Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ganti Ginjal Butuh Rp 800 Juta

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Seminar Medis Internasional Disambut Antusias

BANYUWANGI – Seminar medis internasional yang dihelat Jawa Pos Radar Banyuwangi disambut antusias ratusan peserta di Hall Blambangan, Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi, kemarin (17/10). Pakar ginjal asal Singapura, Dr. Roger Tan Choon Hian MBBS. blak-biakan berbagi ilmu dan pengalaman seputar transplantasi organ tubuh tersebut.

Penyampaian materi dalam bahasa Inggris dengan diselingi terjemahan tidak mengurangi minat para peserta. Menariknya, topik yang dibicarakan membuat beberapa peserta berani  menyampaikan langsung pertanyaan mereka menggunakan bahasa internasional.

Acara yang dimulai sekitar pukul 08.30 itu diawali pengenalan prolil dokter Roger Tan. Selanjutnya, ada pemberian penghargaan yang diberikan Direktur Jawa Pos Radar Banyuwangi, Samsudin Adlawi, kepada Dr Roger Tan. Penghargaan itu diberikan atas kesediaan dokter asal Gleneagles Hospital Singapura itu menjadi narasumber dan berbagi ilmu dengan masyarakat Banyuwangi.

Selanjutnya, Roger mulai memaparkan materinya di hadapan 250 peserta. Dia mulai dengan penjelasan mengenai faktor penyebab terjadinya gagal ginjal. Faktor hipertensi dan kencing manis menjadi penyebab paling besar yang mempengaruhi kerusakan ginjal.

Ditambah lagi, gaya hidup tidak sehat dari pola makan, jenis makanan yang dimakan, dan jarang berolah raga, juga menjadi faktor penyebab gagal ginjal. Dokter lulusan National University of Singapore itu menambahkan, gagal ginjal sering diketahui saat fungsi ginjal sudah kurang dari 15 persen atau masuk kategori parah.

Sehingga, dalam fase tersebut langkah yang bisa dilakukan hanya hemodialisis (cuci darah) atau bahkan transplantasi (Cangkok) ginjal. Namun, untuk mencegah hal itu terjadi, dokter berusia 43 tahun itu menyarankan agar peserta melakukan deteksi dini.

Tanda-tanda kerusakan ginjal yang selama ini diketahui warga menurutnya banyak yang keliru, seperti mudah lelah dan sakit di seputar pinggang. Menurutnya, cara mudah melihat tanda gagal ginjal adalah kaki bengkak, kencing darah, kencing berbuih banyak, dan pemeriksaan langsung ke lab dokter.

Setelah menjelaskan tentang fenomena gangguan ginjal, Roger menjelaskan beberapa solusi penanganan gagal ginjal yang selama ini dilakukan terhadap pasien, baik yang menggunakan obat-obatan, pemberian terapi pengaturan pola hidup, maupun dengan Cangkok ginjal.

“Ada banyak metode yang bisa dilakukan, tapi yang terbaik tetaplah pencegahan,” terang Roger. Usai pemaparan, ada sekitar tujuh peserta yang menyampaikan pertanyaan dalam dua sesi. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah tentang keraguan atas pemyataan Roger yang menyebut orang dengan satu ginjal tetap bisa hidup normal.

Pertanyaan itu disampaikan salah satu dosen Stikes Banyuwangi, menurut pandangannya, pasien yang hanya memiliki satu ginjal tentu berbeda dengan orang yang punya dua ginjal. Pertanyaan yang disampaikan dalam bahasa Inggris itu langsung direspons dengan jawaban lugas.

Menurut Roger, jika seseorang memiliki satu ginjal, maka lambat laun ukuran ginjal itu akan membesar. Akhirnya, fungsi satu ginjal itu sama dengan dua ginjal. Dengan penanganan yang tepat, si pendonor ginjal tetap dapat hidup dengan normal.

“Memang ada beberapa hal yang harus dihindari dan dilakukan pasien dengan satu ginjal. Tapi, semua bisa berjalan normal,” katanya. dr. Taufik Hidayat, kepala RSUD Blambangan, mengajukan pertanyaan seputar harga operasi transplantasi ginjal.

Roger dengan terbuka menjelaskan, biaya yang diperlukan sekitar 80.000 dolar Singapura (SGD) atau sekitar Rp 800 juta. Meski mahal, dia menjelaskan, nilai itu jauh lebih murah daripada biaya tindakan serupa di Australia, Amerika dan Eropa.

Berbagai jawaban yang disampaikan pria berkewarganegaraan Singapura itu pun dirasa cukup memuaskan para peserta. Terlihat dengan banyaknya aplaus yang mengiringi jawaban dokter Singapura tersebut. Meski tidak semua pertayaannya bisa diakomodasi karena waktu terbatas, tapi secara keseluruhan peserta tampak dapat menyerap materi yang bagi mereka cukup berharga.

“Jarang ada penjabaran dari narasumber sejelas ini, jadi terlihat kualitasnya sebagai dokter kelas internasional,” ujar Windhy B. Surya Putri, salah seorang mahasiswa Stikes Banyuwangi.  Sementara itu, usai acara, panitia menyediakan sesi foto bersama narasumber.

Selain itu, ada juga kuis dari panitia yang menyediakan hadiah berupa satu unit telepon genggam. Namun, bagi peserta yang tidak memperoleh hadiah, panitia tetap menyediakan suvenir di map para peserta. (radar)