Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

DPRD – Diskes Kunker ke Bali

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Tiru Pelayanan dan Kinerja RSUD Tabanan

BANYUWANGI – Diam-diam sejumlah anggota DPRD dan eksekutif  menyeberang ke Bali hari Sabtu lalu (10/3). Mereka melakukan studi banding bersama tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit umum daerah (RSUD) Kabupaten Tabanan, Bali.

Peserta yang kunjungan kerja bareng ke Pulau Dewata itu, perwakilan dari dewan ada lima orang yang dipimpin Wakil Ketua DPRD Banyuwangi, H Adil Achmadiyono. Sedang dari perwakilan eksekutif dipimpin oleh Asisten Administrasi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, Suhartoyo.

Rombongan eksekutif terdiri dari perwakilan Dinas Kesehatan (Diskes), Badan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), Direktur RSUD Blambangan, dan Direktur RSUD Genteng, serta Bagian Hukum Pemkab. “Studi banding ini hanya sehari,” cetus wakil ketua DPRD H Adil Achmadiyono kemarin (11/3).

Menurut Adil, pelayanan kesehatan di RSUD Tabanan dianggap sangat baik. Di rumah sakit itu, pelayanan pada pasien tidak dibedakan. Setiap pasien, memiliki hak yang sama. “Kelas ekonomi dan VIP yang membedakan, kalau pasien VIP bisa memilih dokter yang merawat, kalau pelayanan yang lain sama saja,” katanya.

Menurut Adil, semua pelayanan di RSUD Tabanan terukur dengan baik. Pasien yang mengurus administrasi dan perawatan di intensive care unit (ICU) diukur dengan waktu. “Setiap pasien yang baru datang, langsung mendapat pelayanan langsung dari dokter,” ujarnya.

Dengan pelayanan yang bisa maksimal seperti itu, jelas dia, RSUD Tabanan menjadi pilihan utama dalam berobat bagi warga. Dan ini juga berpengaruh terhadap pendapatan rumah sakit tersebut. “Pendapatan RSUD Tabanan setahun bisa mencapai Rp 73 miliar,” ungkapnya.

Menurut Adil, pendapatan sebesar itu ternyata berbeda jauh dengan hasil pendapatan dari dua RSUD di Kabupaten Banyuwangi. Pendapatan gabungan RSUD Blambangan dan RSUD Genteng pada 2011 lalu hanya sekitar Rp 23 miliar. “Ini jauh sekali dengan mereka,” bebernya.

Rendahnya pendapatan dua RSUD di Banyuwangi ini, lanjut Adil, tentu karena pelayanan pada pasien yang dianggap rendah. Selama ini, orang berobat ke RSUD karena sudah tidak tertampung di rumah sakit swasta. “Pelayanan di rumah sakit swasta dianggap lebih baik,” cetusnya.

Dengan hasil studi banding tersebut, Adil meminta pada pemerintah untuk segera mengubah etos kerja di dua RSUD. Selain itu, RSDU diminta meningkatkan pelayanan pada pasiennya. “Banyuwangi itu penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan Tabanan, masa kita kalah jauh,” katanya. (radar)