap ada kegiatan yang berhubungan dengan Sekolah Pilot Negeri di Bandara Blimbingsari, Adit se lalu menjadi perhatian. Maklum, ta runa yang asli Banyuwangi itu akhirnya menjadi kebanggaan.

“Saya juga bangga bisa masuk sekolah pi lot ini,” ujar Adit saat ditemui saat acara peletakan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana sekolah pilot Kamis lalu (13/6)Dalam acara yang dihadiri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Alam Dirjen Perhubungan Udara, Yudisari Sitompul, itu Bupati Anas meminta Adit mendampingi. “Mana yang asli Banyuwangi, mana Adit,” ujar Anas. Itu bukan penampilan yang pertama bagi Adit.

Saat dilakukan fi rst fl ight taruna Se kolah Pilot Negeri angkatan pertama di Ban dara Blimbingsari pada 17 April 2013 lalu, Adit juga didaulat menerbangkan pe sawat latih jenis Socata Tobago TB 10 Single Engine Land pertama kali. “Itu (fi rst fl ight) aku pertama naik pesawat, lho,” kata Adit dengan mimik serius. Meski baru pertama akan menerbangkan pe sawat, Adit merasa tidak khawatir sedikit pun.

Karena, selama ini dirinya sudah bias a mengendalikan pesawat meski hanya meng gunakan mesin simulator. “Materi per tama selama tiga bulan di Surabaya me ngenai dasar dan simulator,” katanya. Selama pendidikan di kampus ATKP Surabaya, memang tidak ada materi latihan terbang. Materi ini sengaja dilakukan di Bandara Blimbingsari. “Bukan hanya pertama naik pesawat, pegang pesawat juga yang pertama,” cetusnya.

Menjadi taruna di sekolah pilot tersebut sebenarnya bukan cita-cita sejak kecil putra sulung dari tiga saudara pasangan M. Loetfi -Titik Lutfiah itu. Cita-cita yang se benarnya adalah ingin menjadi anggota po lisi. “Aku dulu ingin menjadi perwira po lisi,” tuturnya. Demi mengejar cita-citanya itu, selepas  SMAN 1 Genteng pada 2011 lalu, Adit lang sung mendaftar ke Akpol. Sayang, citacita nya itu harus tertunda karena namanya tidak masuk daftar yang diterima sebagai calon taruna Akpol.

“Gagal masuk Akpol, saya istirahat setahun di rumah,” sebutnya. Ketika beristirahat di rumah, Adit membaca berita di harian pagi Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP RaBa)   mengenai dibukanya Sekolah Pilot Negeri di Banyuwangi. “Saya terus mengikuti berita ini sambil mencari informasi lain di berita online,” ungkapnya. Setelah informasi dianggap lengkap, Adit nekat datang ke kampus ATKP di Surabaya untuk mendaftar.

Masuk pada gelombang kedua, jumlah peserta yang mendaftar se kitar 125 orang. “Dari 125 pendaftar itu, yang diterima 12 taruna ini,” katanya. Meski gagal mewujudkan impiannya menjadi perwira polisi, Adit mengaku bangga diterima di Sekolah Pilot Negeri. Apa lagi, dirinya akan tercatat menjadi angkatan pertama di Banyuwangi.

“Sejak first flight, semua kegiatan belajar dan praktik dilakukan di Banyuwangi,” ujarnya. Kini Adit telah mengantongi enam jam terbang. Agar bisa lulus, semua taruna harus mengantongi 210 jam terbang. “Jadwal pendidikan ini sampai awal Januari 2014. Sekarang kita sedang serius menembus 210 jam terbang itu,” pungkasnya. (radar)