The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

Published Three Book Titles, Inspired Stories from Mothers and Friends

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Princess Nurul Azizah's name may still be unfamiliar to the public. But believe me, mahasiswa berusia 18 tahun asal Dusun Krajan Kulon, Wonosobo Village, Kecamatan Srono ini punya segudang prestasi yang mampu mengharumkan nama Banyuwangi.

REMAJA kelahiran Banyuwangi, 31 July 2004, ini punya banyak prestasi dari karya tulis. Dan itu patut untuk dibanggakan. Beragam prestasi di bidang karya tulis ditorehkan, mulai dari tingkat Kecamatan, Regency, Provinsi hingga Nasional.

Buah hati dari pasangan Suratno, 50, dan Kasiyati, 49, itu dikenal sebagai anak yang cerdas dan piawai dalam merangkai kata. Tak heran jika sederet juara, mampu dibawa pulang untuk membuat orang tua bangga. Di adalah Putri Nurul Azizah yang lebih akrab disapa Putri.

Puti memilih berkecimpung dalam penulisan novel, khususnya novel bergenre horor. Dia mengaku menyukai menulis sejak duduk di bangku SMP, tepatnya di kelas VIII. Originally, Putri suka membaca buku-buku fiksi. Hingga suatu saat, terbersit dalam pikiran untuk menghasilkan karya sendiri dalam bentuk buku. “Saya kagum dengan mereka, para pengarang yang bisa menulis novel berlembar-lembar hingga memukau pembacanya. Jika mereka bisa menulis buku, mengapa saya tidak?” he said Tuesday (6/6).

Finally, alumnus SMAN 1 Srono ini memutuskan mengikuti lomba menulis novel bahasa Osing, dan hasilnya tak mengecewakan bagi penulis pemula sepertinya. “Pernah menjadi juara kedua dalam kejuaraannya Lomba Mengarang Cerpen Berbahasa Osing 2019 yang digelar Sengker Kuwung Blambangan,He said.

To date, sudah ada tiga tulisan Putri yang telah menjadi buku. First, cerita pendeknya berjudul Sisik Melik yang masuk dalam buku Antologi Cerita Pendek Berbahasa Osing tahun 2018. Kedua novel horor berjudul Mustaka ke-13, yang diterbitkan secara digital melalui cabaca.id tahun 2019. “Yang terbaru novel horor berjudul Tiyang Langking yang terbit tahun lalu," he said.

Novel Tiyang Langking mengisahkan tiga relawan pendidikan di sebuah desa bernama Desa Angkara. The story, selama tiga bulan berada di desa tersebut, mereka bertemu dengan seorang anak laki-laki dengan wajah pucat yang selalu diikuti bayangan hitam. “Anehnya, dari ketiga guru tadi hanya Leni, salah satu tokoh dalam novel, yang bisa melihat,He said.

Semakin hari, semakin banyak hal aneh yang mereka jumpai. Ada hal-hal yang membuat suasana semakin runyam dan panas. Hingga sebuah rahasia terkuak, juga dalang di baliknya. “Alur yang menegangkan dengan ending yang tidak terduga dikemas dalam satu novel," he explained.

Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNEJ ini mengaku, ide menulis cerita horor itu muncul dari ibunya yang hampir tiap malam menceritakan tentang kisah horor. Ditambah cerita dari teman yang katanya sering melihat hal-hal yang bersifat gaib. Sometimes, ide itu juga muncul tanpa sengaja saat ada orang di sekitarnya yang menceritakan hal mistis. “Dari pada kisah tadi itu terbuang, jadi saya jadikan ide cerita dalam buku saya,"Account".

Forward, Putri memiliki keinginan menulis kembali dan mengasah kemampuan menulisnya menjadi lebih baik lagi. “Ingin memperdalam alur ceritanya, latar belakang, and so on. Saya juga bermaksud mengasahnya melalui lomba-lomba dulu, sebelum kembali menulis buku lagi," he concluded.(abi)

source