Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Dikeramatkan Warga dan Jadi Lokasi Ritual Mantu Kucing

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

LOKASI sumber air Mbah Kopek di tengah  persawahan Dusun Sumberjoyo, Desa  Kumendung, Kecamatan Muncar. Menuju ke tempat itu harus melewati pemakaman umum. Meski demikian, tidak sulit mencarinya, karena tempat itu sudah  terkenal.

Nama mata air Mbah Kopek tentu sedikit  aneh di telinga. Dari cerita yang berkembang,  nama itu leluhur yang mendirikan desa.  Makam Mbah Kopek berada tidak jauh dari lokasi sumber air tersebut. Pesarean Mbah Kopek juga cukup dikenal.

Selama ini sering didatangi peziarah dari berbagai daerah di tanah air. Bahkan,  hampir bisa dipastikan setiap malam Jumat Legi tempat itu dipenuhi peziarah  lengkap tumpeng. “Jika punya hajat, warga  sering menggelar kenduri di sumber Mbah  Kopek ini,” ujar Ki Joko Gondrong, sesepuh  warga setempat.

Pelaksanaan kenduri di kompleks pesarean  yang lokasinya berdekatan dengan sumber Mbah Kopek itu perwujudan budaya yang  diwariskan leluhur yang dikenal dengan tradisi  pamit. Seperti anak yang akan berangkat  sekolah, mereka pamit dan meminta restu.

“Tak ada niat lain, hanya acara selamatan dan  melestarikan budaya pamit kepada leluhur,” imbuhnya. Meski terik matahari menyengat, sekitar lokasi  sumber Mbah Kopek tetap rindang dan sejuk. Maklum, di tempat itu masih berdiri kokoh tiga  pohon besar, yakni dua pohon beringin dan satu lagi pohon bendo yang menjulang tinggi.

Lokasi sumber air Mbah Kopek juga lumayan  luas, cukup untuk parkir mobil dan motor. Di sisi kanan jalan masuk ada pesarean dan di  sebelah timur pintu masuk terdapat dua gazebo  yang di bawahnya mengalir sungai dari sumber air Mbah Kopek.

Akses menuju mata air Mbah Kopek sangat  mudah, dan telah dibangun anak tangga dengan tinggi sekitar empat meter. Jika dilihat dari  atas, yang tampak berupa bangunan mirip  rumah. Namun, jika didekati di bawah bangunan  mirip rumah itu mengalir sumber yang mengucur deras dari sela-sela bebatuan sekitar pohon.

“ Dibangun mirip kolam dan diberi  atap agar sumber tetap bersih dan tidak tercemar,” ujar Subahrudin, 45, warga setempat.  Keberadaan sumber air Mbah Kopek sangat  terawat dengan baik. Apalagi, tempat itu tidak  pernah sepi dari kunjungan warga.

Mereka yang datang itu tidak hanya dari Banyuwangi,  tapi juga banyak dari luar daerah, seperti Bali, Kediri, Jogjakarta, Lampung, Kalimantan, dan  berbagai daerah lain di Indonesia. Sumber air Mbah Kopek yang jernih dan  bersih mengalir deras meski di musim kemarau panjang itu banyak digunakan warga untuk berbagai kebutuhan.

Bahkan, saking jernihnya,  banyak warga mengambil air bersih itu langsung diminum tanpa dimasak. “Airnya lebih segar  daripada air minum kemasan bermerek yang  dijual di toko,” tutur Subahrudin. Jika musim kemarau berkepanjangan, warga  sekitar juga melakukan tradisi yang disebut mantu  kucing.

Ritual itu, juga dilaksanakan di sumber  air Mbah Kopek. Mantu kucing yang dilaksanakan warga, itu layaknya pengantin. Prosesi mantu  kucing diawali dengan mengarak sepasang kucing jantan dan betina berkeliling kampung dengan  dua buah tandu yang dipikul oleh warga.  Arak-arakan pengantin kucing itu, lantas berhenti di sekitar kompleks pesarean Mbah  Kopek.

Di tempat ini, sepasang kucing diusung   menuju mata air. Setelah sampai di sumber air, kurungan (sangkar) kucing dibuka lalu  diceburkan ke dalam kolam bersama-sama  dengan para pengiring pengantin. Ritual itu  sebagai puncak mantu kucing yang konon  diyakini mampu mendatangkan berkah berupa hujan.

“Tradisinya seperti itu, dan sudah  berlangsung sejak lama secara turun temurun,”  terangnya. Sumber air Mbah Kopek yang tidak pernah  surut, oleh warga Desa Kumendung dan Desa   Sumbersewu, Kecamatan Muncar juga dibuat  untuk mengaliri persawahan. “Luas pertanian  yang bisa dialiri dari sumber air Mbah Kopek itu sekitar 49 hektare,” sebut Kepala Desa Kumendung, Mohammad Husaini. (radar)

Kata kunci yang digunakan :